Bab 14

927 55 5
                                    

Dina, Koji dan Sebastian sudah hampir sampai di rumah itu. Sampai sekarang belum ada werewolf yang menghadang mereka.

"Kita hampir sampai," kata Koji yang semakin mencengkram kuat gagang pedang nya.

"Tunggu," kata Sebastian tiba tiba. Koji dan Dina berhenti setelah mendengar itu.

"Ada apa?" Tanya Dina.

"Ryota tidak ada disini," kata Sebastian yang membuat Koji dan Dina bingung.

"Tidak ada? Kata mu dia ada disini," kata Koji meninggikan suara.

"Koji.... pelankan suara mu," kata Dina mengingatkan.

"Beberapa menit yang lalu dia memang disini," kata Sebastian sambil mencium bau Ryota diudara.

"Lalu dimana dia?" Tanya Koji lagi namun kali ini dia berteriak dan mengundang lima werewolf datang ketempat mereka.

"Oh Koji yang pintar terimakasih telah mengundang mereka," kata Dina kesal. Sedangkan Sebastian mendengus kesal karena kebodohan Koji.

Kini mereka terkepung. Mereka saling berdiri memunggungi satu sama lain dan memerhatikan werewolf yang mengelilingi mereka.

"Baiklah kita serang yang ada didepan kita saja," kata Koji dan diangguki oleh Sebastian dan Dina.

Dina dan Koji mulai mengangkat pedang mereka dan menghunuskan pedang yang terbuat perak itu pada werewolf yang berada dihadapan masing masing, sedangkan Sebastian menatap werewolf yang ada didepannya dengan tajam.

Sebastian bergerak secepat angin dan langsung mencakar bagian dada hewan yabg dianggapnya menjijikan itu.

****
Semenjak mereka melewati gerbang tadi, Ryota dan Rydia berpisah dengan Mr. Agame dan Seoirse.

Ryota POV

Aku terus berjalan bersama Rydia memasuki dunia bawah ini. Rasanya sangat tidak nyaman berada disini, hawanya terlalu suram dan mencekam.

Kami terus berjalan menyusuri jalanan tempat ini yang mirip dengan pedesaan. Rumah rumah berjajar disepanjang jalan yang aku lalui dan setiap kali aku melewati rumah rumah pasti beberapa orang yang kuyakini bukan manusia itu, memerhatikan ku dengan tatapan lapar dan tajam.

Aku bergidik setiap kali mereka menatap ku seperti itu. Rydia terus berjalan disamping ku dan menuntun jalan kami menuju tempat yang dituju. Tak lama kami berhenti didepan sebuah rumah yang lumayan menyeramkan.

Mungkin menurutku ini sangat menyeramkan dan sudah tak aman untuk ditempati, jika dilihat dari dinding dan genting yang sudah retak ada ada yang bolong.

****

Normal POV

"Kita sudah sampai, ayo!" Kata Rydia yang berjalan lebih dulu dan masuk kedalam rumah reot itu.

Ryota yang merasa banyak tatapan lapar yang ditunjukkan pada dirinya, langsung berlari mengikuti Rydia masuk kedalam rumah itu.

Ternyata luar dan dalam rumah reyot ini sangat berbeda 180 derajat. Ryota dibuat kagum dengan interior rumah ini yang bisa dibilang mewah.

Wah bangus banget, walaupun aura suram masih mendominan tapi ini masih lebih baih dari pada diluar, batin Ryota. Karena terlalu mengagumi interior rumah ini dia sampai tidak menyadari sosok Rydia yang sudah membawa sesuatu ditangannya.

"Ryota," panggil Rydia, namun Ryota masih saja belum tersadar dari rasa kagumnya.

Akhirnya Rydia memutuskan menepuk pundak Ryota agak keras.

"Ahhh... Rydia kamu bikin kaget aja, tiba tiba ngagetin," kata Ryota sambil mengelus ngelus dadanya.

"Kagum heh? Cukup dengan sikap kagum mu itu," kata Rydia sambil menyerahkan sebuah gaun pada Ryota.

"Pakai itu. Cepat!" Lanjutnya. Ryota memerhatikan gaun yang dipegangnya.

Tak lama Ryota sudah memakai gaun itu. Gaun dengan panjang sedikit dibawah lutut itu sangat pas dan cocok ditubuh Ryota.

Gaun berwarna putih dan memiliki pola garis horizontal pada bagian bawah gaun. Lengan pendek gaun ini terlihat sedikit mengembung.

"Baiklah kau disini saja dan persiapkan dirimu, aku akan pergi sebentar," kata Rydia sambil berjalan kearah pintu dan membukanya. Saat Rydia hendak pergi, gadis itu berhenti diambang pintu dan menoleh kebelakang. Menatap Ryota.

".... dan jangan keluar dari rumah ini, itu pun kalau kau mau selamat," setelahnya dia pergi dari rumah itu.

Ryota memutuskan duduk disalah satu sofa.

Lagi pula aku tidak bisa kabur dari sini, pertama penduduk disini bukan manusia dan kedua gerbang kami masuk tadi langasung tertutup, batin Ryota.

Lebih baik aku pikirkan kak Koji, Dina dan.... mungkin.... Sebastian yang sedang mencari ku, batinnya lagi.

****

Diwaktu bersamaan, Sebastian bisa merasakan Ryota menyebut namanya. Sebastian memejamkan matanya untuk mengetahui keberadaan Ryota.

Tiba tiba ada werewolf yang datang dari belakang dan hendak menyerangnya, namun dengan mudah Sebastian menghindari itu.

Bukan berarti matanya tertutup, Sebastian menjadi tak awas. Justru panca indra lainnya menjadi sangat sensitif dan lebih tajam.

Sebastian tidak memerdulikan keadaan sekitar dan terus memejamkan matanya sampai dia melihat sosok Ryota yang sedang duduk disebuah rumah.

Dapat! Batin Sebastian. Sebastian langaung menoleh kearah Koji yang sedang menebas kepala werewolf yang mereka hadapi. Tak lama werewolf itu terkulai lemas tak bernyawa.

"Koji aku menemukan Ryota, kita harus cepat sebelum dia menghilang lagi," kata Sebastian yang membuat Koji tersenyum dan terkejut.

"Kau serius? Baiklah ayo Dina," ajak Koji. Namun saat Koji hendak melangkahkan kakinya, suara Sebastian menghentikan niatannya itu.

"Tunggu, Koji ada orang yang sangat kau rindukan ada didalam rumah itu..... lebih baik kalau kita mengembalikannya kerumah mu dulu disini tidak aman," kata Sebastian panjang lebar.

Orang ku rindukan? Ja-jangan jangan.... batin Koji terkejut. Koji langsung berlari memasuki rumah itu dan menemukan sosok yang sudah dicarinya selama dua minggu ini.

"Ibuu!" Koji langsung menghampiri sosok yang dipanggil ibu olehnya. Sosok itu masih terlelap.

"Apa bibi baik baik saja?" Tanya Dina mendekati sosok itu dan Koji yang berdiri disampingnya.

"Tenang saja, dia baik baik saja mereka tidak melakukan apa pun pada ibumu Koji,"

"Sekarang kita harus mengembalikan ibu mu, Dina pakai portal mu itu dan cepat lah bawa ibu Koji kerumah nya," lanjut Koji. Dina langsung mengangguk dan membuat segel portal diudara dan berusaha membawa ibu Koji dengan tubuh kecilnya.

"A-aku pergi dulu," kata Dina sambil menahan berat tubuh ibu Koji yang dipanggilnya bibi itu.

Portal tadi tertutup dan tinggal lah Sebastian dan Koji.

"Lalu.... bagaimana dengan kita? Apa yang akan kita lakukan," tanya Koji.

"Ayo kita ketempat Ryota," kata Sebastian.

Koji mengangguk, "tunjukan jalannya,"

Sebastian tersenyum dan menatap Koji mantap, "perhatikan langkah mu dan jangan jauh jauh dari pedang perak mu itu akan membantu. Bersiaplah kita akan menerjang lautan hewan menjijikan itu,"

Koji mengangguk mantap dan mengencangkan pengait pedang yang terlerak dipinggangnya.

Ryota tunggu kami!

****
To Be Continue

Haiii..... ada yang masih nunggu kelanjutan cerita ini?

Untuk yang udah nunggu nih aku lanjutin, maaf semua lama update nya.

My Special VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang