"Sorry," (Woozi)

1K 67 15
                                    

A.n.

Halo readers! Apa kabar? Sehat? Hehehe kutidak sehat, apalagi kantong, lemes gitu rasanya.

Okay, aku cuma mau bilang makasi banyak untuk kalian semua yang udah ngikutin fanfic ini, yaaaa walaupun fanfic dan authornya labil, ceritanya banyak yang non sense, banyak typo, banyak salah kata, kalimat nggak efektif. Makasih banget buat kalian yang udah mau buang waktu buat baca ini, seriusan aku seneng bangetttttt apalagi kalo ada yang komen, aku suka jejeritan sendiri ㅠㅠ

Btw, aku buat cerita ini, nggak tau mikirin apa, dan aku cuma buat. Jadi, maaf kalo hasilnya di luar ekspektasi dan mengecewakan kalian.

Jujur aku stuck sama cerita2 ini, aku pusing, banyak yang musti dikerjain dan aku merasa akhir2 ini nggak ada waktu buat nyentuh wattpad :(

Jujur lagi, aku betulan butuh saran dari kalian buat nerusin cerita ini. Aku stuck yang bener2 stuck. Aku butuh pencerahan gaes :(

Maaf ya kalo an kali ini kenbanyakan cingcongnya maaf banget :(

Jadi...yaudah selamat membaca, semoga suka.

Maaf kebanyakan typo karena aku gapernah edit lagi setelah buat hehehheheh kusudah mumet.

Makasih guys, mwah 💕

----------------

Meza yang baru saja memasuki rumahnya saat tengah malam dikejutkan oleh dua orang yang tengah tertidur di atas sofa ruang tamu. Tidak dua-duanya, tetapi hanya adiknya saja yang berada di atas sofa, sedangkan satu orang lagi tengah duduk di lantai dengan keadaan yang basah kuyup, menggigil sambil menggenggam tangan adiknya. Meza berjalan ke arah mereka dengan perlahan agar tidak mengganggu keduanya yang sedang terlelap.

"Ji, Uji," Dia menyentuh lengan anak laki-laki yang menggigil di depannya, berniat membangunkan anak itu dan menyuruhnya mengganti pakaian. Diulangnya sekali lagi setelah tidak ada sahutan sedikitpun dari Woozi.

"Ngh," Lenguhan lemah dari Woozi membuatnya segera berjongkok, menempelkan punggung tangannya pada dahi Woozi dan mendapati betapa panas tubuh yang sedang duduk itu.

"Ji, lo demam!" Serunya dengan sedikit keras, membuat adik kandungnya terusik dalam tidur.

Mizi mengerjapkan mata ketika seruan keras itu masuk ke gendang telinganya. Dapat dilihatnya sang kakak yang sedang menampilkan wajah panik, membuatnya segera bangun dan menatap kakaknya heran.

Belum sempat dia bertanya, sang kakak sudah lebih dulu berseru dengan suara yang menyiratkan kekhawatiran.

"Uji, yaampun! Kok bisa basah kuyup gini, sih?!" Dengan hati-hati Meza mengangkat tubuh Woozi, berusaha menggendong anak laki-laki yang sudah dianggapnya sebagai adiknya sendiri itu.

Mizi mengernyit saat melihat badan Woozi yang basah kuyup dengan wajah pucat pasi dan tubuh bergetar. "Dia kenapa, kak?" Tanyanya, terselip nada khawatir yang dapat ditangkap oleh pendengaran Meza.

Meza menatap Mizi, mengangkat bahunya sedikit dan membalikkan tubuhnya. "Nggak tau, Dek, badan Uji panas banget. Sini bantuin Kakak gendong Uji. Buruan!"

Dengan tergesa, Mizi bangkit dari duduknya dan membantu Meza menggendong Woozi di punggungnya.

Meza sedikit berlari menuju rumah Woozi, membuka pagar dengan kakinya. Meneriakkan nama Bunda dari anak lelaki yang digendongnya.

"BUN! BUNDA! BUKAIN PINTU!" Teriak Meza panik, merasakan badan yang begitu panas juga basah di punggungnya serta suara lenguhan yang terdengar sangat lemas.

SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang