PART 18

16 1 0
                                    


Keesokan harinya, aku menangis di kamar sekencang-kencangnya. Kenangan buruk tentang KKN di ingatanku kembali terngiang, hal yang sangat ingin aku lupakan selamanya namun sampai hari ini, aku masih harus memiliki ingatan itu.

Menjadi sekertaris kkn.

Kenapa sejak awal, harus aku yang menjadi sekertarisnya?
padahal aku sejak awal, aku menolaknya karena alasan pribadi.

Namun semuanya setuju jika aku yang menjadi sekertarisnya, padahal aku sudah memikirkan siapa yang pantas untuk memegang jabatan itu. Dan ending yang aku dapat adalah aku mengundurkan diri menjadi sekertaris dengan alasan aku sakit, dan tidak bisa terlalu lelah saat baru 4 hari kami menginjakkan kaki di Tamansari.

..........

Did you waiting me for home ?

Kalimat itu, yang dia ucapkan padaku malam kemarin. Dalam mimpiku, di rumahku. Hanya aku dan dia, tak ada Nio, ataupun keluargaku.

Aku merindukannya,

Aku ingin dia ada di depanku sekarang.

i really really really miss him.

I need him.

I want him.

Kapan dia akan pulang, kapan lagi dia akan menghubungiku, memanggil namaku.

Aku iri pada sahabatku yang sudah bersatu dengan pujaan hatinya.

Sedangkan aku masih digantungkan olehnya.

.........

Langit malam cerah menemaniku duduk di teras rumah bersama Nio yang sedang asik bermain dengan mobil-mobilan barunya. Nio mendapatkannya dari Nia teman kkn ku.

" sayang, mama tinggal kedalam sebntar yah, mama mau mengambil notebook dulu."

" oke mah." Jawab Nio tanpa menoleh padaku.

Tersirat dalam fikiranku untuk menuliskan semua yag pernah terjadi padaku dan Nio saatkkn kemarin.

Tak lama, aku kembali bergabung dengan Nio yang masih asik dengan mainannya.

Hari pertama kkn, tepatnya tanggal 28 July2016. Kami semua menempati rumah kontrakan yang terbilang murah di lokasi kkn kami, hari itu juga kami disibukkan dengan merapikan barang-barag bawaan kami.

Sore harinya, kami berkenalan dengan para tetangga, dengan pak Rw nya kami bercengkrama, dan Nio yang sangat antusias karena begitu banyak anak-anak yang senang bertemu dengannya.

Lalu hari kedua, kami mulai menyusun apa saja yang akan kami lakukan selama kkn ini.

" drrrrt... drrt..."

Private number.

Siapa yang menelfonku dengan private number?

Dengan rasa penasaran, aku mengangkatnya.

Alunan musik piano mulai terdengar. Aku sedikit takut karena yang aku tau, musik piano agak menyeramkan kedengarannya, walau begitu aku menyukainya.

Alunan musik dari lagu soundtrack Titanic.

" setiap malam, dalam mimpiku, aku melihatmu, aku merasakan keberadaanmu. Inilah caraku mengenalmu tetap ada. Sepanjang jarak itu, dan pemisah diantara kita. Aku akan terus ada untukmu. Untuk menunjukkan bahwa aku ada untukmu."

" mama, itu dari siapa? Kenapa mama menangis?."

Apa kata Nio? Aku menangis? Aku nenyentuk pipiku, dan benar saja jika aku menangis.

" dari papa sayang. Sebentar, mama lodspeker dulu."

Mas Afdal masih bernyanyi, dan kini dia memamakai bahasa inggris. " you're here, nothing i fear and i know that my heart will go on. We'll stay forever this way you are safe in my heart will go on." Alunan musik piano, menutup musik yang indah meurutku.

" please, jangan di tutup dulu mas. Aku masih ingin mendengar suaramu, aku juga igin kau mendengar keluhan hatiku mas. Please..." aku menunggu lama, namun tak ada balasan dari sana, namun sambungan telfon masih terus tersambung.

" because of you, i never stray too far from the sidewalk. Because of you, i learneed to play on the safe side so i don't get hurt. Because of you, i find it hard to trust not only me, but everyone around me. And because of you, i'm afraid..." sambungan telfon langsung putus begitu aku selesai mengungkapkan apa yang aku rasakan saat ini.

" mama kenapa?." Tanya Nio yang berhenti bermain dengan mainannya.

" kita masuk yuk, diluar dingin sayang." Nio mengangguk dan mengambil mainannya lalu mengikutiku masuk.

.......

Bu Lasmi POV.

Aku memandang gundukan tanah seseorang yang aku kenal, seseorang yang telah bersamaku cukup lama, dan belum lama ini pula dia wafat karena tertembak dari belakang oleh seorang polisi.

Afdal Hamzah.

Tiga bulan terakhir, dia menitipkan sesuatu yang harus aku berikan kepada Disa. Gadis baik hati yang aku kenal saat dia datang bersama almarhum.

Aku tau pekerjaan yang dilakoninya, aku tau bahaya yang di tanggungnya selama ini.

Melalui Ando, aku mengetahui seluk beluk penyebab kematiannya, dia menjadi buronan di dunia internasional karena telah menjual barang haram, narkotika.

Tiga bulan terakhir ini, Ando pula yang memberikanku segala sesuatu tentang Afdal yang harusnya di berikan kepada Disa.

Aku tak bisa memberitahukan tentang kematian Afdal saat ini pada Disa dan Nio. Aku takut jika nantinya mereka tidak akan mempercayainya, terlebih lagi Nio masih kecil.

" dia akan tenang disana." Ujar seseorang di sampingku.

" yah, dan aku berharap kedepannya Disa bisa menerima kenyataan ini."

" dan juga cara memberitahukan perihal kematian Afdal."

" nak Ando, selamat yah atas pernikahannya. Maaf ibu tak sempat datang di hari bahagia nak Ando."

" iya bu, makasih banyak." Tutur Ando seraya mengelus bahu kananku. " sebaiknya kita pulang sekarang, langit sudah mendung bu."

" baiklah."

" ibu naik apa kemari?."

" kendaraan umum."

" kalau begitu, saya antar ibu."

" terima kasih nak Ando."

Benarsaja, selama perjalanan kami pulang, hujan mulai turun. Untungnya hujan turun saat aku dan nak Ando sudah di dalam mobil. Perjalanan cukup panjang di temani dengan percakapan ringan tentang keseharian yang kita lakukan.

" terima kasih sudah mengantarkan saya sampai rumah nak Ando."

" sama-sama bu, maaf tidak bisa mampir kali ini."

" iya, taulah, yang pengantin baru."

" ah, ibu bisa aja."

Setelah nak Ando pergi, aku masuk ke rumah dan membersihkan diri lalu shalat isya lantas istirahat.

....



Gomen ne.... kalo hanya sedikit....

lagi mati ide nih... 

THE  LAST CHOCOLATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang