Tiga

186 4 1
                                    

FARIDA
Bagi para pelajar, jam istirahat adalah hal yang paling ditunggu-tunggu. Karena pada jam istirahat kita bisa sedikit merilekskan otak kita. Pada jam istirahat juga kita bisa sedikit mengisi perut kita yang sudah mulai keroncongan.

Seperti sekarang aku dan Rena sedang berjalan menuju kantin. Di kantin aku dan Rena membeli sedikit makanan. Setelah itu, aku pun mengajak Rena duduk di bangku depan kelasku.

Sambil makan makanan yang tadi dibeli di kantin, aku diam-diam memperhatikan Rafael yang sedang duduk di depan kelas IX-G, bersama temannya Rai. Tak sadar aku terus memperhatikannya dan lama-lama aku tersenyum ketika melihat wajah Rafael yang tampan. Ternyata karena terlalu lama memperhatikan Rafael, Rena jadi curiga.

"Ida, kenapa sih dari tadi kamu senyum-senyum sendiri aja?" tanya Rena. Aku mendengar apa yang Rena katakan, tapi karena aku terlalu serius memperhatikan Rafael, aku sampai mengabaikan Rena.

"Ya ampun... Kak Rafael ganteng banget. Eh, tapi kenapa baru sekarang aku ngerasain perasaan kayak gini? Padahalkan udah hampir dua tahun aku kenal Kak Rafael," kataku berbicara dalam hati.

"Hey! Ida! Kamu kenapa sih senyum-senyum sendiri aja? Nanti disangka orang gila, mau?" tanya Rena.

"Sembarangan! Aku masih waras kali," kataku kesal.

"Ya terus, kenapa kamu senyum-senyum sendiri aja?" tanya Rena.

"Enggak kok," jawabku pura-pura.

"Bohong, kamu pasti lagi merhatiin si Bule sunda alay kan?" tanya Rena.

"Ah, enggak kok," jawabku masih berpura-pura.

"Hmm... Kamu suka ya  sama si Bule sunda alay?" tanya Rena. Kini ia menatapku penuh selidik. Sekarang aku tidak tahu bagaimana warna mukaku.

"Si, siapa?" tanyaku. Pura-pura tidak tahu bule sunda alay itu siapa.

"Masa kamu gak tau sih, bule sunda alay itu siapa? Emang yang biasa aku panggil bule sunda alay siapa lagi, kalo bukan Rafael?" tanya Rena dengan nada kesal.

"Ngg...," aku bingung mau menjawab apa.

"Nah, sekarang ngaku, kamu suka kan sama Rafael? Aku tau, dari tadi kamu merhatiin Rafael kan?" tanya Rena dengan suara macam toa mesjid. Sampai-sampai membuat orang-orang di sekeliling aku dan Rena memperhatikan.

"Rain... Jangan keras-keras dong ngomongnya... Nanti yang lain pada denger...," kataku, sambil memperhatikan orang-orang di sekelilingku. Mereka tampak penasaran dengan yang Rena katakan.

"Nah! Ketauankan!" kata Rena.

"K, k, ketauan? A, apa maksud kamu sih? Aku gak ngerti," tanyaku tebata-bata.

"Kamu suka sama Rafael," jawab Rena. Mungkin kini wajahku lebih mirip kepiting rebus, merah....

"Hahahaha...," Rena tertawa terbahak-bahak.

"K, kamu kenapa tertawa?" tanyaku sedikit terbata-bata.

"Muka kamu merah... Hahaha...," jawab Rena masih diselingi dengan tawa.

"I, iya deh aku ngaku! Aku suka sama Kak Rafael," kataku. Akhirnya aku mengaku juga.

"Hahaha...," Rena kembali tertawa.

"Nah! Sekarang giliran kamu! Kamu sekarang lagi suka sama siapa?" tanyaku memotong tawa Rena.

"Aku gak suka sama siapa-siapa kok," jawab Rena. Ia terlihat tenang.

"Bohong! Kamu pasti punya perasaan kan sama Kak Vito atau kalau bukan Kak Vito pasti Kak Dion?" tanyaku menebak.

"Hah? Aku? Suka? Sama si Vito? Cowok nyebelin kayak dia, aku suka? Ih... enggak banget," kata Rena, kalimat terakhirnya bernada jijik.

Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang