: ZN
Jika sang waktu menakdirkan kita untuk bertemu, aku ingin berterima kasih padamu. Mungkin, kamu akan bertanya-tanya untuk apa aku berterima kasih? Tolong, jangan sekali pun kamu tanyakan itu padaku atau dirimu sendiri. Jawabannya sudah kusimpan rapi dalam sebuah kotak kayu bernama "harapan", kugembok rapat, dan kuncinya kulemparkan dalam samudra bernama "Ingin".
Aku tidak ingin kamu tahu, bahwa dengan menautkan perasaan padamu, aku bisa perlahan meredam kenangan-kenangan silam yang kian meranggas dada selama tujuh tahun. Aku bisa melipat rasa demi rasa yang mendera selama dua tahun. Ya, mengenalmu aku perlahan bisa melepaskan diriku dari penantian tak berujung atas kedua orang itu.
Mengenalmu, aku belajar untuk menjadi baik-baik saja. Pada hujan yang kian menderas, aku menengadahkan kepala pada langit. Rinai demi rinai berjatuhan menimpa kepala dan seluruh tubuh. Membasahi mata. Membasahi segara rasa yang lama kering oleh penantian tak berujung itu.
Jadi, tolong jangan tanyakan mengapa aku ingin berterima kasih padamu. Aku hanya tidak ingin kamu pergi di saat kamu temukan jawabannya. Aku tidak ingin kamu menghilang di saat aku butuh alasan untuk bertahan di kota hujan ini. Bagiku, hujan tidak hanya sekadar air mata dari langit. Hujan juga adalah rindu dan kenangan yang berjatuhan dan menggenang di diam samudra matamu.
Aku tidak ingin kehilanganmu.
Kamu tidak perlu tahu bahwa kamu harus menujuku. Cukup aku saja yang melangkah menujumu. Perihal kamu pada akhirnya (ingin) mengakui keberadaanku atau hanya berpura-pura aku tidak pernah ada, atau bahkan hanya berakhir dengan ketidaktahuanmu perihal aku, semuanya baik-baik saja.
Pada akhirnya, aku mengerti mengapa kesendirian senyaman ini. Mengapa tujuh tahun berlalu dan sulit sekali melupakan satu atau dua orang. Tapi, jika suatu waktu nanti kamu masih juga penasaran dengan pertanyaanmu itu, bersiaplah. Mungkin setelahnya akan ada sebuah pertemuan yang berbeda. Atau bisa juga hanya sebuah kehilangan yang mendera. Dan aku tahu betul, akulah yang paling dalam merasainya.
Jadi, simpan pertanyaan itu sampai takdir mengizinkanmu untuk menanyakannya.
Bogor,
26 Februari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Hujan
PoesíaHujan tidak selamanya menjadi sosok antagonis. Hujan tidak selamanya menjadi kesalahan di antara kehidupan. Namun, hujan ternyata mampu menjadi jembatan pertemuan bagi dua hati yang saling menyebut nama dalam doa sepertiga malamnya. Hujanlah yang me...