PART 7

20 2 0
                                    

ochie kembali..... well, happy reading yah....


----------------------------------------------------------

Mardita POV.

Hari bahagia kak Arman srasa tertular padaku. Bahkan sore ini di kamarku, malah sempat terlintas fikiran omes tentang pasangan pengantin baru itu. Hahai.

Aku jadi ingin menikah juga jadinya. Tapi dengan siapa? Pacar saja tak punya, tapi kadang aku bangga dengan status single yang melekat padaku, di banding para perempuan yang dengan mudahnya berpacaran putus-nyambung. Diibaratkan kayak barang limit edition dan barang yang di obral. Upsss... maaf kalau aku menyinggung.

Sebualn lalu ada seseorang yang mendekatiku, kalau tidak salah dari IPB tapi lupa dari fakultas apa. Aku masih ingat apa yang dia katakan saat aku berkunjung ke perpustakaan IPB.

" kalau dilihat dari bukunya, sepertinya loe tipe cewek yang perhitungan deh."

Entah siapa pria yang datang tak diundang ini yang langsung mengajakku berbicara, bahkan tanpa perkrnalan dulu, langsung men-judge diriku seperti itu.

" hei, i'm Daniel. And you?." Tanyanya, kini sedikit ramah.

Aku masih tidak menanggapi ucapannya.

" masih mendiamiku?, okey... but, percayalah, kalau laki-laki lebih cepat jatuh cinta daripada perempuan. Dan... maybe i'm fall in love with you pada pandangan pertama." Aku hanya menatapnya sekilas, dan mengisyaratkannya untuk diam karena ini di perpustakaan.

Aku mengambil gambar dengan ponselku pada bagian-bagian yang penting untuk jadi bahan skripsiku, entah sudah berapa lama aku duduk di perpustakaan, dan pria yang menggangguku tadi masih tetap duduk di depanku sambil bermain ponsel.

Aku lantas beranjak dari dudukku, dan dia juga ikut berdiri. Apa yang dia inginkan sebenarnya?.

" wait, jangan salahkan aku jika aku akan menjadi stalker, lady. See you."

Aku pergi begitu saja setelah mendengar apa yang diakatakan, terserah apa yang ingin dilakukannya nanti, selama itu tidak mengangguku selama mengerjakan skripsi.

Dan seminggu kemnudia, entah Daniel mendapatkan kontak person milikku dari siapa. Dan itu mengangguku, siapa yang tidak terganggu jika 5 kali sehari dia mengirimuku pesan, entah di sosial media atau sms jika dia tak punya paket data, dan seminggu sekali dia menelfonku di Whats App. Aku merasa seperti anak SMP yang selalu diawasi oleh kakak laki-lakinya, aku belum bicara pada kak Arman ataupun Disa.karena aku tak ingin mendengar ceramah tentang siapa Daniel ini.

....

Aku baru selesai mandi dan akan membaringkan tubuhku, dering ponsel mengusikku yang baru akan mendapatkan posisi yang enak.

Ah, telfon dari Whats App, siapa lagi yang menelfonku minggu ini melalui Whats App jika buka si STALKER SEJATI, julukan yang aku beri untuk Daniel.

" hallio, Assalamualaikum..." sapa Daniel yang sok akrab padaku.

" hnnn..."

" loh, kenapa gak dijawab salamnya?."

" udah dalam hati. Kenapa loe telfon?."

" kamu kayak gak tau aja kalau menelfon kamu seminggu sekali itu udah jadi rutinitasku setiap hari. Sibuk?."

" menurut loe?."

" sepertinya tidak, kalau begitu aku bakalan tet..." aku memutuskan sambungan lebih dulu, aku capek dan ngantuk. Sebelum tidur aku men-silent ponselku biar Daniel tak menganggu tidurku.

THE  LAST CHOCOLATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang