JANJI & HARAPAN

1.2K 105 10
                                    

Matahari terbit kali ini terasa agak berbeda. Rasanya kemarin aku masih bisa menikmati segarnya pagi dengan suasana hati yang tenang. Melihat rumah-rumah mungil beratapkan jerami, lembah-lembah Kuri yang hijau serta gulungan awan-awan kebiruan dari jendela. Tapi hari ini adalah hari terakhirku melihat pemandangan seperti ini. Segera, aku akan pergi meninggalkan desa ini untuk waktu yang mungkin akan sangat lama.

Tadi malam kutandatangani sebuah gulungan surat. Dan hari ini Bolmur akan membawaku menuju ibukota untuk masuk kedalam legiun. Aku beranjak dari tempat tidurku, segera keluar dari rumah dan merasakan sorotan matahari yang semakin menampakan dirinya.

Kulihat Vineli telah menantiku di seberang rumah. Entah sejak kapan dia berada disitu, akupun segera menghampirinya. Vineli memberikan sebuah kalung yang tampak seperti jimat yang terbuat dari tulang naga. Dengan sedikit cemberut dia memberikan kalung itu kepadaku.

"Aku sudah menunggumu disini, dasar pemalas, bangun siang sekali! Ambilah, ini adalah kalung yang terbuat dari tulang naga, ini milik kakek, dia pakai saat menjadi pasukan legiun," kata Vineli dengan wajah cemberut.

"Ini untukku? Bukankah ini peninggalan kakekmu? pasti berharga kan?"

"Sudah pakai saja."

Dia memaksaku untuk menerimanya. Kuambil kalungnya dan kulihat wajahnya masih cemberut serta membuang muka. Vineli menggigit bibirnya seolah memperlihatkan rasa sebalnya karena terlalu lama menungguku.

"pakailah, ini karena kau akan segera menjadi pasukan legiun. Aku akan meminjamkannya padamu."

Seolah tidak sabar, dia menggerutu dan memaksaku untuk mengenakan kalung yang dia berikan, agak aneh memang rasanya. Kalung ini seperti kalung yang dimiliki para pemburu naga. Sedangkan aku sama sekali belum menjadi seorang pemburu naga. Mungkin terlalu bagus untuku.

"Oh ya, apakah kau punya harapan setelah menjadi pasukan legiun?" Tiba-tiba Vineli mendekat seraya berbicara lembut denganku.

Dengan agak heran melihat sikapnya yang tidak biasa, aku berusaha dengan santai menjawabnya. "Harapan? Entahlah, aku tidak punya keinginan apapun saat ini. Hmm, entahlah mungkin bisa pulang kembali sesegera mungkin."

Tidak ada jawaban dari Vineli, dia hanya melihatku dengan tatapan anehnya, hanya senyum dibibirnya yang tampak setelah mendengar jawabanku tadi.

"Kau lihat, kincir angin itu? tempat dimana kita bertemu dan saling kenal satu sama lain." Vineli menunjuk kearah sebuah kincir angin besar yang tampak dari kejauhan. Kincir yang berada di hamparan rumput agak jauh letaknya dari perkampungan.

Aku mengangguk, mengiyakan.

"Apapun itu, entah seorang anggota legiun pemburu naga, atau lainnya, aku ingin melihatmu menjadi apapun yang kau inginkan, ambilah itu... ketika kau telah menjadi apa yang kau inginkan, temui aku disana. Kembalikan kalung itu padaku. Aku akan menunggumu ..."

Sedikit aneh memang Vineli berbicara serius denganku, aku hanya mengangguk. Tak berapa lama kemudian aku baru ingat semalam aku berjanji menemui Bolmur di selatan desa.

"Baiklah, aku berjanji. Pasti akan ku kembalikan kalung ini. Sekarang aku harus menemui Bolmur dan segera pergi ke Ibukota. Selamat tinggal Vin!"

Vineli melambaikan tangan kepadaku, aku lalu segera berlari bergegas menemui Bolmur dan sesekali memikirkan hal yang baru saja terjadi. Aku telah membuat sebuah janji. Mungkin sudah lama aku tak membuat janji dengan Vineli. Terakhir kalinya aku berjanji dengannya sewaktu kami masih kecil dimana setelah kami bertemu didepan Kincir angin itu, aku berjanji padanya untuk menjadi seorang yang akan selalu melindunginya.

Tak berapa lama kemudian, aku sampai di selatan desa. Tampak Bolmur telah menungguku ...

"Satra, cepatlah ... Kita tak punya waktu banyak. kita harus pergi ke bukit Nabia," Bolmur melempar sebuah pedang Navak kepadaku. Berat sekali, baru kali ini aku memegang Navak sebesar ini. sepertinya bisa digunakan untuk memenggal kepala naga yang ukurannya besar sekalipun dengan mudah.

"Uggh, Navak ini ini berat ..., apakah aku harus membawa benda ini? Lagi pula kenapa kita ke Bukit Nabia? bukankah harusnya kita menuju Ibukota untuk mendaftar ke Legiun pemburu naga?" Aku keheranan dengan rencana Bolmur untuk pergi ke bukit Nabia.

"Mendaftar katamu? Hahahaha ... memegang Navak yang besar saja tak sanggup."

"Kita akan melakukan latihan memburu seekor naga sebelum kau mendaftar ke legiun."

"Banyak yang tewas saat pertama kali berhadapan dengan seekor naga yang buas, kau tidak ingin mati seperti itu kan?"

"Jadi itu adalah takdir yang harus kau jalani Satra ... sebagai seorang laki-laki dari Lukaru," Bolmur berkata padaku seolah memberikanku semangat dan keyakinan bahwa setiap laki-laki dari Lukaru memiliki takdir menjadi seorang pemburu naga yang hebat.

DRACOMILLIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang