Chapter 21

300 6 0
                                    

Rey

Hari ini adalah hari keberangkatan ku ke Jerman. Mama dan papa ku pergi ke LA dari minggu lalu. Mereka mengunjungi kakek dan nenek ku. Semua telah berkumpul di bandara. Tapi aku tidak melihat Cloey. I know she's not desire me to go. Aku sangat meninginkan dia datang.

"Den, apa Cloey tidak akan datang? iPhonenya tidak aktif. Aku kawatir Den."

"Tenang Rey dia pasti datang. Believe me." Aku menjadi tenang karena Dena.

Cloey

Aku hanya mengurung diri di kamar. Aku ngga rela. Aku takut jika aku pergi, pasti aku akan menunda keberangkatan Rey. But, aku merasa bersalah pasti dia menginginkan aku berada disana.

Aku ingin keluar tapi keadaanku saat ini sangat buruk. Mataku bengkak karena menangis dari malam, aku memiliki kantung mata. Tuhan bagaimana ini?

Ya, aku harua pergi. Aku tak ingin Rey kecewa. Aku segera mandi dan pergi ke bandara.

Sesampainya di bandara, aku segera berlari menemui Rey dan lainnya. Aku melihat Rey, wajahnya sepertinya.. panik, maybe.

"REY!!" Aku segera berlari dan memeluknya. Rasanya aku ingin menangis.

"Aku pikir kamu tidak akan datang C. Aku menunggumu." Katanya sambil memelukku. Aku menangis di pelukannya. Aku masih belum ingin mengeluarkan suara. Rey sepertinya mengerti. Dia terus memelukku.

"Hey C. Kamu harus sabar ya. Kalian paati bertemu kembali. Rey hanya pergi satu bulan, remember?" Dena dan lainnya kemudian bergabung memelukku. Aku semakin terisak. Aku mendengar semua menangis.

Aku melepaskan pelukanku dari Rey. Rey juga menangis.

"Sorry guys, karena aku kalian jadi menangis seperti ini." Kataku.

"Siap yang nangis karena kamu. Kita menangis karena Rey akan pergi bodoh. Jangan gr." Aku tertawa mendengar perkataan dari Vino.

"Sayang, kamu harus jaga diri ya. Jangan sampai kamu ngga makan. Kamu jangan pernah menggoda laki2 lain. Dan tunggu aku." Katanya sambil menangkup pipiku. Aku tersenyum dan memeluknya.

"I'll be right here waiting for you. Jangan membuatku menunggu terlalu lama." Kataku, air mataku keluar lagi.

"Yes babe." Rey melepaskan pelukannya. Aku merasa kalau aku kehilangannya.

Rey kemudian mencium keningku, pipiku, dan terakhir bibirku. Aku tak peduli ini di tempat umum. Saat ini aku terlalu sedih dan terlalu senang.

Rey harus masuk. Dia menghentikan kegiatan kita. Lalu berpamitan kepada yang lainnya.

"Guys aku pergi dulu ya. Jaga diri kalian baik2. Jagain Cloey juga ya. Take care." Rey memeluk mereka satu persatu.

"Take care babe. Goo-" aku memotong perkataannya dengan mencium bibirnya.

"Take care Rey. Don't say good bye. Just say i'll see you soon." Kataku sambil memeluknya lagi.

"I love you."

"I love you more."

"Yaudah sana. Kan kamu harus masuk."

"Beneran? Kamu ngga akan nangis kan?" Aku hanya menganggu dan menolaknya untuk masuk. Setelah tubuh Rey sudah tak terlihat, aku segera jatuh. Tubuhku sangat lemas. Dena dan lainnya langsung menghampiriku dan memelukku.

"Kamu yang sabar Cloe. Kalian pasti bertemu. Bukankah kau yang mengatakan see you soon?" Aku hanya mengangguk dan memeluk mereka.

"I hate airpot. Tempat ini selalu menjadi tempat yang selalu memisahkan ku dengan orang2 yang kucintai."

"Yeah... tapi tempat ini juga menyatukan orang2 yang kita cintai." Dena.

Kita memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku juga capek, dan besok aku harus ke kantor.

***

Aku mengerjakan tugasku seperti biasa. Pergi ke kantor, butik, dan cafe. Sudah seminggu aku dan Rey menjalani hubungan jarak jau ini. Ya LDR. I hate LDR. Dan seminggu ini sangat you know lah. Rey memang sering menghubungiku. Kami sering berskype bersama. Tapi aku merindukan Rey yang nyata. Minggu depan adalah hari ulang tahunku. Tapi kedua orang tuaku tidak bersama denganku, begitupun Rey. I am want they stay with me.

Rey

Aku merindukan Cloey. Sudah seminggu ini aku dan Cloey menjalani LDR an. Kami sering berkomunikasi. Minggu depan adalah hari ulang tahunnya. Pasti dia sangat sedih karena orang2 yang dicintainya tidak bersamanya.

Cloey

My God. Tomorrow my special day. Yes, tomorrow is my birthday. But i am not happy, maybe. I miss my parent and i miss my boyfriend.

Sudah dua hari ini Rey dan kedua orang tuaku tidak menghubungiku. Perasaan ku tak enak. Kalau orang tuaku aku tau mereka sibuk. Mereka memang jarang menghubungiku. Tapi Rey baru dua hari ini dia tidak menghubingiku. Apa mungkin dia selingkuh. Ah tidak, aku harus mempercayai Rey.

Aku menelpon Rey. Percuma dia tidak mengangkatnya. Aku memutuskan untuk mengirimkannya pesan.

To: Best boyfriend.

I wish you here. Babe.

Love you.

5 menit....

10 menit....

15 menit...

Tidak ada pesab masuk. Aku kecewa. Besok adalah ulang tahunku tapi mereka tida mempedulikannya. Dena dan lainnya juga tidak mempedulikannya.

Lebih baik aku berendam air dingin untuk menenangkan pikiranku. Di rumah sebesar ini aku hanya tinggal sendirian. Betapa bodohnya aku karena menyuruh Pak Bagas dan Bi Sin pulang. Aku kasian sama mereka, orang tua mereka sedang sakit. So.. aku menyuruh mereka untuk istirahat dari pekerjaan selama dua hari.

Setelah mandi, aku mematikan seluruh lampu. Aku memutuskan untuk istirahat lebih cepat. Tapi apa boleh buat, mataku belum mau beristirahat.

Brak....

Apa itu? Tuhan jauhkan aku dari segala bahaya. Aku menuruni tangga dengan hati2. Disini sangat gelap, sial aku tidak membawa senter lagi. Tuhan sertailah aku.

Mungkin ini adalah seorang pencuri. Aku rasa dia ada di belakang ku. Rasakan ini...

Bukk...

"Aw..." suaranya aku kenal. Aku segera memasang lampu.

"Ya Tuhan Rey... what are you doing here. Kamu ngga papa kan." Rey kesakitan, dia memegang miliknya karena kena tendanganku.

"I here for you babe. You wish me here. Asetku sakit sekali C. Tendanganmu..." aku segera menyuruhnya duduk di sofa.

"Sebentar aku ambilkan es untuk mengompres aset kamu itu." Aku berlari ke dapur dan mengmbil es dan kain.

"Ini.." aku menyodorkan es batu dan kain itu kepadanya.

"Kau telah melukai aset berharga miliku babe." Dia meletakkan es batu di barang berharganya itu. "Bagaimana nasib kita di masa deoan nanti. Kalau barangku ini rusak..."

"Rey stop it. Kamu juga sih ngga kabarin aku kalau kamu mau datang. Masuk rumah kayak pencuri lagi. Ya aku kan takut." Kataku. Aku menidurkannya di pangkuanku dan mengelus rambutnya.

"Ya.. setelah aku melihat pesan darimu aku langsung kemari. Aku capek banget C." Aku hanya diam dan mengelus rambutnya. Setiap aku menginginkan sesuatu Rey pasti mengabulkannya.

PROMISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang