"The Part of My Past." (Mingyu)

2.4K 184 32
                                    

Mantan. Kata itu yang selalu terpikir ketika Kirana tidak atau dengan sengaja melihat Mingyu. Pria berbadan tinggi tegap dengan wajah tampan yang menjadi sorotan di setiap langkahnya beranjak.

Sebenarnya Kirana ingin sekali menghapus semua pikiran-pikiran tentang mantan, tapi dia sama sekali tidak bisa. Mingyu terlalu berharga untuk dilupakan dan terlalu tidak berguna untuk disesalkan.

Kirana masih menyayangi mantannya itu tentu saja (walau pun dia akan menyangkal seperti apa pun hal itu). Apalagi mereka berdua hanya putus karena dia sering dibuat kesal oleh Mingyu. Mingyu yang cuek dan suka tebar pesona. Hanya karena masalah sesimpel itu. Tapi jelas itu tidaklah simpel untuk Kirana. Kirana tidak suka diabaikan, dan dia cemburuan. Kirana tidak suka ketika Mingyu sibuk sendiri. Kirana tidak suka Mingyu diperhatikan secara berlebihan oleh orang-orang di sekitarnya. Dia tahu Mingyu memang tampan bahkan mendekati sempurna, tapi kan tidak harus diperhatikan secara berlebihan. Lagipula dia sudah besar dan bisa memerhatikan dirinya sendiri tanpa harus diperhatikan orang lain.

----------

Kirana mendengus saat melihat seorang cewek yang merupakan adik kelasnya memberikan minuman dingin dan handuk kecil kepada Mingyu yang sedang beristirahat di pinggir lapangan basket. Mingyu tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada cewek tersebut, membuat Kirana semakin merasa kepanasan.

Tidak, dia tidak cemburu! Dia hanya sedikit kesal karena banyak sekali orang yang begitu perhatian kepada mantannya itu. "Dasar, cowok tukang tebar pesona!" gerutunya sambil masih mengamati Mingyu.

"Dasar manja!" geramnya lagi.

"Lo cemburu, Ra?" Tanya Dokyeom yang ada di sebelahnya. "Daritadi ngegerutu aja ngeliatin mantan dideketin cewek-cewek."

Kirana menoleh, menatap Dokyeom tajam. "Gak usah sok tau!" Serunya kesal dan berbalik meninggalkan Dokyeom.

"Tsundere." Bisik Dokyeom kepada dirinya sendiri.

------------

Sabtu malam kali ini Kirana dan keluarga kecilnya pergi keluar untuk makan. Acara rutin yang sebulan sekali diadakan oleh keluarganya untuk saling lebih mendekatkan diri, lebih harmonis. Menu malam ini adalah Tomyam. Makanan kesukaan Kirana dan juga Mingyu. Ah, lagi-lagi Kirana mengingatnya.

Kirana menatap makanan di depannya dengan mata lapar. Dulu, Mingyu sering ikut makan bersama dengan keluarganya. Biasanya, Kirana dan Mingyu-lah yang akan menghabiskan makanan karena mereka berdua yang paling doyan makan. Tapi sekarang, Kirana yang akan menghabiskannya sendiri. Dia pasti sanggup, kok.

"Na, ini udangnya masih banyak. Mau lagi, nggak?" Tanya mama Kirana ketika melihat anaknya masih fokus dengan makanannya.

Kirana menoleh dan menggeleng.

"Kok tumben?" Tanya Ren, kakak pertama Kirana.

Kirana hanya mengangkat bahunya untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Gak ada pacar kali Kak, makanya gak mau makan banyak. Gak semangatttt." Ledek Mira, kakak kedua Kirana.

"Apasih lo Mir?" kesal Kirana sambil memukul bahu kakaknya itu pelan.

"Lagian, kalo masih sayang, kenapa diputusin?" kali ini Papa Kirana yang angkat bicara. Membuat Kirana semakin kesal.

"Ih apaan sih kok jadi bahas Mingyu?!" Tanyanya dengan bibir yang dipoutkan.

"Loh, emang kita lagi bahas Mingyu, ya?" Tanya Mira balik yang membuat Kirana menampakkan wajah bersemunya.

Jelas saja dia malu. Memang daritadi kan, tidak ada yang menyebut-nyebut nama Mingyu. Tapi dia sendiri yang menganggap kalau kata 'pacar' yang dikatakan oleh kakak dan Papanya adalah Mingyu.

SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang