Cewek dengan ombre hijau neon itu bernama Dias, Ajeng Dias. Junior Kirana yang duduk di kelas 10-5. Yang Kirana tahu, Dias sangat mengagumi Mingyu dan sangat terang-terangan mengejar cowok jangkung itu. Hampir setiap hari di mana Mingyu latihan basket, cewek itu akan ada di pinggir lapangan dengan handuk kecil dan dua botol minuman dingin di sampingnya.
Kirana tahu, sangat tahu setelah hampir sebulan ini dia memerhatikan cewek itu yang ternyata sedang memerhatikan pacarnya. Kirana kadang merasa kalau cewek yang sempat ia tegur karena warna rambutnya —yang masih saja belum digelapkan— itu terlalu berlebihan terhadap Mingyu. Dia seperti.... stalker? Bahkan Kirana sendiri tidak tahu harus menyebut cewek itu sebagai apa.
Kirana sudah hampir ingin menjambak rambut neon Dias jika saja Dokyeom tidak datang dan menariknya menjauh. Kirana sampai teriak dan mengumpati Dokyeom sepanjang jalan.
Sangat-sangat-sangat menyebalkan.
——————
Entah hanya perasaan Kirana saja atau memang Mingyu yang sama sekali tidak peka terhadap keadaan?
Mingyu masih tetap menerima minuman dan handuk dari Dias saat Kirana sudah melarangnya berkali-kali. Katanya, Mingyu tidak tega mengabaikan pemberian orang lain. "Masa mau nolak rejeki?"
Entah Mingyu yang terlalu baik kepada cewek-cewek di sekitarnya, atau memang Kirana yang cemburuan? Dua-duanya benar. Karena saat Mingyu terlihat lebih akrab dengan seseorang, Kirana akan sebal, dan marah tentu saja.
.
Mereka masih baik-baik saja. Selama sebulan ini mereka tetep mencoba menjadi diri mereka yang sebelumnya. Tidak ada yang berubah sama sekali.
Sampai kemarin, Kirana melihat Mingyu yang ditarik paksa oleh Dias. Entah ke mana cewek itu membawa pacarnya, menyembunyikannya, sampai-sampai Kirana tidak menemukan keberadaan mereka berdua.
Kaki Kirana masih terus berlari menyusuri lorong-lorong sekolah. Dari ujung sana ke ujung sini hingga membuat kakinya lemas dan pegal-pegal. Badannya sudah banyak berkeringat. Dan kerongkongannya mulai kering.
Kirana butuh minum, dan dia butuh menemukan pacarnya di saat yang bersamaan. Dia mendesah, menyerah mencari Mingyu dan berlari lagi menuju kantin untuk membeli es teh manis.
Kirana tidak perduli saat beberapa orang di kantin melihatnya dengan tatapan terkejut. Kirana benar-benar tidak perduli bahkan saat seorang adik kelasnya memanggil namanya dengan nyaring. Dia butuh minum.
Setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan, Kirana mendudukkan diri di salah satu bangku kosong di kantin itu, diikuti oleh adik kelasnya. Kirana sadar sebenarnya, tapi dia masih belum mau perduli.
"Kak," panggil cewek yang bernama Kimi itu sambil mengikuti Kirana duduk.
Kirana menatapnya, menaruh sedikit perhatian pada adik kelasnya itu.
"Di-Dias, kak.." katanya sedikit tergagap.
Kirana menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa sama dia?" Tanyanya.
Kimi menunjuk jalan menuju gudang belakang sekolah yang tadi tidak dilewati Kirana.
"Dias ke sana, bawa kak Mingyu." Ucapnya cepat.
Mata Kirana membola. "Mereka ngapain?!"
Kimi yang ditanyain seperti itu malah salah tingkah. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia menggeleng. "Nggak tau, kak." Jawabnya berbohong.
Kimi tahu sebenarnya kalau Dias yang merupakan teman sebangkunya itu mau menembak Mingyu dan mungkin akan memaksa cowok itu untuk menjadi kekasihnya tanpa melihat posisi Kirana yang ada di tengah-tengah mereka untuk menghadang Dias.
