"It's not because of chat, but.." (Wonwoo)

620 42 8
                                    

It's been a long time, guys. Sorry. I had the hard times. Thanks for staying here.

-----

Pesannya diabaikan. Ini pertama kali di sepanjang sejarah hidup seorang Aqila Jeon, pesannya untuk sang kakak diabaikan. Tanda centang dua dari tiga jam yang lalu masih tidak berubah warna menjadi biru, dan itu membuatnya kesal setengah mati.

Aqila tidak pernah diabaikan sama sekali oleh Wonwoo. Sama sekali tidak sebelum saat ini. Dalam keadaan yang bagaimana pun, Wonwoo akan dengan sangat cekatan membalas apapun pesan dari Aqila, mulai dari yang sangat penting sampai yang sangat tidak penting.

Gadis dengan rambut kepang kuda ini sempat berpikir apakah kakaknya sedang sibuk atau bagaimana, tapi biasanya Wonwoo akan memberikan kabar terlebih dahulu.

Sekali lagi dia mengecek chatroomnya, sama sekali tidak ada tanda-tanda dari Wonwoo, masih sama ceklis dua tanpa warna biru.

.

Pada jam istirahat kedua ini Aqila sengaja melewati kelas Wonwoo yang jelas-jelas berlawanan arah dengan kantin, tempat tujuan awalnya. Syifa sampai dibuat kesal karena dipaksa mengikuti Aqila dulu sebelum mereka ke kantin, padahal perutnya sudah terus-terusan berbunyi.

Aqila melongok ke dalam kelas dari jendela kaca yang tirainya tidak tertutup. Dari sana dia bisa melihat seisi kelas Wonwoo walaupun dari luar. Dan saat itu juga dia menemukan Wonwoo sedang duduk, berdua, dengan seorang gadis yang dia sangat tau adalah teman sekelas kakaknya itu.

Wonwoo duduk di bangku sebelah gadis itu, yang bukanlah bangku tempatnya biasa duduk. Badannya agak condong ke kiri, ke arah si gadis yang sekarang sedang tersenyum-senyum sambil memerhatikan Wonwoo dari samping. Dan tangan gadis itu berada di lengan kiri Wonwoo, kadang mengguncangnya ketika dia berbicara atau tertawa.

Aqila tidak tahu mereka sedang apa, tapi dia kesal. Aqila sangat jarang sekali kesal dan kali ini dia betulan kesal. Moodnya tiba-tiba turun, rasa lapar yang dari tadi ditahannya sudah tidak terasa, dan bibir yang biasanya selalu tersenyum itu sekarang mengerut ke depan.

"Qil, ayo ke kantin, laper tau!" Suara rengekan Syifa berhasil mengambil perhatian Aqila.

Mendesah, Aqila akhirnya mengangguk dan tersenyum kecil kepada Syifa. "Sorry, yuk kantin."

Sebelum benar-benar pergi, Aqila menatap lagi pada Wonwoo yang posisinya masih sama seperti tadi. Membuat Aqila semakin gondok saja.

--------

Syifa menatap teman di depannya yang sedang menekuk wajah. Sangat tidak biasa menyaksikan Aqila diam seperti ini. Gadis itu selalu cerita, suka menebar senyum, dan aktif dalam berbicara. Syifa tahu bahwa Aqila tidak menyukai suasana hening. Tapi kali ini, jangankan untuk berbicara ataupun tersenyum, bahkan menyentuh makanannya pun Aqila ogah-ogahan.

"Qila, siomaynya nggak di makan? Kok diaminin gitu doang?" Inisiatif Syifa untuk membuka suara. Tidak tahan juga dengan sikap diam Aqila.

Aqila mendongak, tersenyum kecil tak sampai mata dan kembali menunduk. "Tiba-tiba kenyang, Syif." Dan suaranya kecil. Bukan Aqila sekali.

Dahi Syifa berkerut, bukannya tadi Aqila yang menyeretnya agar cepat-cepat ke kantin? Tapi kenapa sekarang dia malah sudah kenyang bahkan sebelum makan?

"Kamu lagi banyak pikiran ya, Qil?" Syifa memang perhatian, jadi Aqila hanya tersenyum saja sambil menggeleng.

Syifa sudah selesai dengan sotonya dan siomay di piring Aqila masih utuh.

"Mubadzir tau, Qil. Kasian juga pak de siomaynya kalo tau kamu beli siomay tapi nggak dimakan."

Aqila akhirnya menyerah dan memasukkan beberapa potong siomay ke dalam mulutnya, membuat Syifa tersenyum. Setidaknya Aqila mau makan.

SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang