eleven.

70 7 6
                                    

Pagi ini, aku bangun kembali. Bangun pagi lagi. Hanya untuk menuntut ilmu. Ya, menuntut ilmu disekolah. Aku pikir ini melelahkan walau aku pulang pukul 12. Ini bahkan aku belum menjalani macam-macam les, yang bisa membuatku lebih lelah lagi. Tanpa perlu merepotkan mama ku. Aku pun segera bangkit dari kasurku dan merapikan sprei, bantal-bantal, boneka, dan juga bedcover yang berantakan di atas surga ku itu. Ya, kasur bisa dibilang adalah surgaku. Surga itu akan semakin nikmat apabila ditambah dengan suhu ac yang semakin dingin dan juga turunnya hujan. Membuatku semakin malas mejalankan tugas dan kewajiban ku sebagai anak murid.

Setelah selesai merapikan tempat tidurku, aku pun segera mematikan ac di kamarku dan juga membuka gorden jendela kamarku agar sinar matahari dapat masuk dengan mudahnya tanpa terhalang oleh kain-kain tebal yang menggantung itu.

Lalu aku bergegas menggambil handuk di tempat biasa dan keluar kamar, ternyata saat aku ingin berjalan ke arah pintu bersamaan juga mama ku membuka pintu kamarku. Mama ku yang melihat aku sudah bangun dan kamar yang sudah terlihat rapi pun mengulas senyum di bibirnya. Mungkin senang, anaknya yang cantik ini jadi rajin.

"Pagi ma," sapa ku saat mama baru saja membuka pintu kamarku.

"Pagi sayang," jawab mamaku.
"Tumben banget udah bangun, biasanya harus mama bangunin dulu baru bangun," lanjut mamaku.

"Yaiyalah, sebagai generasi penerus bangsa itu harus rajin. lagi pula ini hari senin, di awal minggu kita ga boleh malas tapi di akhir minggu ya bolehlah malas sedikit abisnya sudah kelelahan karena saking rajinnya di awal minggu," ucapku sok bijak padahal aku sendiri tidak tahu apa yang aku bicarakan.

"bicara apasih sayang?" Tanya mamaku bingung, sambil sedikit menahan tawanya. Aku tau mamaku sedang meledekku.

"Tau, dia mah gajelas," ucap kokoh ku yang tiba tiba saja lewat di depan kamarku dan masuk ke dalam topik pembicaraan kami.

"Apasih," ucapku sambil meliriknya yang memasang tampang sok ganteng itu, padahal aku tau ia belum mandi. wajahnya masik lecek dan ada belek pula dimatanya.

"Tumben kamu bangun pagi?" tanya kokoh ku itu. Memang ku akui dia menyebalkan, tapi ia lebih baik daripada Ci Leisha. Leisha sudah sangat menyebalkan. Tapi aku sayang mereka berdua.

"Yaiyalah, emang kayak kokoh. Jam segini aja belum mandi. Jorok" ucapku sambil memasang wajah sok jijik. Sebenarnya walaupun ia tidak mandi juga tetap terlihat tampan di mata semua wanita,mungkin.

"Kamu juga belom mandi, udalah males berantem. Mau lanjut tidur lagi, kalo ga karena kebelet pipis juga ga mau keluar kamar," ucapnya sambil jalan menuju kamarnya yang berada di samping kamarku.

"Kan di kamar kokoh ada toilet" ucapku agak teriak agar ia bisa mendengarnya.

"Sekalian cari makan, laper." Ucapnya. Aku hanya sedikit tertawa mendengar tuturannya. Mama ku yang melihat sedikit perdebatan kita tadi hanya senyum. Mungkin kita lucu.

Lalu aku pun segera permisi kepada mamaku untuk ke kamar mandi, untuk mandi. Agar tidak telat. Lalu setelah kurasa aku sudah bersih, akupun memakai handukku dan segera keluar dari kamar mandi langsung menuju kekamarku. Aku segera memakai seragam putih-putihku karena ini hari senin. Setelah aku memakai seragam dan rok ku, aku pun langsung mencari dasi merah ku di lemari akhirnya tanpa perlu berlama lama berkutat dengan pencarianku akhirnya dasiku pun kuketemukan. Setelah mencari dasi, aku mencari ikat pinggang, sebenarnya tak perlu dicari, ikat pinggang ku sudah tergantung di belakang pintu kamarku. Setelah ku ambil, aku langsung memakainya. Dan ku cari juga topi ku, itu wajib di gunakan dalam upacara hari ini. Setelah ketemu akupun langsung mengambil kaus kaki yang sudah ada logo sekolahku. Dan aku pun mengikat rambutku dengan rapi, dan memoleskan bedak tipis di wajahku dan setelah merasa aku sudah cantik dan pas untuk berangkat kesekolah akhirnya aku pun turun ke bawah untuk sarapan bersama keluargaku.

***
Cuaca pagi ini benar benar sangat panas, sehingga membuatku haus tak tertahankan. Untung saja tadi saat upacara aku tidak pingsan di lapangan, kalau pingsan bisa repot. Lagi pula aku anak yang kuat, panas pagi itu tidak seberapanya bagiku,hehe.

Sekarang aku lagi minum, untung saja aku selalu bawa botol minum jadi kapanpun aku haus aku bisa saja minum. Terlebih pagi ini, aku sangat dehidrasi karena upacara yang cukup menyiksa karena pembina upacara pidato hampir 30menit. Bahkan banyak murid yang sudah pingsan. Harusnya sekolahku membuat lapangan indoor agar murid-muridnya tidak perlu kepanasan lagi saat upacara dan olahraga. Tapi sepertinya itu mustahil. Tapi tidak ada yang mustahil juga di dunia ini, lagi pula sekolahku bisa di bilang lumayan unggul dan elite di Jakarta.

"Boleh aku bagi minum, aku haus banget nih. Lagi juga ga boleh ke kantin," ucap orang yang duduk di sebelahku, siapa lagi kalau bukan Calum.

"Mau banget? Haha" ucapku diakhiri dengan tawaan.

"Banget, im so thirsty,Caty" ucapnya dengan memasang wajah sok haus. Tapi dilihatnya memang benar dia haus.

"This is not english lesson, so don't talking with english" ucapku.
"And im just kidding, you can drink it" ucapku lalu memberikan botol minumku padanya.

Sesaat itu juga ia langsung mengambil botol minumku itu dan menenggaknya sampai sisa 1/4 air dibotol itu. Sepertinya ia haus sekali.

"Kamu haus banget ya? buset," tanyaku karena kaget yang tadinya masih ada 3/4 botol sekarang sudah sisa 1/4. Hebat.

"Iya," jawabnya sambil mendesah lega karena ia sudah berhasil menghilangkan rasa hausnya dengan air mineralku.

"Terimakasih," lanjutnya.

Lalu setelah itu, guru pun masuk dan menerangkan pelajaran pada kami.

***
Saat aku sampai dirumah, aku pun di kejutkan. Sebenarnya aku tak terkejut karena biasa saja tapi agak kaget sedikit. Ada teman mamaku. Sebenarnya itu hal yang biasa. Pantas saja tadi aku dijemput oleh pak joko, ternyata mamaku sedang berngobrol ngobrol ria. Dan satu yang membuatku kaget. Bukan satu sih bisa dibilang dua. Disana, di ruang keluarga. Ada dua orang ibu-ibu, ya bisa dibilang sepantaran dengan mamaku. Dan juga dua orang anaknya. Anak itu tidak asing di mataku.

Ya, itu Calum dan Luke.

Ngapain mereka dirumahku?

ngapain mereka sama kedua ibu-ibu itu?

Apakah itu mama nya?

Seketika pertanyaan itu muncul dikepalaku, rasanya pertanyaan itu akan sulit dipecahkan jika aku terus berdiam diri di pintu masuk saja. Aku harus kesana. Tapi aku malu. Ah sudahlah, lagi pula ini rumahku. Untuk apa malu?

"Mamaaaa, Caty pulang." Ucapku sambil berlari ke pelukan mamaku seperti biasa. Tanpa adanya jaim. Karena anak kecil sepertiku tak mengerti apa itu jaim.

"Hai sayang, duduk sini, ini temen mama sama anak-anaknya, kenalan dong" ucap mamaku.

"Udah kenal ma," ucapku.

"Bagus deh kalo udah kenal mah. Coba mama tanya, yang ini namanya siapa?" Tanya mamaku sambil menunjuk ke arah anak laki-laki yang berambut hitam.

"Calum, dan yang pirang Luke ma, mereka teman disekolah aku," jelasku.

"Oh begitu, yaudah sana kamu ganti baju" ucap mamaku.

Melihat tadi, kedua orang tua dari anak bocah tampan tadi hanya tersenyum. Lalu aku pun segera naik ke kamar untuk berganti baju, namun saat aku ingin naik ke tangga aku mendengar seorang dari kedua ibu-ibu tersebut berbicara.

"Cantik juga anak kamu jeng, cocok sama anak saya" ucap nya.

Mungkin anak anak mereka tidak sadar jika salah satu dari ibu mereka ada yang berbicara seperti itu, mereka terlalu sibuk dengan PSP nya masing masing. Dasar anak kecil.

"Ah jeng bisa aja" jawab mamaku terkekeh.

Akupun langsung lari dan masuk kekamar dan melupakan perkataan mama dari salah satu temanku itu.

Bersambung..

keep vomments ya guys, kalo ada yg kurang atau gasuka atau saran komen aja. Gua ladenin kok, mau bully ceritanya juga gapapa. Thx.

Old Love? | C.H ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang