Nadia POV
"Mba sarapannya sudah siap" panggil Mbok Yem, pengasuhku sejak kecil dari balik pintu besar berwarna putih.
Sedang aku masih sibuk dengan rambut panjang teruraiku, Aku Nadia Arnesta,25 tahun sebagai seorang kepala bagian keuangan disalah satu perusahaan asing ternama di Jakarta harus selalu menjaga penampilanku.
Kuputuskan untuk menggelung rambut indahku dengan kesan rapih dan menyisir poniku kedepan sehingga kesan girly masih terlihat. Siap, dan aku keluar kamar untuk menikmati sarapan.
Aku melangkah menyusuri anak tangga yang tidak terlalu banyak. Meskipun aku terbilang sukses namun rumah ini bukan dari hasil keringatku sendiri melainkan warisan dari kedua orang tuaku.
Aku adalah keturunan Klaten, Jawa Tengah dan Bandung, Jawa Barat. Jadi bisa dibayangkan kulitku yang putih dengan rona merah dipipi juga rambut hitam yang berkilau sangat membuat mata laki laki ingin melirikku.
Ya.. secara fisik aku memang terlihat sempurna, tinggi badanku yang
165 cm, dan berat badanku 55 kg, membuatku bak layaknya model. Tubuh ramping, kulit putih, wajah ayu semua aku miliki.Aset keluargaku juga melimpah karena hanya akulah pewaris mereka. Aku ditakdirkan menjadi anak tunggal dari keluarga kaya membuatku tidak terlalu pusing dengan uang. Sebenarnya aku bisa saja duduk manis dan uang akan menghampiriku tapi untuk masalah itu aku adalah orang yang berbeda. Aku tidak suka jika ada orang yang menganggapku hanya menghabiskan harta orang tuaku jadilah sekarang aku bekerja diperusahaan asing.
Perusahaan itu milik teman dari Papahku, memang koneksi tidak bisa dielakkan pada zaman seperti sekrang ini. Namun untuk jabatan yang aku sandang sekarang ini adalah hasil kerja kerasku sendiri.
Om Ridwan, pemilik perusahaan ini tidak membeda bedakan aku dengan karyawan lainnya. Oh ia jika kalian bingung dengan nama pemilik perusahaan yang terdengar tidak kebule bulean , itu karena Om Ridwan adalah warga Belanda yang memiliki darah Indonesia. Nenek Om Ridwan adalah warga negara Indonesia asli, namun Kakeknya warga negara Belanda, dan bagaimana Papah bisa berkenalan dengan Om Ridwan?
Jawabannya adalah Papah pernah bersekolah di Negri Kincir Angin tersebut dan itulah awal pertemuan Papah dengan Om Ridwan karena mereka bersekolah di sekolah yang sama. Bukan hanya itu saja takdir menyatuka mereka, tapi Nenek Om Ridwan berasal dari Bandung sama dengan Mamah.
Ya, itu sedikit cerita mengenai hidupku. Setelah menyelesaikan sarapan yang dibuat Mbok Yem, aku melangkahkan kakiku keluar rumah dan masuk kedalam mobil. Mobil mewah yang berwarna merah ini adalah bonus dari peusahaan karena pekerjaanku yang mengagumkan. Ya setidaknya menurut mereka..
Tentu saja aku diantar oleh supirku, Pa Soleh adalah supir keluargaku.
Pa Soleh adalah suami Mbok Yem, mereka tinggal dirumah ini dan bertugas menjaganya.Mobil melaju dengan kecepatan sedang, bergabung dengan kerumunan hiruk pikuk Ibu Kota yang selalu saja menampakan kepenatannya.
--------
Sampai sini dulu, gimana? Menarik? Atau masih bingung??
Yuk lanjut ke Part selanjutnya07 juni 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Dara
Spiritual"Mencintai adalah hal mudah untuk siappun, namun mungkin itu terlalu sulit untukku.." (Nadia Arnesta,25 tahun) "Dicintai adalah impianku,sesimple itu namun tidak sesimple itu untukku.." (Azmi Atifa, 25 tahun) "Dicintai dan mencintai adalah hal mulia...