Twenty-one

36 2 4
                                    

"Zoy lo kalo mau langsung pulang, pulang aja. Gue mau ke makam dulu"

"Yaudah, gue antar aja" Zoyha menawarkan sahabatnya itu untuk ke makam dengannya.

"Ngga usah" Vandra menggeleng, menolak ajakan Zoyha "gue udah pesen ojek online, bentar lagi datang" sambungnya lagi.

"Yaelah Van, ikut gue aja kenapa sihh"

"Gue mungkin agak lama disana. Lo juga harus eskul kan nanti siang? Takut ngga keburu" jelas Vandra.

"Iyadehh" Zoyha mengangguk.
"Hati-hati ya lo" tambah Zoyha lagi.

Vandra mengangguk "iyaa nanti kalo Andre ngapa ngapain gue, gue bilangin kalo gue temennya Zoyha. Biar ngga diganggu lagi" canda Vandra.

"Jahat banget lo jual temen lo ndiri"

"Hahaa bodooo"
"Eh ojek pesenan gue dah datang tuh, pergi duluan ya. Bhaaaayy" Vandra melambai ke arah Zoyha kemudian menaiki motor ojek itu.

"Sesuai aplikasi kan neng?" Tanya supir ojek itu kepada Vandra yang sudah duduk dijok motor sambil memasang helmnya.

"Iya pak, tapi nanti mampir ya kalo ada yang jualan bunga" sahut Vandra dari belakang.

"Siap neng"

Motor pun melaju.

Vandra sudah tidak sabar bertemu sang Ayah walau hanya dalam bentuk sebuah foto dalam pigura dan gundukan tanah, setidaknya ia bisa mendoakan dan bercerita banyak dengan sang Ayah.

Mereka sudah sampai di tanah makam keluarga TNI.

"Pak, aku boleh minta bapak tungguin nggak? Nanti aku bayar dobel kok, soalnya signal disini susah kalo mau pesan ojek online lagi" pinta Vandra kepada supir ojek yang barusan mengantarkannya.

"Ohhh boleh boleh neng, sekalian saya juga mau istirahat dulu" supir ojek itu mengangguk ramah menyetujui permintaan Vandra.

"Aku tinggal dulu ya Pak" pamit Vandra ramah.

"Iya iya silahkan" supir itu mengangguk tak kalah ramah mempersilahkan Vandra.

Ia kemudian berjalan menuju makam sang Ayah.

Marsekal Muda TNI Fahmiyudhi Pratama

Vandra tersenyum ke arah foto mendiang sang ayah yang juga terlihat tersenyum gagah menatapnya, ia kemudian meletakkan buket bunga yang ia beli tadi disamping foto mendiang sang ayah.

Seminggu sudah Vandra tidak ke makam sang ayah, sudah lumayan banyak rumput rumputan yang tumbuh disana. Vandra segera membersihkan dan menaburkan bunga juga menyirami dengan air yasiin yang sudah ia siapkan dari tadi malam.

Ia kemudian membacakan surah yasiin dan berdoa untuk sang ayah, kemudian bercerita banyak hal. Walaupun ia tahu, bercerita dengan gundukan tanah tidak akan mendapat respon apapun dari sang Ayah.

"Ayah, maaf beberapa hari terakhir Ica ngga ada jengukin Ayah. Akhir-akhir ini, Ica lagi baaaaanyak banget ngadapin masalah yang luar biasa yah. Tapi Allah Maha Baik, Allah ngirim orang-orang baik buat jaga Ica. Sekarang Ica sampe ngga khawatir lagi gimana ngadapin semua ini. Ayah.. ica kangeeeeen banget sama Ayah. Mampir dimimpi Ica lagi dong yah, peluk Ica ya yah. Ica kangen banget" Vandra mencium nisan dan foto itu dengan penuh cinta. Rasanya bulir bening dipelupuk matanya sudah tak sanggup ia bendung, air matanya menetes membasahi seluruh pipinya.

Hai CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang