Chapter 25

292 9 0
                                    

"Ehm.. aku ngga punya banyak waktu." Sepertinya Rey agak risih.

"Aku hanya ingin mengatakan... kalau... " dan "Cepatlah aku sibuk." Kata2 ku dipotong olehnya.

"Aku hanya ingin mengatakan.. kalau aku akan pergi ke London besok." Aku menunduk. "Lalu apa hubungannya denganku? Kalau kamu mau pergi ya pergi aja." Kata2 nya bagaikan beribu pisau yang menusuk hatiku. Rasanya sangat sakit. Dia begitu tidak peduli dengan ku, karena hanya kesalahpahaman ini.

"Ngga kok. Sebenarnya juga aku ngga mau mengatakan ini padamu. Tapi... Dena memaksaku. Kalau begitu aku pergi dulu." Suaraku bergetar. Aku menahan air mata yang akan keluar. Tapi air mataku akhirnya keluar, aku tidak bisa menahannya lagi. "Oh ya. Jaga kesehatanmu. Aku tunggu undangan darimu... kalau kau akan menikah. Bye." Aku pergi dengan air mata yang mengalir dipipiku.

Rey

Sebenarnya aku tidak ingin Cloey pergi. Hati ku sakit melihat Cloey menangis, hati ku sakit saat Cloey mengatakan kalau dia menunggu undangan dari ku kalau aku akan menikah nanti. Aku hanya duduk di ruangan ini sendiri. Tiba2 Dena datang dan menamparku.

"Kamu kenapa sih Rey? Ini tu terakhir kalinya kamu dan Cloey ketemu. Tapi kamu malah buat dia nangis. Kamu benci banget ya sama Cloey? Dia itu ngga salah Rey. Yang salah itu kamu Rey.. KAMU!!" Aku bingung dengan kata2 Dena. Dia yang selingkuh tapi kenapa aku yang salah.

"Yang salah disini Cloey bukan aku. Jelas2 dia yang selingkuh." Aku membentak Dena.

"Rey buka mata kamu!! Coba aja kamu dengerin penjelasan Cloey." Dena balas membentakku.

"What ever!! Aku ngga butuh penjelasan." Aku berdiri. "Udah selesai kan? Aku mau pulang. Aku sibuk." Aku pergi meninggalkan Dena sendirian.

"Kamu akan menyesal karena tidak mendengarkan penjelasannya." Gumam Dena. Tapi aku masih bisa mendengar gumamannya.

Cloey

Setelah pulang dari cafe, aku memutuskan untuk berangkat ke London malam ini.

"Mike... cepat atur barang2 kamu dan kita pergi malam ini." Kataku. "Hah?! Malam ini? Kamu serius?" Mike kaget. Aku hanya menganggukan kepala dan segera pergi ke kamar.

Aku mengisi semua barang2 ku di koper. Mataku tertuju pada satu benda, kotak musik. Aku membukanya, air mataku menetes lagi.

"Hmm barang itu berharga banget buat kamu ya Cloe?" Aku segera menghapus air mataku dengan kasar. "Em, dulunya barang ini berharga. Tapi sekarang ngga kok." Ngga salah lagi.

"Bawa aja. Bagaimana pun juga, barang itu mempunyai kenangan." Setelah mengucapkan kata2 itu, Mike keluar dari kamarku.

"Mempunyai kenangan? Ya kenangan tersendiri." Aku menaruh barang itu kembali. Aku ngga akan bawa barang ini. Aku akan meninggalkan semua kenangan tentang aku dan Rey.

Finally... i ready to go. Aku mengirimkan pesan kepada semua teman2 yang selalu mendukungku. Aku mengirimkan pesan juga kepada Rey. Semua mengirim pesan balik bahwa mereka akan segera ke rumahku, kecuali Rey. Ya wajarlah, dia kan sudah tidak memperdulikan aku lagi.

***

"Kamu yakin Cloe? Kamu ngga boleh lupain kita ya.. aku.." Dena sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia menangis, aku pun ikut menangis. Aku memeluk Dena dan semua memelukku dan Dena dengan mata berkaca-kaca.

"Kalian ngga usah kawatir. Aku tidak akan pernah melupakan kalian.. hiks.. aku... aku menyayangi kalian.... Kalian jangan nagis dong, aku tidak menginginkan air mata kalian turun. Ayo senyum semua!!" Aku tersenyum. Senyum palsu lebih tepatnya.

"Kamu ini idiot atau apasih... Ini tuh perpisahan, terus kamu mau kita senyum gitu. Berarti kita senang dong kalau kamu pergi.." Joe menoyor kepalaku karena kebegoanku ini. Ngga gih..

"Joe nanti aku bego beneran lo. Kamu mau ngga ada cowok yang deketin aku, karena ulah kamu yang buat aku bego ini. Huh?!" aku mengerucutkan bibirku. Joe hanya mengangkat dua jarinya membentuk peace.

"Ngapain juga kamu cari cowok lain. Palingan kamu bakal balik lagi sama Rey." celetuk Grace. Apanya yang balik Den? Lihat muka aku aja dia risih. Aku hanya tertawa hambar.

Suasana pun menjadi hening. Sepertinya Grace sadar akan apa yang dia katakan tadi. Dena sepertinya melakukan kontak mata dengan Grace. Kadang aku kasihan sama Dena, dia selalu ada disampingku dan memberiku dukungan. Apa dia ngga capek apa hadapin aku yang... you know.

"Loh,, kok semuanya pada diem kayak gini sih. Kalian kenapa huh?" Mike tiba2 datang mencairkan suasana. Terima kasih Mike...

"Menurut kamu kita lagi ngapain? Nanya nya yang masuk dong." Dena.

"My ghost Dena... Memangnya aku dari tadi kumpul bareng kalian apa? Toh aku juga baru dateng." geram Mike karena kesal dengan jawabab Dena tadi.

"Ya mana aku tahu kamu baru dateng! Makanya kalau lihat kita lagi kumpul, kamu bareng supaya kamu ngga nanya hal yang ngga jelas kayak tadi." Sepertinya hal ini akan berlangsung dengan saling melempar barang. Seperti waktu kita lagi di rumahnya grandmom. Karena tidak ada yang ingin mengalah mereka akhirnya saling melempar barang yang ada dia kamarku.

"Eh tadi itu jelas ya.. Kamu nya aja yang terlalu sensi. Lagian kenapa juga aku gabung sama kamu. Ak--"

"STOOOP!!" aku akhirnya memotong perdebatan mereka. "Kalian ini udah gede!! Tapi kenapa kalian masih suka berantem sih?"

"Aku kan tadi cuma nanya Cloe... Dianya aja yang terlalu sensi." Mike menatap Dena sinis, dan tentu dibalas pelototan dari Dena. Aku melihat teman2 ku yang hanya diam menjadi kambing cengo. Aku membuang nafas kasar.

"Minta maaf sekarang!!" geramku. "Dia duluan." ucap mereka bersamaan. "Ngga. Minta maafnya barengan. Kalau ngga,,, aku nga akan pergi ke London dan biari kamu dimarahi grandmom. Dan untuk kamu Dena, aku ngga akan menyesal menjadi sahabatmu. Saty lagi, aku akan bilang ke mereka aib kalian berdua. So,, cepat minta maaf." Aku sudah tidak tahan. Katakan aku ini jahat.

Mereka memasang muka memelas mereka. Aku? Aku mencueki mereka, karena itu adalah senjata satu-satunya agar mereka ngga kayak anjing dan kucing.

"Maafin aku ya Den" "Aku juga Mike" mereka pun berpelukan. Ya, itu harus. Kalau tidak berpelukan, aku anggap mereka tidak meminta maaf satu sama lain.

***

Rey

Aku mendapat pesan dari Cloey. Ternyata dia beneran akan pergi. Aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Pasti dia pergi dengan lelaki itu.




PROMISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang