"......." (Junghan)

962 75 16
                                    

Jangan bertanya apakah aku punya pacar atau tidak karena jawabannya sudah pasti membingungkan. Aku akan menjawab "gak tau." dan aku yakin pasti ada pertanyaan selanjutnya. So, aku tidak akan menjawab apapun lagi setelah ini.

Aku..... teknisnya, aku punya. Seorang cowok, tentu saja. Tapi, bahkan aku tidak pernah menganggapnya sebagai pacarku, dan sepertinya dia juga begitu.

Dia ini tipe cowok yang 'cuek-cuek sok jual mahal bikin sebel', begitu aku menyebutnya. Dia cuek, sekali, dan bahkan aku tidak akan merasa khawatir jika orang-orang mulai membicarakannya yang sedikit 'feminim'. Aku mengakuinya, benar dia sedikit feminim dengan rambut panjangnya yang benar-benar halus dan harum. Tapi jika orang-orang tahu bagaimana dia yang asli-haha, sebentar aku mau tertawa dulu- jangankan untuk mencela, menyebut namanya saja mereka tidak akan berani.

Junghan, pacarku selama bertahun-tahun, sampai aku lupa sudah berapa lama kami menjalin hubungan seperti ini. Cowok itu memang memiliki selera yang berbeda dengan teman-temannya, terutama Seungcheol dan Joshua. Dia berwajah lembut, bukan, bukan kulit wajahnya yang lembut -walaupun memang betulan lembut- tapi garis wajahnya, tapi jika kalian mau tahu dibalik wajah itu, ada iblis. Iblis menyebalkan yang membuatku ingin membunuhnya kapan pun jika aku bisa. Dia tidak seperti Seungcheol yang berwibawa dan digemari banyak orang, karena dia adalah tipe yang diam-diam menghanyutkan. Dia tidak seperti Joshua yang lemah lembut, sopan tutur dan kata, baik hati, dan tidak sombong-dan juga kaya, tentu saja-, tapi dia.... dia tidak selembut itu, dia tidak suka tersenyum kepada sembarangan orang, dia pendiam, tapi di suatu keadaan, dia bisa saja tertawa karena hal konyol yang benar-benar sangat konyol.

Nyatanya, sedekat apa pun Junghan dengan kedua temannya itu, dia tidak pernah sedekat kelihatannya. Dia tipe pemilih. Pemilih dalam urusan berbagi tentang kehidupannya.

Junghan sering berkata sadis kepada orang-orang, termasuk kepadaku. Dia bukan orang yang pilih-pilih saat berkata, tapi dia tak sejahat itu juga. Dia sering juga kok memuji orang lain.

Junghan mengenalku dengan baik, begitu pun sebaliknya. Dia mempercayaiku, aku pun mempercayainya.

Kami pacaran, begitu statusnya. Tapi kami sama sekali tidak pernah berlaku layaknya sepasang kekasih.

Jangan bingung dan mempertanyakan kenapa bisa begitu, karena aku akan tetap menjawab, "gak tau." dan langsung pergi meninggalkan kalian yang masih ingin bertanya.

Aku bukan tipe penyayang seperti yang diinginkan Junghan. Junghan suka cewek penyayang, begitulah faktanya.

Aku bukan tipe yang rajin belajar dan suka berbagi ilmu. Junghan suka cewek pintar dan baik hati membagikan ilmunya.

Aku bukan tipe yang suka mandi 2 kali sehari, kenyataannya aku lebih sering mandi sekali sehari jika liburan. Junghan suka cewek yang suka merawat diri.

-sebentar aku mau tertawa lagi- oh ya, dan jangan bayangkan bagaimana caraku tertawa. Karena kalian pasti akan kesal. Jika Junghan melihatku tertawa sekarang, sepotong kain bekas lap akan dia sumpalkan ke mulutku. Dia kejam memang, jadi jangan berekspektasi yang berlebihan.

"Pit, kamu itu kayak rembulan." Katanya waktu kami sedang belajar bersama di depan rumahnya. Rumah kami hanya berjarak 3 rumah. Ada di satu komplek yang ramai oleh anak-anak basis alay yang suka gitaran di lapangan. Termasuk kami berdua di dalamnya.

"Rembulan yang kayak gimana dulu, nih?" Tanyaku masih sambil mengutak-atik rumus matematika.

"Kayak yang di emoticon Whatsapp." Jawabnya.

Aku diam, memandanginya datar, membuatnya mendongak menatapku.

"Apa? Ngerasa omongan gue bener?" Junghan menelengkan kepalanya, membuat rambut panjangnya menyentuh bahu.

SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang