Tweentieth

118 15 2
                                    

"Tadi tau nggak ada drama apa lagi disekolah?" Vandra memberi tebakan kepada sahabatnya yang sedang berbaring dikasur kamarnya itu.

"ada apa lagi?" Tanya Zoyha, matanya masih terpejam sambil mendengar musik yang berputar.

"Nih" Vandra memperlihatkan lengannya yang merah.

Zoyha menoleh, melihat lengan Vandra yang memar merah.

"Astaghfirullahaladzim Vandraa ini kenapa?" Zoyha syok melihat lengan sahabatnya itu.

"Dicengkram Andre, keras banget. Sakit parahh, udah nggak waras tu orang" Vandra bergidik ngeri membayangkan sosok Andre yang sudah mencengkram tangannya.

"Kak Andre?" Zoyha semakin syok. Ia lalu bangun kemudian duduk menatap Vandra

"Iya" Vandra mengangguk meyakinkan.
"Lo kenapa sih, dari kemaren kalo gue bilang Andre pasti lo kaget gini. Ada apa sih?" Kali ini Vandra yang benar benar kepo.

"Gimana ceritanya sih Kak Andre bisa bikin tangan lo kayak gini?" Zoyha mengalihkan pertanyaan Vandra dan bertanya balik.

"Ngga tau juga, dia tiba-tiba datang waktu gue dihalte pas mau pulang tadi. Langsung deh nuduh gue nyogok lah masuk paskib, nyantet Devan lahh. Tangan gue sampe merah dicengkram, syukurnya ada Devan yang bantuin gue" Vandra mencoba menjelaskan kronologi kejadian tadi.

"Kak Devan? Heran gue, kok Kak Devan ada terus bantuin lo sih? Serius nih Van gue berasa gagal jadi temen lo kayak gini. Atau jangan-jangan dia buntutin lo terus?" Cerocos Zoyha.

"Apaansih lo"

"Serius ini, Kak Devan ada terus bantuin lo" Zoyha masih bingung.

"Sekarang lo jawab, lo ada hubungan apa sama Kak Andre" Vandra mengulangi pertanyaannya, Zoyha tidak bisa berkutik.

Zoyha beringsut merebahkan tubuhnya lagi.

"Kak Andre itu mantan gue"

"Whatt??" Kali ini Vandra yang dibuatnya syok. "Berapa lama kalian pacaran?" Tanya Vandra lagi.

"Setahun"

"Diiihh lama juga, betah banget lo pacaran sama dia. Terus? Kenapa jadi putus?"

"Pacaran sama cowok bad boy ngga seseru di film film lah Van. Dia sweet, tapi ngga sama gue aja. Gue juga ngga ngerti kenapa gue pacaran sama dia selama itu" jelas Zoyha sambil meratapi nasibnya yang sekarang sudab bergelar Mantan Andre.

Vandra terkekeh "parah banget sih lo"

"Ihh udah ahhhh ngga mau ngungkit itu lagi. Bikin malu" Zoyha menutup wajahnya dengan bantal.

"Yang mutusin siapa?" Tanya Vandra, mengingat kelakuan Andre seperti suka meremehkan cewek.

"Gue lah" sahut Zoyha sombong "beberapa bulan setelah gue putusin dia nggak bisa move on.. iiii gue geli pake mohon mohon gitu. Sampe sekarang masih suka ganggu, tapi ngga gue ladenin" sambungnya lagi.

"Ciihhh hahahaaa tampang security tapi nyalinya sama lo kayak hello kity" Vandra terbahak.

"Paiitt paiittt paiitt"  Zoyha bergidik mengingat dulu ia pernah menjalin hubungan dengan Andre.

"Gue ngga mau lagi ketemu Andre. Serem banget gila, gue ngga bisa ngapa ngapain waktu tangan gue dipegang sampe merah gini. Coba Mamah tau pasti udah marah banget"

"Bersyukur aja Van, setidaknya lo masih punya guardian kayak Kak Devan. Kak Andre itu cemen, beraninya keroyokan, sama cewek, terus main belakang. Pasti waktu ada Kak Devan dia ngga berani ngelawan kan?"

"Iya, pipinya tadi bedarah sih dikit gegara ditonjok Devan. Banci banget tuh cowok"

"Dia dari dulu daftar Paskibra ngga pernah lolos. Gimana mau lolos, kelakuannya aja brandalan gitu. Ahhh kok gue malah ngomongin dia, elo sih Van"

Vandra terkekeh lagi melihat kelakuan sahabatnya yang seperti sangat menyesali telah menjalin hubungan dengan sosok brandal yang bernama Andre itu.

"Makanya jangan pacaran" celetuk Vandra.

"Ihhhh susah yaa ngomong sama yang jomblo dari lahir" balas Zoyha.

"Biarin.. gue nggak mau hati gue yang berharga ini jatuh cinta sama orang yang salah" Vandra mengelus dadanya.

"Pacaran itu seru Van, ngerjain tugas ada yang nemenin, laper ada yang nganterin, ngga pernah kesepian ada temen chat terus" tambah Zoyha lagi.

"Tapi ujung-ujungnya galau kan? Sakit hati kan?"

"Iya iya gue kalah" Zoyha menyerah, memang benar. Menurut Vandra tidak ada yang membahagiakan dalam pacaran. Mungkin bahagianya hanya sesaat mereka pacaran, atau kalau memang jodoh. Tapi kalau tidak?

Nyaman-dekat-teman chat-pacaran-bosan-putus-musuh. Siklusnya selalu seperti itu, itu yang selalu diperhatikan Vandra dari permasalah teman-temannya. Dan Zoyha salah satunya.

"Gue nginap disini ya, Ayah sama Bunda kerja"

"Kerja kemana lagi?"

"Bogor aja, besok baru pulang"

"Syukur deh lo nggak lama lama nginep nya" Vandra mengelus lembut dadanya.

"Rese lo Van" Zoyha melempari Vandra dengan bantal.

"Eh eh ehh mau diusir sama tuan rumah nih ceritanya" tegur Vandra yang tak terima dilempari bantal oleh Zoyha.

"Iya iya ampun nyai"

Sudah menjadi kebiasaan, semenjak Vandra hadir dalam hidup Zoyha. Vandra menjadi rumah kedua bagi Zoyha, setelah Bunda dan Ayah Zoyha yang sering sibuk bekerja ke luar kota.

Zoyha juga sudah dianggap anak sendiri oleh Wina yang juga selalu ada untuk putrinya.

Tuhan memang punya banyak rencana untuk selalu melindungi hambanya. Mengelilingi dengan orang-orang baik, salah satunya.

Vandra bersyukur atas itu.

***

Pagi ini Vandra dan Zoyha berangkat sekolah dengan menggunakan motor Zoyha.

Diparkiran sekolah sudah ada Andre, Beni, dan David yang sedang nongkrong dimotor mereka yang berjejer. Mereka menoleh ke arah Zoyha dan Vandra yang baru saja datang, Zoyha menatap balik dengan tatapan sinis ke arah Andre. Sedang Andre mengedipkan sebelah matanya ke arah Zoyha.

"Iiiii pait paitt" Gumam Zoyha "ayo cepetan kita ke kelas Van" ajak Zoyha sambil menarik lengan Vandra gar cepat cepat pergi dari parkiran.

Vandra terkekeh melihat sahabatnya itu.

"Udah gonta ganti cewek masih aja kayak gitu kelakuannya, sabar Zoyhaa bentar lagi mereka lulus" Zoyha mengelus lembut dadanya berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Iya kalo lulus Zoy hahaha. Kalo nggak lulus terus seangkatan kita deh iiiii" sambung Vandra.

"Amit amit Van"

Lagi, Vandra dibuatnya tertawa geli.

Mereka berdua berjalan menuju kelasnya. Kali ini aman, tidak ada yang menatapnya seperti saat ia berangkat bersama Devan. Memang benar-benar separah itu dampak dari dekat dengan Devan, kadang Vandra juga merasa bingung, apa motivasi mereka melakukan hal hal yang tidak masuk akal seperti itu.

Kalau mereka menyukai Devan, bukan seperti itu caranya. Bukankan mencintai juga membebaskan?

Devan hampir tidak bisa berbuat apa-apa dengan fanbase yang tak masuk akal itu. Dijadikan idola seperti itu bukan lah membuat Devan senang.

Namun Vandra juga tidak bisa menyalahkan mereka yang begitu terobsesi dengan Devan. Karena ia juga belum pernah merasakan jatuh cinta seperti mereka.

Happy Reading
Hope you like it❣
Don't forget to Vomment

Hai CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang