RENA
Teet... teet... teet...Akhirnya bel pulang berbunyi juga. Sejak tadi pagi saat bel masuk berbunyi, aku sudah menantikan bel pulang berbunyi. Karena apa? Karena aku sudah tidak tahan dengan sikap Niko. Sudah hampir dua minggu Niko bersekolah di sekolah yang sama denganku dan kebetulan satu kelas pula. Hah... mungkin itu bukan suatu kebetulan. Tapi suatu kesengajaan.
Dengan cepat aku membereskan alat tulisku, agar aku bisa keluar dari kelas lebih dulu. Agar aku bisa menghindar dari Niko.
"Rain, tunggu aku... Kamu buru-buru banget sih," kata Farida.
"Aku tunggu kamu di gerbang," kataku sambil memasukkan bukuku ke dalam tas.
"Rain... Tunggu! Kenapa sih udah seminggu kamu selalu aja pulang buru-buru?" tanya Farida.
"Aku lagi menghindar dari si anak baru itu," jawabku singkat. Lalu aku bangkit dari kursiku dan berjalan menuju pintu. Namun langkahku terhenti karena seseorang mencengkeram tanganku.
Ketika aku menoleh dan... WOW! Kini Niko sedang menahan tanganku. Kini aku sudah tidak bisa menghindar lagi.
"Berani sekali dia menyentuhku!" geramku dalam hati. Aku segera melepaskan tanganku dari cengkraman tangan Niko.
"Ada apa?" tanyaku dingin.
"Aku boleh minta waktu kamu sebentar aja, aku pengen ngomong sesuatu," jawab Niko.
"Oke," kataku lalu aku berjalan keluar dari kelas.
Aku duduk di kursi panjang depan kelasku. Niko duduk di sebelahku.
"Rena," panggil Niko.
"Ada apa?" tanyaku.
"Kamu tau gak, alasan kenapa aku pindah sekolah ke sini?" tanya Niko.
"Ya gak taulah... orang lo belum bilang," jawabku ketus.
"Karena aku pengen ketemu kamu, aku kangen sama kamu," kata Niko.
"Seseorang tolong aku... Please... tolong aku... HELP! HELP!" jeritku dalam hati.
"Rena, aku sayang sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?" tanya Niko. Tanpa basa basi lagi.
"HELP! HELP! HELP!" teriakku dalam hati. Walau aku tahu tidak akan ada yang mendengar.
"Rena? Kamu denger gak apa yang barusan aku bilang?" tanya Niko yang melihat aku hanya diam saja.
"Iya gue denger," jawabku.
"Terus jawabannya apa?" tanya Niko.
"Gak mau," jawabku singkat, padat dan jelas.
"Kenapa? Bukannya dulu kamu pernah suka sama aku? Dulu kita pernah merasakan cinta monyet," tanya Niko.
"Niko, dengerin gue baik-baik. Dulu gue emang pernah suka sama lo. Dulu lo begitu penting dalam hidup gue. Lo itu segalanya bagi gue. Tapi sekarang itu udah gak berlaku dalam hidup gue," kataku memperjelas setiap kata yang diucapkan.
"Dan satu lagi, dulu dan sekarang itu sama aja cinta monyet. Kita masih SMP," kataku.
Aku bangkit dari dudukku lalu berniat melangkah meninggalkan Niko. Namun niatku terhenti karena ada yang memanggilku.
"RAIN!!!" Aku tahu itu pasti Vito. Dan benar memang Vito.
"Bala bantuan datang terlambat," gerutuku dalam hati.
"RAIN!!!" Vito masih berteriak keras meskipun sudah ada dihadapanku.
"Vito! Lo ngapain sih teriak-teriak. Berisik!" gerutuku kesal.
"Oke. Maaf-maaf... Kamu ngapain disini? Bareng dia? Berduaan?" tanya Vito.
"Sekarang udah bertiga," jawabku datar.
"Ya udah kalo gitu. Karena kamu udah berdiri, jadi ayo kita pulang. Mama kamu udah sms aku," kata Vito sambil menarik tanganku.
"Sms? Sejak kapan Mamaku punya nomor kamu?" tanyaku heran sambil mengikuti Vito.
"Udah lama," kata Vito sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah melihat senyumnya.
☔☔☔
Maaf baru update... CTK emang gini.. updatenya kapan aja, kadang cepet,bkadang lama. Maaf...
Maaf kalo gaje atau typo.Revisi: 2 Juni 2018
Anita_Rain☔
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tentang Kita
Teen FictionAda apa diantara kita? Ada cerita apa? _____________________________________ "Rain, gue sayang sama lo." "Gue juga sayang sama lo. Sayang banget." "Gue sayang sama lo karena lo itu sahabat gue yang paling baik. Ya... walaupun lo itu kadang-kadang ny...