Berpisah

617 32 3
                                    


Adi menggenggam tangan Naya dengan erat, sepanjang perjalanan Naya merasa sentuhan Adi sangat berbeda dari hari hari sebelumnya.
Naya tersenyum namun hati nya penuh tanya, wanita itu berdoa semoga ini hanya perasaannya saja.

"Mas mau makan sesuatu?" Tanya Naya mencairkan suasana

"Ga usah, kamu aja yang makan"

"Tapi dari pagi mas ga sarapan dan sekarang ga mau ngemil"

"Ia ia maaf ya, ya udah kamu bawa apa?"

"Ada kue sama buah, Mas mau yang mana?" Tanya Naya kini tangannya memegang kotak berisi kue dan buah

"Buah aja"

Naya menyuapi suaminya dengan perlahan seperti menyuapi anak kecil. Naya merasa seperti pengantin baru lagi, senyumnya tak henti merekah dari wajahnya.

"Kamu senang?"

"Ia Mas, aku senang. Kita kaya pengantin baru ya hehehe"

"Nay, aku mau tanya sama kamu"

"Tanya apa Mas?"

"Kalau kamu harus memilih, apa yang mau kamu rubah dari hubungan kita?" Tatapan Adi tetap lurus menatap ke jalan

Naya yang sedikit kaget dengan pertanyaan itu menarik nafas sebelum menjawabnya, "Tidak ada Mas"

Pandangan mata Naya teralih dari wajah suaminya itu, seketika matanya memanas dan cairan bening mengumpul dipelupuk matanya.
Ada apa ini? Kenapa Mas Adi mempertanyakan itu semua?

"Apa kamu ga mau memiliki rumah baru, baju, ataupun perhiasan, atau suami yang lebih baik lagi?"

Air bening itu tak lagi dapat terbendung kini mengalir tanpa permisi.

"Ada apa sebenarnya Mas?" Ucap Naya akhirnya

Adi menghentikan laju mobilnya, ditariknya nafas dalam dan menoleh kearah Naya.

"Aku ingin kita bercerai"

Mata Naya membelalak mendengarnya, ini sungguh lebih dari tersambar petir, ini semua adalah hal yang paling ia takutkan. Suaranya serak, paru parunya mengecil membuatnya sulit bernafas, kepalanya pening. Ada apa? Kenapa begini? Naya bertanya pada dirinya sendiri.

"Astagfirullah Mas"

"Aku ingin kamu bahagia bersama laki laki lain" ucap Adi lagi yang membuat Naya semakin pusing dan sulit bernafas

Naya semakin terkejut dan entah apa yang ia rasakan, sepertinya baru kemarin dia mendengar suara mantap Adi saat ijab qabul, saat saat menjadi pengantin baru, dan semua kini harus ia lupakan karena suaminya sendiri yang menyudahinya.

Naya menangis sejadi jadinya, ia sangat bingung apa yang harus ia lakukan, air matanya tak henti tumpah ruah, tangisnya begitu memilukan di telinga. Bahkan Adi bergetar mendengarnya suara tangisan yang menyakitkan untuknya.
"Ada apa sebenarnya Mas? Apa salahku? Apa yang membuat kamu mengambil keputusan seperti ini?"

Adi menyeka air mata Naya dan mencium puncak kepala istrinya itu, Naya dapat melihat cairan bening diujung matanya, Adi menangis.

"Bukan kamu, tapi aku Nay. Aku yang harus meminta maaf padamu"

"Kenapa Mas? Kenapa? Kenapa seperti ini?" Naya memukul mukul lengan Adi sambil masih dengan teriakannya yang histeris. Naya bukan tipe wanita yang akan berteriak teriak ketika menangis atau kesal tapi kini seperti ia meluapkan semuanya. Naya masih histeris dan Adi mencoba menenangkannya dalam pelukannya.

"Aku salah apa Mas? Apa karena anak? Apa karena kamu ga sabar dengan semua jalanNya Mas? Kenapa Mas?"

"Maafkan aku Nay, aku ingin kamu bahagia"

"Itu bukan jawaban yang aku inginkan Mas, aku mohon... apa salahku?"

--------------------
TAMAT..

Untuk kisah Naya dan Adi dilanjut ke judul baru ya nanti...

Terimakasih sudah baik hati me-like dan ditunggu koment nya..

Salam Doedesten
07okt2016

3 DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang