Satu

242 8 1
                                    

RENA
Siang ini aku tidak langsung pulang ke rumah, karena ada piket membersihkan kelas. Biasanya kalau aku sedang piket, ditemani oleh Farida. Tapi siang ini Farida tidak menemaniku, dia pulang duluan, katanya sedang tidak enak badan. Farida itu sahabatku sejak kelas tiga sekolah dasar, hingga sekarang kami sudah duduk di bangku kelas 2 SMP.

Aku melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kiriku. Menunjukkan pukul 01.00. Aku berpikir kalau aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku. Karena setelah ini, aku harus segera latihan basket.

Aku kembali menyapu lantai kelasku, lalu membuang sampahnya ke tempat sampah di depan kelasku. Tiba-tiba ada yang mengagetkanku. Dia adalah Rafael.

"Kak Rafa! Ngapain pake ngagetin sih? Lihat sampahnya jadi berserakan," kata ku.

"Maaf deh, maaf... Sini-sini aku beresin," kata Rafael sambil nyengir kuda. Lalu ia mengambil sapu di tangan ku.

"Gak! Gak perlu!" kata ku sambil mengambil kembali sapu itu.

"Gitu aja marah...," goda Rafael.

Aku tak menghiraukan Rafael. Dengan kesal aku membereskan sampah-sampah yang berserakan. Setelah selesai, aku masuk ke dalam kelas lalu menyimpan sapu. Sambil menyambar tasku yang ada di atas meja, aku kembali melirik jam tanganku. Kini menunjukkan pukul 01.10.

"Huh, gara-gara Rafael si Bule sunda alay aku jadi terlambat sepuluh menit," kata ku dalam hati kesal. Saking kesalnya, aku jadi tak menghiraukan panggilan Rafael.

Sampai di tempat latihan basket, Lea sahabatku sudah menunggu sejak setengah jam yang lalu.

"Rain, kamu kemana aja sih?" tanya Lea ketika melihatku.

"Sorry Le, aku terlambat, tadi aku ada piket kelas, terus...," kalimatku dipotong oleh Lea.

"Oke, gak papa... sekarang kamu ganti baju sana, masa main basket pake baju seragam," kata Lea.

"Oke" kata ku, lalu aku langsung pergi ke WC untuk ganti baju disana.

Kemudian aku mulai latihan basket bersama Lea. Sebenarnya latihan ini tidak terlalu penting, karena ini hanya sebagai sarana untuk menyalurkan hobi saja.

Sekitar pukul 04.00, datang tiga cowok ke lapangan basket. Merebut bola dan berusaha menguasai bola. Salah satu dari ketiganya yang berjaket merah dan berkacamata, mengoper bola pada cowok tinggi di depan ku. Aku berusaha merebut bola namun tubuh cowok tersebut yang tinggi membuatku sedikit kesulitan. Cowok tersebut akhirnya memasukkan bola kedalam ring. "Argh...," geramku.

Ketiga cowok itu adalah Rafael, Vito dan Dion. Mereka masih menggunakan pakaian seragam. Sepertinya mereka baru pulang sekolah.

"Kalian curang!" kata ku masih dengan napas yang terengah-engah. Lalu aku duduk di tengah lapangan. Di ikuti Lea, Vito, Rafael dan Dion.

"Curang gimana?" tanya Vito, sambil melonggarkan dasinya.

"Kita cuma berdua sedangkan kalian bertiga," jawab ku.

"Ya salah sendiri, emang Ida mana?" tanya Rafael. Kulihat semua mata menatapku, seperti meminta jawaban dariku.

"Ida pulang duluan, katanya lagi gak enak badan," kata ku.

"Oh...," terdengar Rafael bergumam.

"Udah mendung nih, kayaknya mau hujan. Kita pulang yuk," kata Lea.

"Yaelah Le, ngapain takut ama hujan sih?" kata ku.

"Ya terserah kamu deh, mau pulang atau mau nginep disini?"tanya Lea.

"Aku juga mau pulang kali, ngapain nginep disini,"kata ku.

"Ya udah yuk, pulang," kata Rafael lalu ia bangkit dari duduknya.

Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang