Suatu hari nanti, aku ingin singgah di kedua matamu. Mencari tahu, kira-kira apa saja yang kautatap dari balik bingkai hitam yang kaukenakan itu? Penasaran yang menghantuiku terus-terusan mempertanyakan. Pertemuan kita yang sangat lucu—aku menemukanmu di antara rinai hujan dan kamu sedang berteduh di tempatku berdiri—dengan aku yang begitu saja terpaku.
Perasaan memang sungguh menarik. Saat aku, tanpa henti, didera kenangan demi kenangan yang menempatkanku dalam sebuah jejalanan bernama penantian. Saat aku menunggu seseorang yang enam tahun taklagi mengenaliku (mungkin) dan seseorang yang kutautkan perasaan diam-diam selama dua tahun belakangan. Jujur, rasa lelah begitu semangat menerjang tubuhku bertubi-tubi.
Aku menyerah.
Untuk saat ini, aku mengibarkan bendera putih untuk keduanya dan kemudian mencoba untuk menikmati udara segarku sendiri. Berjaga-jaga, barangkali, suatu waktu nanti, takdir kembali mempertemukanku dengan keduanya. Setidaknya, detik ini, aku memutuskan untuk melalui jalan yang berbeda.
Dan di jalan itu kutemukan kamu.
Bogor,
1 Januari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Hujan
PoetryHujan tidak selamanya menjadi sosok antagonis. Hujan tidak selamanya menjadi kesalahan di antara kehidupan. Namun, hujan ternyata mampu menjadi jembatan pertemuan bagi dua hati yang saling menyebut nama dalam doa sepertiga malamnya. Hujanlah yang me...