Assalamualaikum, Ochie balik lagi....
Perlahan aku membuka mata yang telah tertutup untuk beberapa jam yang lalu, mataku terasa begitu berat dan aku merasa sepertinya mataku ini sangat bengkak plus aku tidak tau apa yang harus aku katakana pada mama dan ayah nanti. Menoleh kearah jam dinding yang menunjukkan jam setengah 6 pagi. Dengan masih mengumpulkan nyawa aku bangun dari tidurku dan duduk sebentar barulah aku berdiri untuk mengambil wudhu untuk shalat subuh.
" pagi mama Disa."
" pagi Nio."
" mama baru bangun?."
" iya sayang. Mama ambil wudhu dulu yah. Nio udah shalat?."
" sudah mah, bareng Ommo dan Oppo tadi."
" hebat anak mama." Aku tersenyum dan mengelus kepalanya yang berambut gondrong.
" apa yang kau tangisi semalam suntuk hah?." Tanya mama blak-blakan. Ayah lantas menoleh dari makanannya kearahku, dan memperhatikan perubahan raut wajahku.
" menangisi Mr. Choco mu ?. lagi?."
" mama tau, jika selama ini kamu kadang diam-diam menangis jika merindukannya saat dia masih hidup. Walaupun mati-matian kamu menutupinya dengan make-up yang tidak biasa kau gunakan, hingga rela belajar memakai make-up dari sahabatmu."
" jadi selanjutnya apa yang akan kau lakukan sayang?."
" mengurus Nio untuk saat ini. Just it. And please, don't ask me anything now, I feel tired. I need sleep more. Nio sayang, main sendiri dulu yah sayang, mama tidak enak badan hari ini." Nio hanya mengangguk dan menyelesaikan sarapannya.
" mamamu belum selesai bicara Disa." Kata ayah tegas. Aku menghela nafas dan kembali duduk.
" gimana Dis, kamu udah dapet kerjaan?." Tanya mama saat sarapan.
" belum mah."
Sekedar info aja, aku belum mendapatan kerja sama sekali semenjak lulus dengan IP 2,29. Tanggung banget, kenapa tidak di genapkan jadi tiga aja? Tapi itulah hasil akhirku. Dengan acara wisudah yang mengharuskan aku memakai kebaya, rok ketat dan di make-up. I hate make-up.
Sepertinya aku tak perlu panjang lebar menceritakan detail bagaimana acara wisudahnya.
" mah, pah, aku berniat menyekolahkan Nio tahun ini."
" syukurlah kalau kamu inget, papa baru saja kan menanyakan hal yang sama. Jadi, apa kamu sudah mendapatkan sekolah yang cocok untuk Nio?."
Belum sih pah. Tapi niatnya Disa sekolahin di Sd Insan Kamil."
" papa setuju saja, karena latar belakang sekolah itu bagus menurut papa."
" Nio, mau sekolah tidak?." Tanya mama.
" sekolah?."
" iya, sekolah. Nio bakalan dapet temen-temen baru nanti."
" sekolah?."
" iya, sekolahnya enggak jauh kok. Deket dari rumah sayang."
" Nio gak tertarik dengan sekolah." Aku, mama dan papa terkejut mendengar jawaban Nio yang aku kira dia akan menyetujui jika aku menyekolahkannya.
" kenapa Nio gak mau sekolah?."
" Nio maunya ayah yang nganterin Nio ke sekolah, tapi ayah belum hubungin Nio sampai sekarang. Nio kangen ayah."
Luka yang coba aku sembuhkan, terbuka lagi karena Nio mengingatkanku dengan dia. Bahkan sekarang aku tau jika orang tuaku lebih dulu mengetahui apa yang terjadi dengan mas Afdal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST CHOCOLATE
Fantasyseorang gadis bernama Disa yang memiliki stalker yang selalu mengiriminya cokelat setiap bulan, dan suatu saat, stalker yang disebut Mr. Choco oleh Disa meminta nya bertemu. Lantas, Disa terkejut karena orang tersebut rupanya Tuna wicara. Namun, ad...