Kami para pemburu naga akan menghadapi apapun itu demi mencapai tujuan kami, meskipun harus masuk kedalam jantung kegelapan. Meskipun selubung-selubung kematian telah membayangi kami semua, keberanian yang tertanam sebagai pemburu naga akan selalu menyertai kami.
Kuda-kuda kami terus menerjang semak, ranting, rawa-rawa dan bebatuan di hutan gelap. Tak mudah memang menaklukkan medan ditengah kegelapan yang mencekam dengan hanya bermodalkan cahaya-cahaya redup dari api-api yang kami bawa.
Samar-samar terlihat pohon-pohon besar dengan ranting-ranting menjuntai ditutupi oleh kabut-kabut suram yang tampak seperti langit gelap di dalam hutan ini.
Jalan-jalan yang kami lalui merupakan tanah basah dan berbatu yang terkadang terdapat genangan-genangan serupa dengan rawa-rawa kecil dengan air yang berbau menyengat. Di dasar genangan-genangan itu, ada sesuatu seperti tumpukan tulang-belulang.
Beberapa kali kudaku menginjak sesuatu di dasar genangan dan kemudian terdengar suara seperti menginjak remah roti-roti kering namun terdengar lebih keras.
"Mayat!" seru seseorang dalam barisan depan. Kuda-kuda kami tetap bergerak beriringan melewati tiap-tiap genangan sedalam lutut di hutan ini. Tahulah kami bahwa bau-bau menyengat itu ternyata berasal dari mayat-mayat yang telah membusuk. Tampak dengan cahaya-cahaya dari suluh milik kelompok di depan, beberapa mayat mengambang di dekat kami.
"Tempat ini mengerikan. Mayat-mayat ini mungkin orang-orang yang tersesat didalam hutan ini," ujar Earl yang saat itu tepat berada di belakangku.
Lalu berjalanlah perlahan kelompok kami disertai pemandangan-pemandangan yang mengerikan itu. Mungkin beberapa diantara kami merasakan kegelisahan dan ketakutan setelah melihat mayat-mayat tadi.
Dan tampaknya aku sendiri pun merasakannya setelah melihat mayat-mayat itu. Sedikit pula membayangkan kemungkinan sebuah bahaya yang mengintai kami dari balik selubung-selubung kegelapan hutan ini.
Mungkin beberapa dari kami merasakan firasat-firasat yang sama. Terlihat satu demi satu dari mereka mulai melepas ikatan senjata-senjata mereka. Mengendurkan sabuk-sabuk senapan Drakelock mereka, ada pula yang terlihat sudah memegangi Vesla, Navak maupun Labowe milik mereka masing-masing.
Kami menyusuri hutan dengan senjata-senjata yang telah bersiap untuk dihunuskan. Kekhawatiran tergambar jelas di raut wajah pasukan-pasukan pemburu. Ditengah-tengah kewaspadaan kami, tiba-tiba pecahlah keheningan hutan gelap tatkala terdengar samar alunan suara merdu dari balik-balik semak belukar maupun pohon-pohon besar di sekeliling kami.
"Siapakah gerangan yang menyanyi didalam hutan mengerikan semacam ini?" Gumamku mendengar alunan suara seperti sekumpulan wanita bersuara indah bernyanyi dengan nada syahdu, mengalir bagaikan sungai-sungai yang tenang.
"Apa ini? Sepertinya nenekku pernah bercerita bahwa peri hutan bernyanyi dengan sangat indah, mungkin semacam ini," ujar Ythri yang tampaknya sedikit heran dengan hal yang baru saja terjadi.
"Mana mungkin peri hutan tinggal di hutan seperti ini?" jawab Earl.
"Yah, aku juga meragukannya," Menurutku memang tidak mungkin Peri Hutan, itu hanya sebuah legenda kuno yang diceritakan kepada anak-anak.
Saat itu hampir seluruh orang tampak keheranan mendengarkan sesuatu yang jika disadari, memang sangat ganjil berada di hutan seperti ini. Mereka memutar-mutar pandangan mereka, tampak heran dan mencari-cari sumber suara tersebut.
Alih-alih heran dengan suara itu, beberapa orang lainnya terlihat menikmati alunan-alunan nyanyian itu. Maka saat itu pula senanglah mereka.
"Nyanyian ini seolah melupakan kita dari ketakutan dan hal-hal mengerikan yang telah kita lihat. Lihatlah, sebagian dari pasukan kita tampak menikmatinya." Qarqar menepuk pundakku, sedikit menyadarkanku yang semakin terlelap dalam alunan suara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRACOMILLIR
FantasíaSeluas apakah dunia? Untuk apa manusia mencari tahu? Bahkan setelah ratusan tahun menginjakkan kaki di tanah ini, mungkinkah manusia lupa dengan hal-hal yang telah ditentukan untuk mereka? Sejauh apapun mencari, pada akhirnya akan kembali ke tempat...