Kirana berlari lagi meninggalkan es tehnya yang masih setengah. Diikuti Kimi dari belakang yang sudah merasakan hawa peperangan. Sebenarnya dia tidak ingin melakukan ini, tapi kan, dia juga tidak mau nantinya Dias akan semakin tergila-gila pada Mingyu. Dias jelas harus disadarkan bahwa Mingyu tidak akan lebih dari sekedar kakak kelas impian untuknya. Dias benar-benar harus disadarkan.
Kirana menatap nyalang dua orang yang saling menempelkan bibir itu. Si cewek yang menikmati ciumannya dengan mata terpejam, sedangkan si cowok terbelalak kaget karena ulah adik kelas yang dengan lancang menciumnya. Apalagi dari punggung cewek yang sedang menciumnya ini, dia melihat ada setan besar yang menghampiri mereka dengan mata hampir keluar dan kaki yang dihentakkan dengan keras.
Dia tahu bahwa Dias yang memulai semuanya. Dias mendorong Mingyu ke belakang dan tiba-tiba berjinjit sambil menempelkan bibirnya pada bibir Mingyu.
Begitu sampai di belakang Dias, Kirana langsung menjambak dengan keras ujung rambut berwarna neon itu. Membuat si empunya tersentak ke belakang dan berteriak kesakitan.
Kirana menarik rambut itu dan mendorongnya sampai lutut Dias mengenai tanah, cewek itu memekik.
"Lancang ya!!" Seru Kirana marah menatap Mingyu dan Dias bergantian.
Kirana sudah akan menghampiri Dias untuk menjambak lagi rambutnya sebelum tangan Mingyu menariknya menuju dada bidang yang berdegup dengan kencang. Membuat kemarahannya meluap digantikan oleh isakan kecil yang keluar dari bibirnya.
Mingyu tahu dia sudah melakukan kesalahan besar yang membuat pacarnya seperti ini. Tidak seharusnya Mingyu mau mengikuti cewek itu. Iblis licik yang telah membuat pacarnya menangis.
Mengusap bibirnya yang telah dicium oleh orang yang ditatapnya sekarang, Mingyu mencoba memberi isyarat kepada Dias supaya berdiri. Dan cewek itu menurut.
"Mulai sekarang jangan pernah muncul di depan gue lagi. Gue kira lo anak baik." Ucapnya ketus, baru kali ini Mingyu menggunakan nada bicara yang begitu menyakitkan untuk orang lain.
"K-kak Min--"
"Udah sana pergi." Usirnya, membuat Dias menunduk dan berjalan entah kemana. Cewek itu sepertinya akan menangis.
"Kira, maaf.." ucap Mingyu sambil melepaskan pelukannya. Melihat mata merah Kirana yang begitu ketara membuat rasa bersalahnya semakin menumpuk.
"Aku nggak habis pikir sama cewek itu, Ming." Kirana mengusap dua sudut matanya yang lagi-lagi berair.
"Jangan dipikir, nanti kamu pusing. Mulai sekarang gak akan ada yang kayak dia. Janji, deh." Mingyu mengusap rambut Kirana pelan.
Kirana mengangguk. Tidak mau larut dengan kekesalan yang masih ada di hatinya. Kesalahan itu bahkan bukan dari Mingyu. Mingyu juga korban sebenarnya.
"Ming,"
Panggilan Kirana membuat Mingyu memfokuskan matanya pada cewek lucu di depannya.
"Aku gak mau cium kamu lagi. Bibirmu bekas orang. Yack~" kata Kirana berlagak jijik sambil berjalan menjauhi Mingyu.
Mingyu tertawa keras mendengar itu. Pacarnya memang... sesuatu? Yah, polos, tapi tidak polos juga. Bagaimana ya... pokoknya begitulah.
——————
Apalah apalah ini apalah. Duh, aku mumet. 600ribu ew.
Sorry for typo(s)
Me,
Dugi's trash.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
FanfictionStories of all SEVENTEEN's member. Jangan banyak berharap sama fanfiction ini, karena authornya labil, bisa jadi ff ini juga labil. Karena semua cerita di sini berawal dari sebuah kelabilan. Read enjoyly! xx