Di Balik Hujan

1.4K 58 0
                                    

Hujan lagi-lagi turun. Langit tak pernah mau berhenti menangis. Tidak salah memang, saat ini sedang musim hujan. Masa di mana kesedihan menaungi langit. Setiap hari, setiap sore, orang-orang seperti sudah hafal kapan langit akan menangis.

Tapi, apakah semua orang bisa menerima keadaan ini?

Banyak orang yang membencinya, namun banyak juga yang suka kepadanya. Terkadang mereka tidak sadar, di balik ini ada hikmahnya. Ada sesuatu hal terjadi.

Ya, mungkin aku tidak akan bisa melupakan hari ini. Lagi-lagi karena hujan. Jumat, minggu ketiga November. Aku dijebak oleh hujan di suatu tempat. Ramai, orang-orang menunggu reda di sana. Di sekitar tempatku berdiri, ataupun di meja berpayung di depan sana.

Aku hendak mencoba melawan hujan ketika kebiasaanku lagi-lagi terjadi, melihat secara random keadaan sekitar. Tidak perlu memang, terkadang. Namun, sepertinya hari ini adalah hari keberuntunganku. Ketika hendak berlari menembus hujan, tanpa sengaja aku melihat seseorang di meja itu, menunggu hujan reda sepertiku(tadi). Tapi, seketika itu juga langkahku terhenti.

Tidak ada yang tahu mengapa itu bisa terjadi. Seorang ilmuwan saja pasti tak akan mampu menjelaskan bagaimana kecepatan impuls kakiku bisa berhenti begitu saja hanya karena sebuah hal sederhana; melihat dia.

Sepintas.

Berlebihankah? Lagi-lagi tidak ada yang tahu.

Aku sendiri berpikir, bagaimana mungkin dia seorang diri bisa menghentikanku. Sebuah hal sederhana yang kemudian membuatku rumit. Hanya dengan melihatnya, pandanganku tidak mau teralihkan. Apalagi ketika kemudian dia berpindah ke tempatku berdiri, masih menunggu hujan reda.

Semudah inikah pandanganku teralihkan? Atau memang dia punya daya yang begitu besar untuk menarikku tanpa melakukan hal apapun?

Lagi-lagi, aku menantikan ada seseorang yang menjelaskan kepadaku bagaimana hal itu bisa terjadi. Sihir ? Jelas tidak. Mitos lama itu. Ataukah, sebuah medan elektromagnetik yang sangat kuat? Belum pernah kudengar fisikawan membuktikan teori itu ada pada manusia.

Lantas apa? Mengapa sulit kualihkan pandanganku kembali?

Wajah itu... Ya, wajah itu... Terekam jelas di pikiranku. Karena hanya wajah itu yang bisa menenangkan kegelisahanku dari hebatnya tangisan langit hari ini. Tidak ada perasaan yang berbeda, karena memang hanya ada kesederhanaan dan ketenangan di wajah itu. Hanya rumit, karena aku sama sekali tidak mengenali dia.


Jumat ketiga, November 2014

Aksara HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang