Lov(e)nemy? (Woozi)

1.8K 133 41
                                    

Mau curhat dulu sebelum kalian baca hehehe.

Masa aku baper, baper liat Wonwoo semalem role playing Shin Se Gi! Baper liat Mingyu sama DK yang sebelahan. Baper karena SEVENTEEN dapet 1st rookie awards. Pokoknyq qku baper gara2 live streaming SMA semalem!!!!

Gitu aja deh, selamat membaca yaaa.

-----------

"BANTETTTTT!!! BALIKIN BOTOL MINUM GUAAAA!!!!" Mizi berlari mengejar Woozi yang juga sedang berlari sambil memegang botol minum pink milik Mizi dan mengacungkannya tinggi-tinggi.

Mizi berhenti saat merasakan kakinya yang pegal-pegal karena terlalu lama mengejar cowok menyebalkan itu. Nafas Mizi terengah, jantungnya juga sudah seperti mau copot. Mizi menjatuhkan dirinya ke lantai tengah-tengah koridor kelas 10, duduk dengan kaki diselonjorkan ke depan. Mulutnya masih merancaukan makian untuk cowok yang dari tadi di kejarnya itu, Woozi.

Orang-orang yang ada di sekitar Mizi kebanyakan hanya melirik cewek absurd yang sedang ngaso di tengah jalan itu. Mereka bahkan tidak heran lagi dengan keributan yang telah ditimbulkan oleh Mizi. Oh, bukan hanya Mizi, tapi Woozi juga. Karena kedua makhluk yang berlawanan jenis itu sudah biasa membuat keributan seperti sekarang ini.

Mizi akhirnya berdiri, sudah kepalang malas untuk mengejar cowok yang tingginya hanya beda 5cm dengannya itu. Dia sudah tidak peduli dengan kelangsungan hidup botol minum favoritnya yang direbut paksa oleh Woozi. Toh nanti dia bisa mengadukan cowok sialan itu kepada mamanya, mama Woozi. Tinggal tunggu saja cowok itu dihukum jalan jongkok keliling halaman rumahnya. Hihihi. Mizi tertawa sendiri membayangkan rencana pembalasan dendamnya kepada Woozi.

Jangan kaget kenapa Mizi bisa dengan gampangnya mengadukan Woozi kepada mama cowok itu. Mereka bertetangga entah sejak kapan. Rumah mereka bersebelahan dengan balkon kamar mereka yang saling berhadapan. Dulu mereka berteman sebelum menjadi musuhan seperti sekarang. Dulu waktu SD, mereka sering berangkat sekolah bersama dengan menaiki sepeda Woozi. Dulu mereka sering berbagi. Berbagi segala hal yang mereka punya sebelum pubertas merubah mereka menjadi sosok seperti sekarang.

Mizi berbalik menuju kelasnya yang ada di lantai dua. Dia ingin menghabiskan waktu istirahatnya di kelas saja walaupun perutnya sudah keroncongan setengah mati. Dia malas ke kantin karena di sana pasti ada Woozi, pasti cowok itu akan mencari masalah lagi dengannya. Tidak, tidak, Mizi tidak mau berurusan dengan Woozi lagi hari ini. Sudah cukup kakinya pegal-pegal, dia capek.

Mizi mengambil earphone-nya dari tas, menyambungkannya ke handphone dan memakainya. Mendengarkan lagu-lagu mellow yang akan membuatnya tertidur. Ya, Mizi butuh tidur untuk mengembalikan tenaganya. Tapi sebelum tidur, yang lebih dibutuhkan oleh Mizi adalah air minum. Dia haus, sangat haus.

"Haerin, lo ada minum, ga?" Tanya Mizi kepada seorang cewek yang sedang duduk di meja, menghadap seorang cowok yang duduk di bangku depannya. Haerin dan Jun yang sedang asyik mengobrol pun menoleh, menatap heren kepada Mizi yang tidak biasanya menanyakan minuman karena Mizi memang selalu membawa minum kemana pun.

"Enggak ada, Zi. Tumben nanyain minum." Haerin menggeleng. "Kamu ada, Yang?" Tanya Haerin kepada Jun.

"Ada nih. Lo mau, Zi, minum bekas gue? Di botol sih, tapi gue kokop tadi minumnya." Jun menunjuk botol air mineral yang ada di mejanya.

"Eng-enggak deh, Jun, nggak usah hehe. Makasih ya. Hehe." Mizi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia merasa tidak enak kepada Jun karena menolak minumannya padahal tadi dia yang menginginkan minuman itu.

Jun yang ada di seberangnya pun hanya mengangguk, tidak tersinggung sama sekali oleh sikap Mizi. Karena dia tahu, mereka semua tahu bahwa Mizi tidak akan bisa menyentuh apapun yang sudah pernah tersentuh oleh mulut cowok. Dia merasa, geli dan... mual. Tapi pengecualian untuk mulut Ayah, Kak Meza (kakak laki-lakinya), Kakeknya, dan... Woozi. Mizi membenci fakta terakhir tersebut.

SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang