Azmi menunggu di ruang makan dengan degub jantung yang memburu, pikirannya melambung kemana mana..
"Melamun apa?"
Azmi terperanjat, "Ah, Abang" Azmi berdiri dan mempersilahkan Sultan duduk. Sultan memperhatikan sikap Azmi yang terlalu formal sambil mengangkat sebelah alisny, "Hey, ada apa? Kenapa kamu bersikap seperti itu?"
"Heh? Maaf Abang"
"Sudahlah apa kita bisa makan sekarang? Sepertinya makanan ini sudah memanggil manggil"
Azmi membantu Sultan mengambil makanan tapi sayangnya tangan yang diperban membuatnya kesulitan, "Sudah duduklah, aku bisa mengambilnya sendiri"
Azmi merasa sedih karena seharusnya ia dapat melayani suaminya tapi karna tangnnya diperban jadi tidak bisa.
"Kemari" ucap Sultan yang membuat Azmi bibgung "Dekatkan kursinya" ucap Sultan sekali lagi, Azmi mengangguk dan mendekatkan duduk mereka
"Buka mulutmu, malam ini kita makan satu piring"
Hati Azmi berdebar kencang, suaminya yang dingin selama ini tiba tiba berubah mencair.
"Tapi Abang"
"Biarkan aku melakukanya"
Azmi tersenyum malu mendapati perlakuan suaminya itu, seperti yang Sultan katakan, mereka makan dalam satu piring, lebih tepatnya Sultan menyuapi Azmi.
"Azmi" panggil Sultan
"Ia Abang"
"Apa kau sudah kenyang? Aku..." Sultan tidak mekanjutkan ucapanya hanya menatap Azmi dengan lekat
Hening, mereka hanya bertatapan sampai entah sejak kapan tangan Sultan telah membelai wajah cantik Azmi, "Maafkan aku" ucap Sultan lirih
Azmi menatap bingung, untuk apa suaminya meminta maaf. Sultan yang menangkap kebingungan Azmi berdiri dari kursinya dan kini tepat berada di hadapannya, tubuhnya sedikit membungkuk dan mengecup kening Azmi sambil membisikkan sesuatu yang membuat Azmi bersemu,"Maaf aku tidak bisa menahan diriku lagi"
Azmi sedikit bergidik, tapi semburat merah terpancar dari wajahnya. Sultan menggendong Azmi ke kamar mereka. Sepanjang perjalanan Azmi hanya menunduk malu. Mereka sudah menikah berbulan bulan tapi hari ini ia akan merasakan menjadi pengantin baru.
Dengan perlahan dan tanpa melepas pandangannya dari Azmi, Sultan menurunkan istrinya itu. Azmi bersandar pada dinding kamrnya yang menghadap cermin, sekilas Azmi menatap punggung Sultan dari cermin, semburat merah terpancar dari pipinya.
"Abang" ucap Azmi lirih
"Ya" jawab Sultan masih dengan tatapan yang menghanyutkan
"Abang yakin ingin melakukannya?" Tanya Azmi tak yakin
Cup...
Kecupan mendarat lagi di puncak kepala Azmi
Cup...
Kini kecupan itu mendarat di kelopak mata Azmi kanan dan kiri
Cup...
Pipi kanan dan kiri Azmi menjadi target selanjutnya. Sultan menangkup dagu Azmi dan membimbingnya untuk menatapnya, Sultan kini hanya beberapa senti saja di depan Azmi. Sultan membuka hijab Azmi perlahan dan membuangnya sembarangan.
"Cantik" Sultan menggerai rambut Azmi
Sekali lagi semburat itu muncul di pipi Azmi.
"Hei.. kenapa begitu malu dengan aku? Aku ini suamimu bukan?"
"Maaf Abang, Ami malu. Ini pertamakalinya untuk Ami dan Ami tidak tau harus berbuat apa"
Alis Sultan naik sebelah, "Baiklah aku akan memberitahumu apa yang harus kamu lakukan"
Sultan membawa Azmi ke atas tempat tidur, Sultan melakukannya dengan perlahan seakan Azmi adalah bunga yang rapuh jika terlalu keras menyentuhnya.
"Allahumma janibnasyaithana wa janibnisyathanamarazaqna"
-----------------
Kelopak mata itu berdekut merasa sesuatu yang menyilaukan memaksanya untuk membuka mata.
Azmi membuka matanya, tubuhnya terasa lelah dan perutnya seperti tertindih sesuatu. Azmi bersemu menatap lengan Sultan yang menindih perutnya. Azmi tersenyum menginat kejadian semalam, akhirnya dia sudah sah menjadi seorang istri. Cairan bening itu menetes tanpa permisi. Azmi membelai rambut ikal suaminya, untuk pertama kalinya ia benar benar bersikap sebagai seorang istri.
"Baru sadar kalau suami mu ini tampan ya?" Sultan berceloteh dalam keadaan mata terpejam, Azmi seperti sedang tertangkap basah tangannya berhenti membelai rambut Sultan.
"Kenapa berhenti?" Sultan membuka kelopak matanya, hari ini Azmi memang baru menyadari betapa suaminya memiliki fisik yang sempurna di matanya. Kening Sultan berkerut, "Ada apa? Kenapa kamu menangis?" Sultan mengusap air mata Azmi
"Aku menangis bahagia Bang, maaf Ami benar benar bahagia sekarang. Ami tahu ini terlihat berlebihan tapi itu yang Ami rasakan sekarang Abang"
Sultan tersenyum, "Aku juga" Sultan mengelus pipi Azmi "Aku harus kekantor"
Wajah Azmi berubah, jujur Azmi masih sangat ingin bersama Sultan.
"Ia Abang, Ami siapkan sarapan untuk Abang ya. Tapi Ami mandi dulu"
Sultan mengangguk, Azmi mengambil piyama nya yang berbentuk kimono dan masuk kedalam kamar mandi.
Sultan mengambil handphone genggamnya dan menekan nama di kontaknya.
"Hallo"
"..."
"Siapkan saja suratnya, seperti yang aku katakan kemarin. Aku akan memiliki anak dari istri sahku"
"..."
"Apapun caranya..."
---------------
TAMAT season 1 lanjut lagi di season selanjutnya ya...Apakah Azmi dan Sultan akan terus bersama? Ataukah semuanya berakhir?
10okt2016
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Dara
Spiritual"Mencintai adalah hal mudah untuk siappun, namun mungkin itu terlalu sulit untukku.." (Nadia Arnesta,25 tahun) "Dicintai adalah impianku,sesimple itu namun tidak sesimple itu untukku.." (Azmi Atifa, 25 tahun) "Dicintai dan mencintai adalah hal mulia...