Aku juga masih belum mengerti dengan ucapan Dena. Mana mungkin aku menyesal, yang ada Cloey yang akan menyesal.
Perkataan Dena masi terngiang-ngiang di otakku seperti kaset rusak. Aku tidak akan menyesal. Aku tidak akan menyesal.
"Arrgghh" aku benar2 frustasi dengan masalah ini. Biasanya ketika aku mempunyai masalah, aku akan mencari Cloey. Tapi tidak sekarang. Dia yang telah membuat masalah ini. Aku tersenyum kecut mengingat hal ini.
Orang yang selalu membuat kita tenang, ketika kita mempunyai masalah. Ternyata tidak sebaik yang kita pikirkan, dialah yang akan membuat kita terjerumus ke dalam masalah yang lebih besar.
Tok..tok..tok..
"Rey.. Mama boleh masuk?" tidak menunggu jawaban dari ku dan langsung masuk. Kenapa masih beetanya?
"Ma.. tidak perlu bertanya kalau mama langsung masuk kayak gini." Mama tersenyum geli. Aku hanya tersenyum tipis.
"Kalau kamu punya masalah, ngomong sama mama. Kamu ngga perlu memendam sendirian. Nanti kamu lebih merasa sakit loh." Maaf ma, aku ngga mau cerita masalah ini ke mama.
"Ngga kok ma. Masalahnya ngga serius." Bohongku. "Kamu jangan bohong sama mama. Mama bisa merasakan, masalah kamu itu serius. Mama harap kamu mau cerita ke mama. Tapi, kalau kamu belum siap ngga apa-apa kok." Mama berdiri dan hendak pergi keluar. Namun, mama membalikkan badannya.
"Oh ya. Tadi ada telpon dari Dena. Katanya ponsel kamu ngga aktif. Telpon balik gih. Siapa tau penting." Aku hanya mengangguk dan mama keluar dari kamarku.
Untuk apa aku telpon balik. Palingan juga masalah Cloey pergi ke London. Pasti dia ingin aku kesana.
Dena
Gila. Rey benar-benar gila. Sebegitu bencinya dia pada Cloey. Eh ralat, marah. Aku rasa Rey hanya marah pada Cloey. Aku bisa merasakan kalau Rey masih mencintai Cloey.
Aku kembali duduk bersama dengan teman-temanku. Cloey dan Mike akan berangkat ke London malam ini. Jadi kita ke rumahnya.
"Den, gimana? Diangkat ngga?" Joe. Aku hanya mengangguk lemas.
"Diangkat apaan sih Den?" Aish. Ternyata Cloey mendengar pembicaraan Joe. Memang aku dan Joe tidak bilang ke Cloey kalau kita akan menyuruh Rey kesini. Karena, kalau dia tau itu, pasti dia akan mempercepat keberangkatannya. Sepertinya aku harus beralibi.
"Em.. itu Cloey. Kita.. delivery makanan. Tapi ngga diangkat. Aneh banget ya." Semoga dia ngga curiga. "Kalian ngapain delivery. Mm ngga mungkin mereka ngga angkat. Kamu bohong ya.." shit. Mau bohong sampai salivaku habis, pasti Cloey ngga percaya. Jelaslah, orang dia kenal aku dari kecil.
"Sebenarnya aku telpon Rey.." aku sengaja memberi jeda untuk melihat reaksi Cloey. Seperti bayanganku sebelumnya, dia terkejut guys. "Aku akan berangkat sekarang juga." Sebelum dia menjauh, aku menahannya.
"Cloey kamu ngga perlu cemas. Kan kamu dengar tadi, dia ngga angkat telponnya. Please Cloey. Tunggu beberapa jam lagi." Aku memelas. Karena hanya ini senjata untuk meruntuhkan tekat Cloey.
"Ok. Tapi aku ngga mau kalian panggil Rey. Aku ingin melupakannya." Cloey kembali duduk. "Emangnya kamu bisa? Bukannya kamu ngga bisa lupain Rey ya? Waktu kamu nunggu dia selama tujuh belas tahun, kamu ngga lupa tuh." celetuk Bella. My God. Bell kalau kamu bukan sahabat aku, udah aku buang kamu ke jurang.
Cloey
"Emangnya kamu bisa? Bukannya kamu ngga bisa lupain Rey ya? Waktu kamu nunggu dia selama tujuh belas tahun, kamu ngga lupa tuh." Ucap Bella. Aku hanya diam. "Bener juga ya. Tuhan bagaiman ini. I am dunno." gumamku menutup mukaku frustasi.
"Bella.. kamu udah pernah terjun ke jurang tanpa pengaman ngga?" Aku hanya tertawa kecut mendengar perkataan Dena. Bella hanya mengeluarkan cengirannya.
"Udahlah Den. Kata-katanya udah terlanjur keluar kok. Aku juga pikir begitu." aku memijat pelipisku. "Cloey maafin aku ya. Kata2 sialan itu tiba2 aja keluar dari mulut yang ngga kalah sialan juga." aku tertawa mendengar perkataan Bella.
"Ya ampun Bell. Mulut kamu ngga sialan, hanya aja mulut kamu terlalu ember." Ucapku sambil cekikikan, dan jangan lupakan yang lain.
"Ish Cloey. Kamu tuh ya.." Bella kemudian menggelitikku. "Aduh Bell ampun... ya.. aku.. minta ma..af" akhirnya Bella menghentikkan aksinya itu.
"Ngomong2 rumah ini akan ditinggal begitu aja?" Benar juga apa kata Chrissy.
"Emm. Rumah ini... kalian pakai untuk kumpul.. gitu. Ah pokoknya rumah ini bebas kalian mau pakai untuk apa. Bi Sin sama pak Bagas juga akan tinggal disini."
"Iya..iya.. aku setuju. Rumah ini jadi tempat kumpul kita aja." Dena.
***
Saatnya aku pergi. Semua mengantar aku dan Mike ke bandara. Aku memperhatikan wajah mereka satu2. Sayangnya dia tidak datang.
"Kalian jaga diri baik2 ya. Jangan lupa pantau perkembangan cafe dan butik. Kalian harus sering2 mengunjungi aku di London."
"Seharusnya kamu yang kunjungi kita di sini." Gio. "Ah aku ngga ngerti. Kalian juga harus rajin ke gereja. Ingat ya, harus rajin. Ngga boleh malas." Aku sengaja menekankan beberapa kata. Maksudku untuk menyindir mereka.
"Tanpa kamu beri tahu juga kami pasti akan ke gereja. Kan disini ada anak2 sejenis kamu. Kalau mamanya pergi, pasti harimau2 lain akan ngamuk kalau kita ngga ke gereja." Aku tertawa mendengar penyataan dari Kevin. Ada2 aja.
"Kamu juga harus ke gereja Cloey." Dena. "Iylah Dena ku sayang. Aku juga kan rajin ke gereja. So, kalau Cloey ngga ke gereja. Aku akan melemparkannya ke dalam kolam." Mike merangkulku dan tersenyum. Aku tersenyum lalu memutar mataku.
"Siapa yang bicara ke kamu. Aku ngga mau bicara sama kamu. Yang ada tuh kamu yang malas ke gereja." Dena menjulurkan lidahnya. Kami pun tertawa.
"Eh kita harus pergi. Take care all." Mike merangkulku untuk masuk ke dalam jet.
"Bentar Mike. Kamu terlalu terburu-buru." Aku balik merangkul Joe untuk kembali kepada teman2.
"Seperti yang Mike bilang. Kita harus pergi. Guys, i'll miss you." Aku memeluk mereka. "Take care Cloey. We will miss you. Always." Aku tersenyum. "Yeah. Always." Kemudian kita membentuk team hug. Aku berjalan meninggalkan mereka.
Sedih rasanya meninggalkan mereka. Mereka yang selalu ada disisiku. Dan aku sedih juga meninggalkan dia. Seandainya... ada kepercayaan diantara kami. Tapi semuanya hanya seandainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Teen FictionApakah kau akan menepati peejanjian yang telah kau buat bersamaku? Cinta pertamaku. -Cloey Casya Clinton- Aku akan selalu mengingat perjanjian yang telah kubuat bersama mu. Aku akan menepatinya, karena kaulah cinta...