Bab 11

971 54 0
                                    


Ryota berjalan menuju atap sekolah. Dia ingin memikirkan tawaran Rydia.

Untung saja atap sekolah hari ini sepi, Ryota berjalan kearah tepi banguan. Melihat pandangan dibawahnya melalui kawat pembatas.

Ryota yang sibuk dengan pikiran nya diganggu oleh suara seseorang.

"Bagaimana Ryota? Apa pilihanmu?" Tanya sosok yang ada dibelakang Ryota itu. Ryota membalikan badannya berhadapan dengan sosok itu.

Terlihat Rydia dan Seoirse berdiri beberapa meter dari Ryota.

"Bagaimana Ryo? Serahkan kekuatan itu atau aku akan memakan ibumu," tanya Seoirse sambil memberikan tatapan tajam pada Ryota.

"Besok adalah hari terakhir, kalau sampai tengah malam kau belum menyerahkan dirimu kami tidak akan segan segan pada ibu mu," ancam Rydia.

Angin berhembus membawa debu dan beberapa daun yang entah datang dari mana.

Tiba tiba sosok Sebastian muncul didepan Ryota. Ryota terkejut.

"Aku merasa tidak pernah mengajak mu kesini, tapi tidak apa lah," kata Rydia. Sebastian masih mengawasi Rydia dan Seoirse.

"Tenanglah Sebastian kami tidak akan menyerang kalian selama masih diarea sekolah," kata Seoirse sinis.

"Sudah lah Seo mereka hanya diam. Ini membosankan," kata Rydia. Sesaat mereka menatap Ryota.

"Kami tunggu kehadiran mu," setelah berkata seperti itu Rydia dan Seoirse pergi dari atap.

Tinggal lah Sebastian dan Ryota. Sebastian membalikkan badannya sehingga menjadi berhadapan dengan gadis yang menarik perhatiannya nya.

"Ryota kamu tidak apa apa?" Tanya Sebastian khawatir. Entah kenapa Ryota tidak merasa takut saat jarak nya dengan Sebastian bisa di bilang dekat.

"Aku baik baik saja," kata Ryota tersenyum. Tanpa Ryota sangka, tiba tiba Sebastian memeluknya.
Pelukannya hangat walaupun kulitnya dingin. Batin Ryota. Sadar atau tidak Ryota memejamkan matanya saat didalam pelukan Sebastian.

Sebastian pun memeluk Ryota dengan erat dan memejamkan matanya. Beberapa menit mereka berpelukan.

Tiba tiba Sebastian melepaskan Ryota dan melangkah mundur.

"Maaf aku tidak sopan," kata Sebastian menyesal. Saat ini pendengaran Sebastian yang tajam dapat mendengar dekat jantung Ryota yang berdetak lebih cepat.

"Tidak apa apa. Aku juga minta maaf," kata Ryota yang masih menetralkan detak jantungnya.

Pintu menuju atap terbuka dan dengan cepat sosok Sebastian menghilang bagaikan angin.

"Ryota maaf lama.... tadi sangat ramai," kata Dina sampai menghampiri Ryota. Ryota mengangguk.

"Tidak apa apa, kamu beli apa saja?" Tanya Ryota. Dina memperlihatkan roti dan sebotol jus.

Mereka pun menghabiskan sisa istirahat diatap sekolah.

****

Sebastian POV

Apa yang kulakukan? Aku memeluknya? Aku terus memikirkan kejadian diatap tadi.

Angin siang menerpa ku. Atap sebuah bangunan kujadikan tempat untuk berfikir. Aku ingin menjauh dari Meiji dan Calypso untuk sementara waktu, mungkin ini mustahil. Mengingat penciuman Calypso yang tajam.

Rasanya nyaman sekali, apa mungkin Ryota adalah mate ku. Pasangan yang akan menemaniku selamanya? Tapi..... tidak mungkin aku mendapatkan mate dari seorang manusia.

Tapi.... huh....
Aku ingin melindunginya terus, walaupun aku harus menjadi penghianat sekalipun. Maaf Meiji, Calypso, aku tidak bisa menjalankan tugas yang kalian berikan.

Aku menatap pemandangan kota dibawah. Ramai dan padat. Kurasakan ada seseorang yang datang ketempat ini. Ku balikkan badan ku menghadap mereka.

****

Sebastian membalikkan badannya menghadap Meiji dan Calypso.

"Kenapa kalian kesini?" Tanya Sebastian.

"Kami mencari mu, besok para anjing itu akan memulai ritualnya," kata Meiji.

Sebastian hanya menjawabnya dengan gumaman.

"Apa kau ragu Sebastian?" Tanya Calypso. Sebastian menunduk.

"Apa kau tak sanggup menjalankan tugas ini?" Tanya Calypso lagi. Sebastian mengangkat kepalanya lalu menatap Calypso dan Meiji bergantian.

"Ya, aku tidak bisa menjalankan tugas yang kalian berikan," kata Sebastian mantap. Calypso dan Meiji tampak terkejut.

"Aku kan melindungi gadis itu dengan cara apapun... walaupun aku harus menjadi penghianat," lanjut Sebastian.

"Apa kau yakin?" Tanya Meiji.

"Bukankah kau bisa membaca pikiranku?" Tanya Sebastian.

"Aku tidak mau membaca pikiran mu, aku ingin kau saja yang memberitahu kepada kami," kata Meiji.

"Jadi itu pilihanmu? Melindungi gadis itu dan menghianati kaum mu sendiri?" Tanya Calypso. Sebastian mengangguk.

"Ya. Maaf kan aku," setelah berkata begitu, Sebastian menghilang seperti angin.

****
To Be Continue

My Special VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang