Tiga belas

61 1 0
                                    

FARIDA
Aku sedang duduk di kursiku sambil membaca buku. Tiba-tiba saja aku mendengar teriakkan para cewek heboh di kelasku. Entah mengapa kelas begitu ramai pagi ini. Membuatku sedikit kesal. Di tambah suara Adrian yang terus saja mengoceh.

"Ish... bisa gak sih gak teriak-teriak terus," seruku. Namun sepertinya tak di dengar.

"Pagi, Farida. Kayaknya kamu lagi kesel banget pagi ini," kata seseorang. Aku kenal suara itu. Aku menoleh ke sumber suara untuk melihatnya.

"Rena!!! Kamu udah sekolah lagi? Gimana keadaan kamu? Kamu udah sembuh?" tanyaku heboh.

"Iya, iya aku udah sembuh," jawab Rena.

"Syukur deh...  Tapi ini kenapa dahi kamu masih diperban?" tanyaku sambil menunjuk dahi Rena.

"Ini gak papa kok, cuma luka sedikit," kata Rena.

"Bener? Coba aku pegang," kataku sambil memencet luka di dahi Rena.

"Aw! Sakit!!" teriak Rena.

"Katanya cuma luka sedikit?" tanyaku.

"Iya, tapi masih sakit!" jawab Rena.

☔☔

RENA
Teet... teet...

Bel masuk berbunyi. Aku segera duduk di kursiku. Lalu menunggu guru yang akan masuk. Tidak lama Bu Eni, wali kelasku masuk bersama dengan seseorang. Sepertinya murid baru.

"Kayak pernah ketemu? Tapi dimana ya? Wajahnya serasa familiar?" tanyaku dalam hati.

"Baik anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Dia murid pindahan dari Cirebon," kata Bu Eni.

"Silakan kamu memperkenalkan diri," kata Bu Eni pada murid baru itu.

"Perkenalkan. Namaku Niko Ardiansyah. Biasa dipanggil Niko," kata murid baru itu memperkenalkan diri.

"Niko? Niko Ardiansyah?" tanyaku dalam hati. Aku berusaha mengingat nama itu.

"WHAT?! Niko Ardiansyah?!" jeritku dalam hati.

Seketika aku teringat masa-masa saat aku masih sekolah dasar. Masa-masa ketika aku mengalami cinta monyet.

Bel jam istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Farida sudah pergi entah kemana. Namun aku masih duduk di kursiku. Aku masih syok.

Dulu aku pernah berjanji dalam hatiku, kalau aku tidak mau bertemu dengan Niko Aridansyah. Entahlah kenapa aku berjanji seperti itu.

"Hai, Rena," sapa seseorang sambil duduk di kursi di sebelahku. Aku menoleh ke sumber suara dan... tada... Terlihat Niko Ardiansyah sedang duduk sambil menatapku dengan tatapan anehnya.

"Hai," jawabku singkat.

"Kamu masih inget aku kan?" tanya Niko.

"Ya," jawabku singkat.

"Syukur deh kalau kamu masih inget sama aku," kata Niko.

"RENA!!!" teriak seseorang memanggil namaku. Aku tahu dari suaranya itu pasti Vito.

Benar saja saat aku melihat ke arah pintu, terlihat wajah menyebalkan Vito. Vito berjalan menghampiriku.

"Rena, lo ngapain disini aja? Biasanya lo udah nongkrong di depan kelas?" kata Vito ketika sudah berdiri di depanku.

"Ini juga mau kok," kataku sambil bangkit dari dudukku dan segera pergi keluar kelas. Menghindari Niko.

Ketika sudah duduk di bangku panjang depan kelas, rasa tegangku masih ada.

"Dia siapa?" tanya Vito.

"Di, dia murid baru," jawabku sedikit terbata-bata.

"Lo kenapa? Kok kayak tegang gitu?" tanya Vito lagi.

"Ah, ng... nggak kok," kataku pura-pura.

"Muka lo merah tau," kata Vito.

"Masa sih?" tanyaku sambil menutupi kedua pipiku.

"Makin merah," kata Vito sambil menatapku.

"Ih... lo ngapain sih liatin gue mulu," kataku sambil meninju pelan pipi Vito.

"Hahaha," Vito tertawa terbahak-bahak. Entah karena apa.

☔☔☔

Yang baik jangan lupa vote and comment cerita ini. Walaupun gaje kalian harus tetap vote and comment ya... HARUS! #maksa

Revisi: 2 Juni 2018

Anita_Rain

Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang