Belakangan ini Seungkwan jadi lebih diam, tidak banyak bicara seperti sebelum-sebelumnya.
Sebenarnya bagus juga, tapi aku malah jadi lebih risih dibandingkan saat dia bicara terus-terusan.
Kenapa ya, mungkin karena aku sudah biasa dengan Seungkwan yang ramai dan suka bicara saat di depanku dan orang lain, dibandingkan dengan Seungkwan yang cool dan pendiam seperti ini.
Dia ada di depanku, tapi tidak bicara apa-apa. Hanya menatapku sambil tersenyum, dan sesekali berkedip. Dari tadi, dari satu jam yang lalu di perpustakaan daerah.
"Nggak belajar?" Tanyaku membalas tatapannya.
"Nggak, Ta. Kamu belajar aja, aku temenin." Jawabnya sambil tersenyum lebar.
Aku menggedikkan bahuku dan kembali membaca buku sejarah yang sudah kubaca dan kusalin dari tadi.
Aku penasaran, apa dia benar-benar ke sini cuma untuk menatapku? Memandangiku? Atau bagaimana, sih?
"Kwan," Aku memanggilnya.
"Ya, Ta?"
Kutatap Seungkwan lurus-lurus. "Kamu kenapa, sih?"
Seungkwan bergeming, menatapku dengan wajah bingungnya. "Emangnya aku kenapa?"
"Aneh." Cicitku, lalu kembali fokus pada buku di depanku.
----------
Kami berjalan di trotoar, menuju restoran seafood yang biasa kami datangi. Dan Seungkwan masih diam saja, tidak bicara sedikitpun, kecuali saat kutanya.
Biasanya kan, dia yang selalu berisik, tanya ini tanya itu, semuanya ditanyakan dari yang paling penting sampai tidak ada kadar pentingnya sama sekali.
"Aku ada salah? Kenapa diem aja? Kamu sakit hati karena selalu kukatain cerewet, berisik, makanya diem aja gini?" Tanyaku langsung.
Seungkwan menghentikan langkahnya, lalu menarik lengan kananku, "Engga, kapan aku pernah sakit hati gara-gara dikatain begitu?" Tanyanya kembali.
"Gak pernah, sih. Tapi kenapa diem aja dari kemarin-kemarin? Biasanya ngoceh terus."
"Gak apa-apa, Ta. Hehe."
Aku menatapnya sedikit sangsi, benar-benar heran dengan sikap Seungkwan yang tiba-tiba begini. Jadi kesal sendiri.
"Yaudah ayok makan aja, biar kenyang." Ajaknya dengan menarik tanganku, sambil senyum.
-------------
Jangan katakan pada Seungkwan, tapi aku diam-diam sedang mengikutinya sekarang.
Kenapa bisa-bisanya aku melakukan hal yang awalnya kupikir tidak penting ini?
Karena, Seungkwan tidak datang ke kelasku saat bel istirahat barusan. Dari awal kami jadian, dia selalu datang ke kelasku saat istirahat, mengajakku makan atau sekedar keluar kelas untuk bertemu dengannya. Selalu dan setiap hari. Membuatku biasa dengannya di jam-jam kosong seperti ini.
Dia juga tidak mengirimiku pesan, atau menelfon, atau apa gitu untuk mengabariku. Biasanya kan dia berisik sekali di chat. Ponselku selalu penuh notifikasi darinya. Dan kadang membuatku jengkel.
Tapi dengan notifikasi yang hanya dua buah -itupun dari grup kelas, justru membuatku semakin jengkel.
Dia kenapa dan sedang aja. Sampai tidak memberi kabar.
Dan akhirnya, aku menguntitnya. Masa bodo dengan image-ku yang cuek atau apalah itu kata orang-orang. Kali ini aku sudah sangat penasaran.
Dan di sini, di kantin, aku melihat Seungkwan, sedang mengobrol berdua dengan seorang anak perempuan dari kelasnya. Aku tahu anak itu, pacarnya kak Jeonghan dari kelas dua belas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
FanfictionStories of all SEVENTEEN's member. Jangan banyak berharap sama fanfiction ini, karena authornya labil, bisa jadi ff ini juga labil. Karena semua cerita di sini berawal dari sebuah kelabilan. Read enjoyly! xx