CHAPTER 15

600 82 59
                                    

honestly,  saya grogi bgt untuk update chapter ini. Tapi, ya udah capek capek nulis masa nggak di upload? hope you like it, guys :)

--

"Nanti malem nginep di rumah gue yuk, San." Anneke berkata dengan nada ceria seperti biasa. Kedua tangannya bertautan, kemudian merentang ke udara tinggi-tinggi. Lama tidak melakukan olahraga membuat tubuhnya serasa remuk meski hanya dibuat lari pagi ringan.

"Nyokap gue baru balik dari Malang, percaya deh pasti bawa oleh-oleh banyak. Nanti kita nyemil sampe tengah malem. Besok lo kuliah sorekan?"

Anneke menurunkan tangannya, menoleh ke kanan begitu jawaban Sandra yang ditunggunya tidak kunjung terdengar.

"Mulai deh, ngelamun terus. Reno lagi?" tebak Anneke tepat sasaran. "Udah deh, biar besok gue samperin itu anak, gue kasih tau semuanya. Gerah gue liat lo kayak begini terus."

Sandra menatap Anneke sambil menggeleng. "Kita tunggu Farid sebentar ya."

Anneke mengangguk pasrah, kemudian ikut berselonjor kaki di samping Sandra. Tidak lama, yang ditunggu pun datang. Dengan mata loyo khas orang bangun tidur, Farid berjalan ke arah mereka.

Cowok itu berjongkok di samping Sandra. "Tega ya Kak, lo nyuruh gue bangun subuh begini."

Anneke menyambit lengan Farid dengan handuk kecil yang tadi digunakannya untuk mengelap keringat. "Subuh kata lo? Udah mau jam tujuh kale."

"Ya tapi ini kan Minggu, matahari baru terbit jam 12."

Farid dan Anneke mulai berdebat tak penting. Saling menyalahkan satu sama lain.

"Udah." Sandra melerai, pelan, lembut, namun tegas. "Gue butuh ngomong sama lo Rid."

Farid berdehem. "Berdua?"

"Gue nggak mau pergi."

Anneke yang dikenal Sandra selama ini adalah dia yang menghargai privasi orang lain. Yang akan dengan suka rela menyingkir ketika orang lain membutuhkan privasi. Tapi kali menjadi pengecualian dan Sandra berusaha memaklumi.

"It's okay." Sandra memandang Farid. "Tell me the truth. Ada cewek lain, Rid?"

Farid kontan salah tingkah. Dari sekian banyak kemungkinan pertanyaan yang harusnya bisa disampaikan, Farid sama sekali tidak menyangka Sandra akan bertanya yang itu.

"Kakak tau darimana?" Farid balik bertanya. Jurus andalan ketika ia bingung menjawab sebuah pertanyaan.

Sandra tidak mungkin bercerita. Tidak bisa bercerita tanpa menumpahkan air mata lebih banyak lagi. Ia cukup tahu bahwa menceritakan apa yang terjadi kemarin sore akan membuatnya tambah sakit hati.

"Jawab aja," Sandra menarik nafas dalam-dalam, berharap sesak yang menghimpit dadanya akan ikut keluar ketika nafasnya menghembus. "siapa Gita?"

Farid ingin berbohong. Memenangkan hati Sandra karena tidak tega. Tapi kemudian ia sadar, bahwa Sandra berhak tahu yang sebenarnya.

"Gita adik kelas kami Kak," Farid berhenti untuk sekedar menatap mata Sandra, mencari sesuatu yang mungkin memancar dari sana. Mencari tahu apa seharusnya ia berhenti atau tidak. Namun yang ia dapat hanyalah kekosongan, hampa. "tekhnisnya dia bikin Reno tertarik, dan mungkin juga sebaliknya."

"Sudah sejauh apa?" tanya Sandra datar, tapi suaranya bergetar.

"Baru sekedar pulang bareng sih, tapi gue jamin mereka belum pacaran."

Sandra merasakan sebuah tangan melingkari bahunya. Anneke.

"Ke, gue mohon kali ini aja, jangan omelin gue."

Remember Me |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang