Delapan

81 3 0
                                    

RENA
"Pagi, Farida! Gimana kabar kamu hari ini?" seruku.

Aku menyapa Farida dengan semangat, namun yang disapa hanya diam. Menoleh sedikit pun tidak apalagi menjawab sapaanku. Farida tetap fokus pada buku yang sedang ia baca.

"Serius amat bacanya," godaku sambil duduk di kursi sebelah Farida. Farida tetap tak merespon.

"Tumbenan nih anak jadi diem banget? Biasanya kalo gue baru nyampe depan pintu kelas aja udah heboh banget," kataku dalam hati.

Tiba-tiba Farida bangkit dari duduknya sambil membawa tasnya.

"Farida, kamu mau kemana?" tanyaku. Lagi-lagi Farida tak merespon. Farida berjalan ke kursi paling belakang yang memang kosong.

"Dia kenapa sih? Aneh banget," gumamku.

"Hai, Rain," sapa Adrian.

"Eh, Dri," kataku sambil tersenyum.

"Boleh aku duduk?" tanya Adrian sambil menunjuk bangku Farida yang kosong. Aku melirik Farida.

"Boleh," jawabku. Adrian duduk di kursi Farida.

"Kok Farida pindah duduknya ke belakang? Kalian lagi marahan ya?" tanya Adrian.

"Nggak kok. Aku gak tau kenapa Farida tiba-tiba jadi diem," kataku. Adrian hanya manggut-manggut.

"Dia jadi aneh," kataku.

"Sejak kapan?" tanya Adrian.

"Sejak..., tadi. Kemarin dia baik-baik aja. Bahkan kemarin aku sempat ke toko buku bareng dia. Emang sih..., kemarin pas di toko buku dia agak diem gitu," kataku.

"Oh... gitu ya," gumam Adrian.

"Eh, kok aku jadi curhat ya," kataku sambil tersenyum.

"Gak papa kok, gak papa. Kalo kamu mau curhat, kamu bisa curhat sama aku. Aku siap kok dengerin curhatan kamu," kata Adrian sambil tersenyum. Ya, tersenyum manis.

"Senyumnya aneh," pikirku.

"Adri, ke kantin yuk," ajak Agi pada Adrian. Agi itu teman dekatnya Adrian.

"Rain, kamu mau ikut ke kantin bareng kita?" tanya Adrian padaku. Aku menggelengkan kepala.

"Maaf. Tapi aku mau ajak Farida buat ke kantin bareng," jawabku sambil tersenyum.

"Oh... Baiklah kalau begitu, aku duluan," kata Adrian. Aku menganggukan kepala.

Setelah Adrian dan Agi pergi, aku masih duduk di kursiku. Memikirkan bagaimana caranya mengajak Farida ke kantin.

"Duh, gimana gue mau ngajak Farida ke kantin. Tadi pagi kan dia cuek banget sama gue. Bahkan duduknya pun pindah, kayaknya kalo ada di samping gue dia alergi," gumamku.

Aku melihat Farida sedang duduk diam, matanya seolah-olah fokus pada buku yang sedang ia baca namun aku tidak yakin kalau ia benar-benar membacanya. Karena matanya sekali-kali melihat ke arahku. Aku menghampiri Farida.

Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang