"Bertahanlah, bukan sebatas untuk menyapa orang-orang terkasihmu.
Buktikanlah, bahwa kamu lebih tangguh dari yang mereka pikirkan!"***
Tubuh tegapnya itu merosot dibalik pintu sesaat setelah sempurna masuk ke dalam bilik kecil dekat dapur, tangannya bergerak liar menekan perut bagian atas yang yang sudah tidak karuan lagi rasanya, jangankan untuk bergerak, bernafas dengan benar saja susahnya setengah mati.
Meski bergetar, dia memaksakan satu tangan lain yang bebas bertumpu pada dinding guna menahan bobot tubuhnya yang kepayahan, segala kesakitan yang ditahannya sejak berada di meja makan mulai menunjukkan wujud aslinya.
Wajah piasnya memerah, giginya bergemeletuk cepat menghalau ringisan yang nyaris keluar, setidaknya dia harus menahannya sekarang, dia sedang tidak ingin menimbulkan keributan apalagi di rumahnya sedang ada tamu spesial.
Tokk...
Tokk...
Tokk...
"Yo, lo masih di dalem?" Gabriel mengetuk pintu kamar mandi tak sabar, sudah hampir 30 menit adiknya itu ada di dalam dan belum juga keluar. apa saja yang dia lakukan sebenarnya? kenapa begitu lama?
"Lo masih lama? Gue juga kebelet nih"
Rio meringis mendengar celoteh Gabriel di depan pintu, sungguh alibi yang sangat bodoh.
Arggh...
Rio menggigit bibir dalamnya menahan erangan, lagi-lagi perutnya terasa seperti dikuliti, sakit, panas, seperti di remas tangan raksasa yang memaksa isi lambungnya keluar. Susah payah dia berdiri, menyeret tubuh bertumpu pada ujung wastafel bersamaan dengan semakin brutal rasa sakit itu melumpuhkan tenaga yang tersisa.Hueeek...
Hueeek...
Hueekk...
Pertahanannya roboh sudah, mual yang tertahan sejak tadi tidak bisa diajak kompromi.
"Yo... Buka pintunya, kek!" Teriak Gabriel lagi
Rio menyalakan kran air keras-keras untuk menyamarkan suara, kali ini Ia benar - benar muntah hebat. Hanya dalam hitungan menit, tubuhnya meluruh di dinding ruang dengan berpegangan pada ujung wastafel.
"Semedi dulu ya lo di dalem?"
Ah, rupanya Gabriel belum pergi, Ia masih menggebrak pintu seakan benda itu tidak bisa rusak meski ada badai sekalipun. Rio tidak menyahut, dia harus menghemat tenaganya yang bahkan belum pulih.
"Yo! Lo buka atau gue dobrak nih pintu!"
"Ah kelamaan lo!"
BRAAK...
Gabriel mendobrak pintu kamar mandi sekuat tenaga, cepat saja dia memburu tubuh Rio yang bertumpu ujung wastafel, berdiri membelakanginya. "Yo, Lo nggak apa-apa kan? Ngapain aja sih, lama banget!" Serunya kesal.
Rio memutar badan perlahan, menegakkan punggungnya di ujung wastafel demi terliat baik-baik saja di depan sang kakak. "Gue... gue nggak apa-apa kok, mules doang"
"Ahh, syukurlah..." Gabriel menghela nafas lega, dia sudah parno lantaran adiknya terlalu lama di kamar mandi.
Rio tersenyum, setidaknya untuk beberapa menit kedepan dia berharap ketenangan ini tidak berubah karena masih ada yang harus dia lakukan.
"Yaudah, keluar yuk! Ify udah nunggu tuh, Lo nggak nganterin dia balik?"
Rio mengangguk, baru saja dia hendak mengikuti langkah sang kakak untuk keluar saat lambungnya kembali berulah, rasa sakitnya berkali-kali lipat lebih parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] BAHASA RASA
Teen FictionSEKUEL : [1] LUKA SEMESTA Blurb : Akhirnya, setelah melewati perjuangan yang panjang Rio bisa berdamai dengan masa lalu, menikmati kebersamaan keluarga yang selama ini dia rindukan bersama wanita yang dia perjuangkan. Siapa sangka, Rio akhirnya b...