Hanya ada kegelapan yang berhiaskan bintang-bintang redup, malam ini tampak amat kelabu dengan awan-awan hitam yang menyelubungi sang bulan hingga sinarnya tampak samar seolah berusaha menyelinap di celah-celah kegelapan.
Saat itu wilayah luar Hylandir tak banyak tersinari oleh cahaya-cahaya bulan. Aku berdiri di sisi luar gerbang raksasa Hylandir, duduk bersandarkan batu andesit besar seraya menatap langit malam. Yang kurasakan saat itu hanyalah kesunyian malam disertai embusan angin dingin yang terasa seperti menembus rongga-rongga sendi.
Sudah sepekan lamanya kami tinggal bersama orang-orang kaum Har di Hylandir. Aku merasa mungkin sudah saatnya kita pergi dari tempat ini. Bukan karena tempat ini, atau orang-orang yang ada disini. Tetapi aku hanya ingin cepat-cepat pulang ke Ibukota dan segera mencari tahu dimana orang-orang suku Lukaru mengungsi. Ibu, Vineli, dan warga desa Lukaru ..., aku lebih mengkhawatirkan mereka daripada keselamatanku saat ini.
Sudah berbulan-bulan lamanya sejak aku meninggalkan desa ...
Kalung ini, kalung yang diberikan Vineli. Hanya benda pemberiannya ini yang sepertinya membuatku semangat untuk hidup dan melanjutkan semua ini. Karena aku telah berjanji akan menjadi apapun yang kuinginkan saat mengembalikan kalung ini padanya. Aku ingin menjadi orang yang lebih kuat, dan melindungi warga suku Lukaru.
Tapi apakah setelah semua ini aku masih bisa kembali ke Ibukota ...? Earl dan yang lainnya, apakah mereka juga baik-baik saja ...? Setelah semua yang terjadi, aku memilih untuk meninggalkan kelompok dan ikut bersama orang-orang yang menghormati Dorlan. Aku benar-benar berharap ini adalah hal yang terbaik.
"Apa yang kau lakukan di tempat ini?" tiba-tiba saja terdengar suara pria paruh baya mengagetkanku.
"Ah, bukankah kau Gumbedor ...? ternyata kau ...", jawabku yang kemudian menyadari bahwa suara itu berasal dari Gumbedor, salah satu orang suku Lahuri yang sangat menghormati mendiang Dorlan.
"Melamun saja malam-malam seperti ini? Apa kau tidak takut ada naga disekitar sini?", tanya Gumbedor seraya kemudian duduk disampingku.
Saat itu aku hanya menatap langit malam yang kian berawan. Bukan bermaksud untuk tidak mengindahkan perkataan Gumbedor, tetapi diriku terlalu asyik menikmati kesunyian dan pemandangan malam yang amat menenangkan ini.
"Pasti kau ingin segera kembali ke Ibukota bukan?", ujar Gumbedor.
"Umm ... Ya, tampaknya sudah saatnya kita kembali kesana, terlepas dari masalah terhadap kelompok pasukan pemburu, kurasa Naku Raghar akan mengerti mengapa kita meninggalkan kelompok", jawabku.
"Aku sudah memikirkan hal itu sebelumnya, tapi orang-orang Hylandir selalu menahan kita saat berencana meninggalkan tempat ini. Kau tahu itu kan, walaupun kita disambut baik oleh mereka, tetapi kenyataanya kita seperti tahanan di tempat ini", jawab Gumbedor seraya menunjuk kearah para penjaga yang berdiri tepat didepan gerbang raksasa Hylandir.
"Benar juga ...", ujarku sembari menghela nafas.
Kami berbicara panjang lebar malam itu, kemudian kuketahui bahwa Gumbedor adalah seorang pria yang cukup baik, seorang ayah dengan istri dan dua anak yang tinggal di sebuah desa wilayah selatan tanah Kesslein. Dia bercerita kepadaku bahwa dahulu ia hanya seorang petani yang sehari-harinya bekerja di ladang. Hingga pada suatu hari Dorlan datang ke desanya dan menceritakan kisah-kisah mengagumkan tentang dunia luar, yang kemudian membuatnya tertarik menjadi seorang pemburu naga.
"Itu kisah yang menarik", ujarku.
"Haha, kau tahu ...? bahkan hingga saat ini, setelah sepuluh tahun lamanya, terkadang aku masih belum mempercayainya bahwa sekarang aku telah menjadi anggota dari legiun pemburu naga", ujar Gumbedor sambil tertawa kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
DRACOMILLIR
FantasíaSeluas apakah dunia? Untuk apa manusia mencari tahu? Bahkan setelah ratusan tahun menginjakkan kaki di tanah ini, mungkinkah manusia lupa dengan hal-hal yang telah ditentukan untuk mereka? Sejauh apapun mencari, pada akhirnya akan kembali ke tempat...