PART 22

39 1 0
                                    

Assalamualaikum... selamat membaca...

.........


Arlinna POV.

Minggu yang tenang, dan begitu cerah. Mungkin orang-orang di sekitar perumahan ini malas untuk keluar walau sekedar jooging mengitari komplek ini.

" kamu jangan lupa minum susu hamilnya Lin." Seru Ando, sambil membawakan segelas susu hamil rasa cokelat.

" thanks ayang beb-ku."

" minumnya sambil duduk doong. Atau mau di pangku sama aku?." Goda Ando.

" ogah, kamu mah modus itu."

" ra popo dong, modus ama istri sendiri." Akhirnya aku duduk di samping Ando di teras rumah belakang.

" dasar."

" kamu sudah bicara dengan Disa tentang apa yang aku amanahkan?."

" sudah, dan dia bilang kalau dia free hari apa saja. Tapi kalau bisa jangan sampai Nio tau akan hal ini, dia belum siap."

" yah... memang sulit untuk mengatakan itu pada Nio, mungkin suatu saat barulah Disa mengatakan yag sebenarnya." Aura di sekitar mereka berubah menjadi tegang lantaran kembali mengenang Afdal sang Mr. Choco.

" Oom..." kedua alis Ando bertaut dan menyiratkan pertanyaan ' kenapa '

" I'm not your uncle, I'm your husband."

" but I want to call you with uncle."

" dan... nada bicaranya juga berubah drastic dari sebelumnya, ada apa sayang?."

" uncle, I want somenting."

" don't call me uncle baby."

" but, I WANT!!!!!."

" hei, ada apa sih sayang. Tidak usah pakai teriak bisa kan?. Sayang mau apa?."

" mau kerak telor uncle."

" kerak telor?." Aku mengangguk manja dan menampakkan wajah hopeless.

" cari di mana?."

" I d k." aku enggeleng mana di lengannya setelah menghabiskan segelas susu hamil.

" what's that?."

" you don't know it?."

THE  LAST CHOCOLATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang