Sepuluh

62 1 0
                                    

RENA
Aku berjalan di koridor dengan malas. Bukan karena hari ini jam pelajaran pertamanya IPS. Pelajaran yang paling tidak aku suka. Tapi karena Vito. Ya, aku memikirkan bagaimana keadaannya sekarang. Aku mengkhawatirkannya. Ah, aneh juga, kenapa aku begitu mengkhawatirkannya.

"Rain," panggil seseorang.

Aku menoleh ke sumber suara. Terlihat Farida sedang berjalan ke arahku.

"Rain, aku mau minta maaf sama kamu," kata Farida ketika sudah ada di sampingku.

"Soal?" tanyaku.

"Soal.... Ih, masa kamu gak tau...," kata Farida.

"Emang soal apa?" tanyaku.

"Soal yang kemarin," jawab Farida.

"Aku udah maafin kamu kok," kataku. Aku kembali meneruskan langkahku.

"Ida, pokoknya aku janji, aku bakalan bikin Rafael suka sama kamu," kataku.

"Jangan Rain!" kata Farida.

"Kenapa?" tanyaku.

"Karena aku rasa, aku gak pantas buat suka sama Kak Rafa," jawab Farida sambil menundukkan kepala.

"Jadi kamu pesimis?" tanyaku. Farida terdiam.

"Farida, kamu jangan pesimis kayak gini dong. Aku gak suka sama orang selalu kalah sebelum perang. Farida, siapa tau Kak Rafa itu suka sama kamu," kataku sambil menepuk-nepuk pundak Farida.

"Tapi...."

"Gak ada tapi-tapian. Pokoknya aku bakalan bikin Si Bule sunda alay suka sama kamu," kataku.

"Yuk, ke kelas," kataku lagi.

☔☔☔

~Pulang sekolah di lapangan basket~
Aku duduk di bangku panjang di pinggir lapangan basket. Aku menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Dadaku terasa sesak jika memikirkan bagaimana keadaan Vito sekarang. Aneh juga kenapa aku begitu mengkhawatirkannya.

Aku melepas liontin yang Vito berikan. Aku melihat isi dalam liontin itu. Fotoku dan foto Vito.

"Gimana ya keadaan si Vito sekarang?" gumamku.

"RENA!!!" Terdengar suara Farida dan Lea memanggilku dengan suara toa masing-masing.

Aku segera menyembunyikan liontin itu di saku jaket yang ku pakai.

"Rena, tumben banget kamu melamun? Mikirin siapa sih?" tanya Farida lalu duduk di samping kananku.

"Gak, gak mikirin siapa-siapa kok," jawabku pura-pura.

"Bohong...," kata Lea.

"Enggak kok. Emang bener aku gak mikirin siapa-siapa," kataku.

"Ya udah yuk. Kita main basket," ajak Farida.

"Yuk!" seru Lea semangat.

"Ayo, Rain. Kita main basket," kata Farida sambil menarik tanganku.

Aku terpaksa ikut bermain basket walaupun aku sedang malas bermain basket.

04.00

Datang Rafael dan Dion. Dion masih terlihat mengenakan pakaian seragam SMAnya. Sedangkan Rafael sudah mengganti pakaian putihnya dengan kaus bebas.

"Hai," sapa Dion dan Rafael berbarengan.

"Hai, Kak," sapa Farida dan Lea berbarengan.

"Main basket boleh tuh," kata Rafael.

"Yuk. Dua lawan tiga" kata Farida.

"Kalian berdua aja ya, Ida, Lea," kataku sambil berjalan ke pinggir lapangan. Lalu duduk di kursi panjang.

☔☔☔

LEA
Aku heran ketika mendengar Rena tidak akan bermain basket. Aneh. Ya, aneh. Rena sekarang sering melamun.

"Rena kenapa?" tanya Dion.

"Enggak tau. Sekarang dia sering melamun," jawab Farida.

"Ya udah yuk. Kita main basket," kata Rafael.

"Yuk!" seru Farida.

☔☔☔

RENA
Aku menatap layar handphoneku. Di sana terdapat nama Vito beserta nomornya.

"Telpon gak ya?" tanyaku dalam hati.

"Telpon aja deh," kataku.

Aku menempelkan handphoneku ke telinga lalu terdengar bunyi nada sambung.

"Halo," terdengar suara Vito di seberang sana.

"Halo,Vito. Gimana keadaan lo?" tanyaku.

"Kenapa lo khawatir ya?"

"Eh, lo lagi sakit juga nyebelin ya. Iya gue khawatir sama lo," kataku.

"Cie... khawatir sama gue... jangan-jangan lo suka lagi sama gue."

"Ih, lo apaan sih?!" kataku kesal.

"Gue emang suka sama lo," kataku dalam hati.

"Gue baik-baik aja kok. Gue cuma di suruh istirahat aja"

"Terus kapan lo sekolah?" tanyaku.

"Kenapa lo kangen ya sama gue?"

"Ih... awas lo ya kalo ketemu," kataku. Lalu aku mematikan sambungan telepon.

☔☔☔

VITO
Aku menghela napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

"Rain... maafin gue... gue emang pengecut," gumamku.

☔☔☔


Begitulah cerita gaje kali ini. Semoga yang baca gak lupa buat vote atau comment cerita ini. Amin...

Revisi: 8 April 2018

Anita_Rain🌂

Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang