PART 23

62 1 1
                                    


jangan lupa like jika menarik... 


.................................................................... 




Mahdisa POV.

Semalam, aku sudah menelfon Ando tentang berkunjung ke makam alm. Mas Afdal hari ini. Jadi, aku meminta ayah untuk mengajak Nio ke tempat kerjanya untuk hari ini saja, tetapi ayah menolakjadinya Nio ikut mama karena mama tidak bisa ijin barang sehari karena kata mama hari ini hari ulang tahun tempat kerjanya. Cuaca hari ini sedikit mendung, semoga saja tidak hujan sampai aku pulang lagi ke rumah.

Ponselku berdering memperlihatkan nama Ando disana.

" Assalamualaikum Do."

" waalaikumussalam, Dis. Kamu di mana?."

" aku baru mau keluar rumah, kamu di mana?."

" bentar lagi aku sampai rumah kamu, tunggu yah."

" okey, thanks yah. Assalamualaikum."

" waalaikumussalam."

" siapa?."

" Ando mah. Mah, maaf yah ngerepotin mama."

" ngerepotin gimana?. Kalau Nio ikut kan bisa sekalian main disana, lagian juga banyak temen mama yang bawa cucu atau junior-junior mama yang bawa anaknya kok hari ini."

" syukurlah kalau begitu mah."

Suara klakson mobil menginterupsi perbincanganku dengan mama, aku pun pamit dengan mama dan ayah serta Nio yang terlihat murung karena aku tidak bilang ingin kemana.

" mama gak lama kok, mama mau cari kerja sayang, Nio baik-baik yah sama ommo."

" mama juga hati-hati yah, love you mom."

" love you too baby, Assalamualaikum."

" waalaikumussalam mah."

Aku keluar rumah, dan melihat Ando sudah memutar balik mobilnya.

" sorry lama."

" it's nope, maaf juga ngerepotin loe buat temenin ke makam."

" karena loe belum tau di mana, jadinya tugas gue untuk menemani."

" thanks Do."

" sama-sama."

Mobil Ando akhirnya melaju dengan kecepatan sedang, dan berbelok menuju jalan ke salabenda.

Dua jam perjalanan, plus macet karena masih pagi kamipun sampai di tempat pemakaman umum, bulu kuduku merinding tiba-tiba, begitu juga dengan kilsan-kilasan tentang mas Afdal kembali muncul. Aku menangis dalam diam sementara Ando menuntunku ke tempat peristirahatan terakhir mas Afdal.

" nangislah, jangan di tahan. Ini makamnya. Maaf Disa, aku tidak bisa menemani kamu. Aku harus kerja sekarang, kalau ada apa-apa telfon aku, okey?." Aku hanya menganggu karena tak sanggup lagi bicara saat ini.

" thanks yah..." suaraku serak karena menahan tangis.

" sama-sama, aku tinggal yah. Assalamualaikum." Aku hanya diam dan menjawab salamnya dalam hati.

Tubuhku bergetar menahan tangis yang sangat ingin aku keluarkan sejak memasuki pemakaman ini, gundukan tanah yang mengering dan di beri keramik di pinggiran tanah itu. Entah apa yang harus aku katakan. Aku hanya merindukannya.

THE  LAST CHOCOLATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang