Kasih tau aku kalau ini cheesy 😂😂😂😂
Maaf untuk typo(s)
----------------------
Kata orang, aku dan Jun adalah pasangan paling sempurna seantero sekolah. Bukan karena kami memiliki paras yang menawan -walaupun memang nyatanya seperti itu, sih-, melainkan karena kata orang kami saling melengkapi.
Jun dengan segala perhatian dan pengertiannya yang bisa membuat egoku luluh, dan aku yang selalu bisa membuatnya tersenyum dan semangat.
Setahu orang, kami begitu. Setahu orang, kami sempurna jika bersama. Mereka tidak pernah tahu kalau sebenarnya aku masih belum mengerti pacarku itu seperti apa. Aku tahu semua sifat luarnya, tapi aku tidak pernah tahu bagaimana dalamnya. Dia selalu bersamaku, di dekatku tapi aku merasa kami terlalu jauh untuk melewati garis pembatas.
Dia tidak terlihat tertutup sama sekali di luarnya, tapi, aku bahkan tidak pernah tahu apa yang dia rasakan saat bersamaku. Aku tahu dia mencintaiku, tapi dia selalu tertutup. Setidaknya itu yang kurasakan.
Aku ini tipe yang perasa, atau bahasa kasarnya adalah baperan. Aku selalu bisa dibuat baper oleh Jun, dan hal tersebut hampir setiap saat kualami.
Jun adalah cowok populer tentu saja. Siapa sih, yang tidak mau dekat-dekat dengan cowok populer sepertinya? Apalagi yang orang-orang tahu, pacarku itu baik sekali, suka tersenyum, suka tertawa, dan ramah.
Aku merasa belum bisa mengenal Jun luar dan dalam, dan itulah yang menjadi ketakutanku. Aku takut tidak bisa mengerti dia, walaupun aku tahu dia tidak akan menuntut akan hal itu. Katanya, selama aku mau menerimanya, selama aku mau terus bersamanya, dia tidak akan menuntut apapun dariku, termasuk perhatian.
Dia bilang seperti itu di depan banyak orang yang mengira kami adalah perfect couple. Aku percaya dia mencintaiku, tapi aku tidak pernah percaya mulutnya yang selalu bilang "tidak apa-apa.".
Tapi bukankah ini terlalu berlebihan? Apa dia sungguhan bisa menerimaku yang bahkan tidak pernah mengerti apa yang dia rasakan? Walaupun dia bisa, aku yang tidak bisa!
Aku tidak bisa terus diam dan merasa tidak bersalah saat dia hanya tersenyum melihatku sedang asyik dengan teman laki-lakiku. Aku tidak bisa untuk tidak marah jika dia selalu mengalah padaku, aku ingin setidaknya dia memaksaku melakukan hal-hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya.
Aku saja selalu mencemburuinya jika dia sudah dekat-dekat dengan cewek, tidak perduli cewek-cewek itu temannya atau bukan. Aku hanya cemburu dan yang dilakukannya hanya minta maaf.
Aku saja selalu marah-marah dan memaksanya melakukan ini-itu, walaupun tanpa dipaksa pun, Jun akan dengan senang hati melakukannya untukku.
Aku bukannya tidak bersyukur diberi pacar yang hampir menyerupai sempurna sepertinya. Tapi aku hanya merasa dia monoton. Dia selalu ada dipihak bersalah, sedangkan aku yang selalu benar walaupun kesalahan sebenarnya ada padaku.
Aku ingin, walaupun hanya sekali, dia memarahiku, membuatku menangis karena menyesali kesalahanku. Bukan menangis karena ditinggalkannya dua hari untuk ke Singapur seperti waktu itu.
Aku ingin, setidaknya dia memberitahuku bahwa dia tidak suka pada sesuatu, tidak mau melakukan ini atau itu, tidak suka aku dekat-dekat dengan si ini dan si itu.
Intinya, aku ingin melihatnya cemburu. Aku ingin melihatnya menunjukkan emosinya padaku. Bukan hanya aku yang melakukan semua itu, tapi dia juga. Setidaknya sekali saja.
--------------------------
Aku sedang duduk bersama Junghan, si flower boy sekolah di dalam kelas. Tidak ada yang kami lakukan selain bercanda, bermain tebak-tebakan, dan tertawa. Kami juga beberapa kali melakukan skinship karena terlalu banyak tertawa. Junghan bukan tipe orang yang lucu dan suka tertawa dengan semua orang, tapi dia selalu bersikap apa adanya tidak menutup-nutupi sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN
FanfictionStories of all SEVENTEEN's member. Jangan banyak berharap sama fanfiction ini, karena authornya labil, bisa jadi ff ini juga labil. Karena semua cerita di sini berawal dari sebuah kelabilan. Read enjoyly! xx