Lapangan indoor Cakrawala kembali menjadi saksi permaianan dua manusia yang jiwa basketnya sudah mendarah daging yang tentu saja akan booming jika kabar ini sampai terdengar keluar gedung Cakra. seyogjanya, akan sangat wajar jika kita melihat seorang Kapten basket Sekolah melakukan permaianan One and One dengan salah satu anggota timnya dengan berbagai alasan yang tetap bisa dianggap relevan meski mungkin terdapat beberapa faktor yang tidak masuk akal.
Seperti yang terjadi di lapangan indoor Cakrawala hari ini, siapa sangka saat ini tengah terjadi pertandingan tunggal antara Kapten basket Cakrawala bersama Pelatih kebanggaan sekolah tercinta, siapa lagi kalau bukan Pak Duta.
Bukan tanpa alasan, pertandingan yang dilakukan one and one tanpa penonton apalagi supporter merupakan sebuah harga yang harus dibayar demi kata mufakat dari kedua belah pihak atas permintaan kapten basket cakrawala yang mungkin akan dinilai gila oleh orang kebanyakan.
Sebagaimana pemain professional semakin lama pergerakan keduanya semakin kompleks saja. Berkali - kali Pak Duta menguasai bola dan mencetak angka dalam 30 menit ini sementara Rio yang juga tak mau kalah skor beberapa kali mengecoh perhatian lawan mainnya demi mencetak angka untuknya agar bisa mempertahankan permainan.
Brukk...
Lagi, Rio berhasil mencetak skor meski jaraknya dengan lawan tidak terlalu jauh, strategi yang mumpuni tentu berhasil menghipnotis siapapun termasuk Pak Duta yang beberapa kali dibuat terkesima dengan permainan hari ini.
"Kalau saya bisa memasukkan bola ini sekali lagi, permainan kita selesai. Deal?" dengan nafas terengah dan keringat yang membasahi sekujur tubuh Rio kembali membuka suara. Mata elangnya menyipit tajam, memandangi si oranye dan Pak Duta bergantian hingga anggukan pelan sang lawan main membuatnya menyunggingkan senyum penuh arti. Tidak ingin membuang waktu, segera saja Ia melemparkan si oranye yang masih berada dalam kendalinya dengan hitungan dalam hati semoga usahanya tidak meleset kali ini.
Swwiiing...
Benda bundar itu mulai berputar cepat sesampainya di bibir ring, cukup lama. "Ayolah, pliss... masuk, pliiss... " Rio berdoa dalam hati karena semakin lama putaran di bibir ring mulai memelan dan tidak kondusif sampai kemudian dug...dug...dug... si oranye berdentum merdu ketanah setelah sebelumnya berhasil memasuki ring dengan gerakan yang indah dan mulus.
"Haaah!" Rio memejamkan mata guna menghalau pening yang belum mau hilang meski perasaan lega nampak jelas di wajahnya yang mulai kehilangan rona. bohong, jika dengan kondisinya sekarang dia bisa bermain dengan kekuatan prima seperti dulu, apalagi menghadapi lawan sekelas Pak Duta yang mana beliau adalah pelatih yang kompeten di bidangnya.
"Are you okay, Capt?"
Rio mengangguk tak kentara sesaat setelah suara sopran Pak Duta mengisi keheningan yang tercipta cukup lama diantara kedua pemain yang masih berupaya mengembalikan tenaga yang terkuras selama mereka bermain.
"Jadi bagaimana, Pak? Apakah permintaan saya sudah bisa diterima?" Tak ingin membuang waktu, Rio memutar badan pada Pak Duta yang duduk tidak jauh dari tempatnya dan menanyakan kembali keputusan sang pelatih atas permintaan yang sempat dia lontarkan beberapa hari yang lalu kepada belaiu yang juga menjadi wasilah terlaksananya permainan hari ini.
"Dengan pertandingan kita tadi, Bapak bisa lihat strategi dan cara kamu mengendalikan permainan masih sangat dibutuhkan di tim. dan bapak pikir kamu masih bisa menggunakan hak veto untuk tetap memimpin latihan tanpa harus turun kalau kamu mau, gimana?"
"Maaf, Pak. Tapi keputusan saya sudah bulat. saya juga sudah menyanggupi tantangan Bapak. Bukankah seharusnya kesepakatan kita sudah selesai?"
"Iya, tapi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] BAHASA RASA
Ficção AdolescenteSEKUEL : [1] LUKA SEMESTA Blurb : Akhirnya, setelah melewati perjuangan yang panjang Rio bisa berdamai dengan masa lalu, menikmati kebersamaan keluarga yang selama ini dia rindukan bersama wanita yang dia perjuangkan. Siapa sangka, Rio akhirnya b...