Fourth

188 23 1
                                    

Vandra memasang tote bag nya sambil menutup pintu mobil Dhea "de, kalo lo selesai duluan, duluan aja ngga usah nunggu gue. Gue bisa minta jemput Pak Rahmat atau mesen taksi"

"gampang kok entar" Dhea mengunci mobil dengan alarm yang menggantung dikunci mobilnya.

Suasana disekolah siang ini cukup ramai, sama seperti hari biasanya. setelah jam pulang sekolah sampai jam 5 sore, sekolah diramaikan dengan murid yang mengikuti eskul.

"gue langsung keruangan ya van, mau siap siap" Dhea melirik jam tangannya.

"iya, gue juga mau nyamperin pak ferdy" Vandra mengangguk kemudian ia segera berjalan menuju ruangan Pak Ferdy yang berada didekat lapangan basket. Sedang Dhea berjalan menuju ruang seni yang berada paling ujung koridor kelas sebelas, tepatnya disamping laboratorium biologi.

Vandra mengetuk pelan ruang yang ditujunya itu sampai suara dari dalam menyuruhnya masuk.

"ohhiya iya vandra" Pak Ferdy mengangguk mengingat kemarin pagi beliau yang menyuruh Vandra datang lagi siang ini menghampiri beliau.

"duduk duduk" Pak Ferdy mempersilahkan Vandra untuk duduk dikursi yang berada dihadapannya.

Pak Ferdy menghembuskan nafasnya berat "oke Vandra, saya sudah pikirkan ini dengan matang. saya harap kamu bisa menerima hukuman dari saya dengan baik"

Vandra terdiam, manik matanya antusias mendengar kata demi kata yang akan diucapkan guru BK didepannya itu.

Sebenarnya Pak Ferdy tidak menyeramkan sekali. Hanya saja kalau beliau sudah dalam keadaan marah dan menghukum siswa, sudah tidak ampun lagi baginya.

"kamu sudah makan?" tanya Pak Ferdy lagi sebelum benar benar memberitahukan Vandra hukuman yang akan diberikannya.

Vandra mengangguk "udah pak"

"bagus" balas Pak Ferdy ramah.

"emmmmmmm" Pak Ferdy mengetukan jarinya berkali kali ke meja

"silahkan kamu ke lapangan, ikut barisan paskibra" tambah beliau lagi. dengan harapan semoga keputusan beliau tidak salah.

"maksud bapak?" Vandra masih tidak bisa mencerna apa yang dikatakan Pak Ferdy barusan.

"lho kok bisa Pak??" Vandra mengernyitkan dahinya, sudah mulai mengerti.

"Iyalah bisa" sahut Pak Ferdy ringan.

"Saya kan nggak pernah daftar. lagian bapak tau kan?? upacara aja saya... pak.. masa iya saya ikut Paskibra" celoteh Vandra tidak percaya dengan apa yang ia dengar siang ini.

"Itu hukuman buat kamu" Pak Ferdy mempertegas ucapannya lagi.

Vandra menautkan kedua alisnya

Hukuman? yang bener saja!

"cepat ikut baris sama mereka" perintah Pak Ferdy dengan suara lantangnya yang membuat Vandra sedikit tersentak kaget.

"bapak manggil saya?" seseorang membuka pintu pelan dengan menundukkan sedikit badannya sopan.

Vandra menoleh, Devan. Vandra menautkan kedua alisnya melihat Devan yang berada didepan pintu.

"iya iya, sini kamu duduk"

Devan masuk dengan sopan kemudian duduk dikursi yang masih kosong disamping Vandra.

"Devan.. dia anggota baru kita, tolong bimbing ya" Pak Ferdy yang ternyata juga menjabat sebagai pembina paskibraka SMA Erlangga memerintah ketua paskibraka, siswa kesayangannya itu.

Hai CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang