Azmi-1

852 40 0
                                    

Author Pov

Azmi masih termenung dengan apa yang ia dengar tadi.

Akankah aku menjadi wanita selanjutnya?? Tapi...

Azmi mencari jawabannya sendiri, ia tidak tau harus berbuat apa. Matanya nyalang menatap keluar jendela dari dalam kamar tidurnya.

Tok..tok..

"Mi, Ibu boleh masuk?"

"Em.. ia Bu, ga dikunci"

Ibu masuk dengan senyuman yang sangat menenangkan, wanita paruh baya itu tahu anaknya dalam kekalutan. Azmi pernah menyatan pendapatnya tentang tradisi perjodohan ini. Dengan tegas ia menolak segala bentuk perjodohan.

"Bu..." Azmi memotong ucapannya, mungkin ia binggung harus mengatan apa

Ibu mengelus pundak Azmi dengan lembut, mencoba memberi kenyamanan dalam setiap sentuhannya.

"Ibu mengerti jaman sekarang perjodohan tapi kamu tahu dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menawarkan putrinya Fatimah kepada sahabat Ali, dan sahabat Umar bin Al Khatthab menawarkan putrinya Hafsah kepada sahabat Abu Bakar dan Utsman. Semua itu sebagai bentuk pertanggung jawaban sebagai wali untuk memilihkan pasangan yang unggul teruntuk putri mereka. Bapak cuma mau mengenalkanmu Ndo' "

Azmi terdiam mendengar penuturan Ibunya, sebagai seorang muslim ia tahu bahwa inilah tatacaranya. Orang tua memilihkan pasangan hidup untuk anaknya dan mereka dinikahkan oleh wali sang wanita, tapi entah kenapa masih ada rasa mengganjal.

"Apa Ami boleh menolak perjodohan ini Bu?" Tanya Azmi pelan pelan

Lagi lagi Winarsih mengelus pundak Azmi dengan lembut, " Bapak hanya ingin memperkenalkanmu Ndo, kenal dulu baru memutuskan"
Lalu Winarsih pergi meninggalkan anaknya sendiri untuk berfikir.

Tepat saat Winarsih pergi, suara azan menyeruak membuat Azmi tertegun panggilan itu adalah caranya untuk berkomunikasi dengan penciptaNya.

Sajadah yang tergelar dan tetesan air wudu menjadi saksi hubungannya dengan sang pencita.

Azmi melantunkan ayat ayat dalam tunduknya. Meresapi setiap ayatnya sampai pada salam dan Azmi mulai beristigfar memohon ampun, dalam lirih doanya tidak lupa ia mendoakan orang tua nya yang begitu baik mau mengurusnya sejak kecil hingga sekarang. Tak luput pula kakak dan kakak iparnya serta keponakannya dan lalu jodohnya.

"Ya Allah jika memang dia yang akan datang nanti adalah jodohku, getarkanlah hatiku. Buatlah aku ikhlas menerimanya" ucapnya lirih dalam tunduknya sambil mengadahkan kedua tangannya.

Azmi mengusap mukanya dan melepas muke yang dipakainya, dilipatnya mukena itu dan menyimpan sajadah dengan rapih. Hatinya ragu tapi ketika mengingat ucapan Ibu, hatinya tiba tiba ingin mencoba. Ia tahu ini adalah tugas berat yang harus diemban Bapak tidak mungkin Bapaknya memilih laki laki yang tidak baik.

Azmi bersiap siap memilih pakaian yang pantas, ia tidak ingin pertemuan pertama ini membuat orang tuanya malu.

Tok..tok..tok...

"Mi, ini mba Hanum !"

Azmi membukakan pintu kamarnya untuk kakak iparnya itu.

"Mba Hanum bantuin siap siapnya ya, pasti kamu gugup kan?"

Mba Hamun masuk tanpa Gendis membuat Azmi bertanya tanya, "Gendis mana mba?"

"Dia lagi tidur siang sama Ibu" ucap mba Hanum sambil memilih baju di lemariku "Nah, ini cantik" ucap mba Hanum lagi sambil mengangkat gaun berbahan sifon

Azmi menatap gaun itu, gaun yang digunakannya baru 1 kali saat acara ulang tahunnya yang ke 23.

"Ia, mba Ami coba dulu ya" gadis berkerudung itu mengambil gaun dan membawanya kedalam kamar mandi untuk dicoba

Beberapa saat Hanum menunggu Azmi yang mencoba gaun di kamar mandi, saat Hanum memilih hiasan untuk hijab Azmi, gadis itu keluar dan Hanum tersenyum.

"Manis kamu Mi pakai baju itu, sini sekarang mba bantu kamu make up ya..."

"Loh, emang harus make up juga ya mba? Natural aja lah"

Hanum menarik tangan Azmi dan membawanya duduk dimeja rias, "Ia natural aja kok Mi, cuma biar ga pucet aja"

"Mba, dulu waktu Bapak kerumah mba, apa mba seneng seneng aja?"

"Kenapa Mi? Kamu gugup?" Tanya mba Hanum sambil memoleskan kuas kewajah Azmi

"Wajar kan mba?"

"Ia wajar, hemm... ok mba cerita sedikit ya. Waktu itu jujur mba juga ngerasain apa yang kamu rasain sekarang. Gugup, bingung, takut, kesel, sebel, dll. Tapi mau gimana lagi, mba mau liat dulu pilihan orang tua mba, apakah pilihan mereka baik atau ga. Mba dulu kenalan sama mas mu itu agak lucu, setelah pertemuan pertama kami, mba cari tau tentang masmu dan alhamdulillah mas mu itu orang baik jadi mba mau nikah sama dia. Kamu ga usah khawatir Mi, Bapak ga mungkin pilihin jodoh yang ga baik buat kamu" jelas mba Hanum membuat hati Azmi sedikit tenang

"Tapi kalo Ami ga suka gimana mba?"

"Mi, nikah itu bukan masalah suka atau ga suka. Ini tergantung niat Mi, kalau niat kita untuk menyempurnakan agama insyaallah semua akan baik baik aja. Sayang, cinta itu akan datang dengan sendirinya"

"Jadi dulu waktu mba Hanum nikah sama mas Juna juga ga pake cinta?"

"Awalnya ga Mi, awalnya niat mba ya untuk berumah tangga tapi lama kelamaan mba kenal mas mu jadi tau sifatnya jadi tau jeleknya tiba tiba ya mba jadi sayang apa lagi pas Gendis lahir, waktu mba hamil mba liat banget mas Juna sayang sama mba sayang sama Gendis. Alasan apa lagi mba juga ga jatuh cinta sama dia?"

"Oh...gitu"

"Selesai" teriak mba Hanum puas sambil memandang kearah Azmi

--------
Next partnya ditunggu ya..

Makasih voment nya
Semoga tidak mengecewakan

13 Juni

3 DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang