Pagi yang cerah tanpa awan, membangkitkan semangat yang terkubur karena malam. Hari ini, aku berniat untuk mengunjungi desa pasir eurih tempat dimana aku dan teman KKN tinggal disana selama sebulan.
Sebenarnya aku dan yang lain sudah merencanakan untuk mengunjungi desa tersebut, namun baru bisa terlaksana hari ini.
Dalam WA group KKN, teman-eman yang perempuan memintaku untuk mengajak Nio karena mereka kangen.
Pakaian casualnan nyaman, agar Nio bisa bergerak bebas nantinya. Sedangkan aku, memakai jean biru dingker longgar diandingkan dengan baju lengan pendek hitam bergambar anime plus jaket jean dan kerudung hitam.
Aku akan ikut dengan Khansa, yang tinggal tak jauh dari rumahku.semenjak aku kenal Khansa saat KKN, aku selalu ikut dengan Khansa atau Eki jika ingin mengunjungi tempat KKN.
" Assalamualaikum, " suara Khansa di luar.
" Waalaikumsalam. Eh, Khansa. Bentar yah, gue lagi nyariin sepatu Nio."
" oke."
........
Satu setengah jam waku yang dibutuhkan untuk sampai di lokasi tempat kami kkn dulu, kini aktivitas pagi menjelang siang hari masih sedikit sepi namun sedikit ramai karena banyak anak-anak usia belum sekolah, ada yang bermain dengan burung merpati dan ada juga yang bermain masak-masakan.
" eh, itu merpatinya awas bterbang kejauhan..." teriak salah satu anak yang baru saja melepaskan merpatinya.
" oooiii....." panggil anak lain yang memanggil merpatinya.
Aku memperhatikan sekeliling, begitu asri tanpa internet dan game online. Memngingatkan aku pada masa kecilku.
" mama, Nio boleh main sama mereka?."
" boleh, tapi Nio tidak boleh curang dan Nio harus berlaku sopan yah."
" oke mah."
Sementara Nio bermain dengan anak-anak yang lain, aku dan yang lain mengunjungi rumah pak Ahmad dan istrinya.
" Assalamualaikum pak, bu." Fahmi menyapa kedua orang tua itu lebih dulu yang terlihat sedang sibuk menjemur dan bersantai di teras rumah.
" eh, ada tamu. Silahkan masuk atuh."
" iya pak," kata Ayu.
Kami berbincang ringan tentang apa saja. Entah tentang perkrmbangan program yang kami lakukan selama kkn dulu, entah tentang pabrik sepatu pak Ahmad, tentang anak-anak pak Ahmad atau tentang apa saja yang bisa jadi bahan pembicaraan.
" bagaimana dengan kuliah kalian?."
" yah.. alhamdulillah bu, lancar." Serentak semua menjawab kompak.
" syukur atuh."
Sambil bercerita ria, istri pak ahmad memberi kami wejangan sederhana berupa singkong rebus dan teh tawar.
" mah, boleh main ke bawah ke sungai sama teman-teman?." Nio menginterupsi perbincangan kami.
" gak usah ya sayang. Nio disini aja sama temen-temen mama." Wajah murung Nio langsung terlihat saat aku melarangnya.
" wah... pundung lagi. Biarin atuh neng, namanya juga anak kecil." Kata istri pak Ahmad.
" Nio, sini deh, sama om. Kita berpetualang ke sawah aja." Ajak Indra, Rudi, dan Eki.
Syukurlah, Nio menyetujui ajakan mereka walau hanya setengah hati.
Seperginya mereka, perbincangan yang tak aku mengerti pun terjadi. Samar-samar, aku mendengar Fahmi bercerita tentang memancing. Ah... sejak awal memindahkan barang dulu, dia memang satu-satunya yang membawa pancingan.
.....
Langit pagi hari mulai berubah menjadi semakin panas karena sudah siang.
Ketiga temanku juga telah kembali dengan Nio yang di gendong Indra karena tertidur.
" maaf yah ngerepoti loe Dra."
" iya, gak apa-apa. Slow aja."
Aku mengambil Nio dari gendongan Indra, Nio bergerak saat aku menngendongnya.
" cup...cup...cup..." aku menepuk-nepuk ringan bahunya agar Nio kembali terlelap.
" hayu neng, kita makan siang bareng." Aja istri pak Ahmad.
" aduh bu, ini ngerepotin banget. Dibikinin makan siang."ujar Rizkia.
" Assalamualaikum." Teh Nopi yang orang karyawan datang menyusul dan langsung bersalaman dengan pak Ahmad dan istrinya.
Aku pamit ke belakang sementara yang lain masih bercerita.
Memasuki rumah pak Ahmad lebih dalam, aku menengok kamar-kamar bekas tempat kami tidur dulu. Kamar yang dulu masih di tutupi dengan terpal, kamar yang penuh dengan corat-coret kini menjadi lebih bagus dan atapnya sudah dirapihkan. Dan kamar kedua, juga sama bagusnya.
Sedankan dapurnya kini sudah lebih bagus dari yang dulu, setelah selesai ke kamar mandi, aku kembali berkumpul dengan yan lain.
Langit mulai gelap, awalnya kami ingin pamit pulang sebelum hujan, namun alam berkata lain. Hjan deras tanpa gerimis langsung turun dengan teman-temannya.
" aku masih inget banget, yang malem-malem anak-anak dateng." Tutur Rizkia.
" yang mana?." Tanya Fahmi dan Rudi bersamaan.
" yang anak-anak dateng buat maen, trus di kerubunin sama cewek-cewek." Celeuk Eki, yang sedang merokok.
" iya, iu lucu bange ih anak-anaknya. Sekarang mereka kemana?."
" oh... mereka kayaknya lagi maen sama temen-temennya." Kata istri pak Ahmad.
" eh... pak, maaf nih. Kami mau pamit pulang dulu. Soalnya hujannya juga udah reda." Kata Fahmi.
" kok cepet banget?."
" ada kerjaan pak di warnet." Sambung Fahmi."
" oh, sekarang teh Pahmi kerja di warnet."
" iya pak."
" hati-hati atuh di jalan yah semuanya."
" iya bu. Kami permisi dulu." Pamit kami pada pak Ahmad dan istrinya.
Aku membenarkan posisi tidur Nio yang masih tidur, tidak biasanya dia tidur selama ini, mungkin karena banyak teman bermainnya dan banyak tenaga yang dikeluarkannya.
Kami melambaikan tangan pada pasanga orang tua itu lalu meniggalkan mereka berdua saat menjelang malam tiba.
.........
[n
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST CHOCOLATE
Fantasyseorang gadis bernama Disa yang memiliki stalker yang selalu mengiriminya cokelat setiap bulan, dan suatu saat, stalker yang disebut Mr. Choco oleh Disa meminta nya bertemu. Lantas, Disa terkejut karena orang tersebut rupanya Tuna wicara. Namun, ad...