Ryota POV
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya aku sampai di sebuah hutan yang lumayan lebat.
"Ayo," ajak Seoirse.
Kami berjalan lebih masuk ke dalam hutan dengan Mr. Agame dan Rydia yang memimpin jalan, Seoirse berjaga di paling belakang sedangkan aku berada di tengah.
Aku memerhatikan sekelilingku. Banyak pepohonan tinggi dan menurutku hutan ini sangat lah seram. Entah ada hewan buas apa saja dalam hutan ini.
Kami terus berjalan sampai Mr. Agame menghentikan langkahnya.
"Kalian tunggu lah di sini," katanya. Mr. Agame berjalan kedepan, agak jauh tapi aku masih bisa melihat Mr. Agame sedang berdiri berhadapan dengan dua ekor hewan besar. Aku tidak tahu hewan apa itu. Ku lihat Mr. Agame memberikan kode agar kami kembali berjalan dan mengikuti langkahnya. Saat melewati dua hewan besar itu, aku bisa melihat dengan jelas hewan apa kah itu. Mereka berbentuk seperti serigala namun sangat seram dan besar.
Aku takut dan gemetar sampai tak sadar aku berlindung di belakang Seoirse.
"Hei tenang lah mereka tidak akan menyerangmu, Mr. Agame memiliki tingkatan yang lebih tinggi. Asalkan kau dekat dekat dengan kami kau akan aman," kata Seoirse di iringi senyum.
Aku tidak memerdulikan perkataannya, tetap bersembunyi didekat Seoirse. Setelah kami melewati para serigala tadi, kami berhenti didepan sebuah rumah kecil.
Aku baru tahu kalau werewolf tinggal dirumah juga.
"Ryota masuk lah," kata Mr. Agame.
Aku agak ragu, bisa saja jika aku masuk aku akan bertemu dengan werewolf lain. Atau aku bisa saja di kunci dalam rumah ini dan mati dengan menyedihkan.
Ah tidak... tidak...tidak! Aku menggelengkan kepala ku cepat.
"Ryota kalau kau ingin mencopot kepala mu dengan cara itu, sia sia saja. Lebih baik aku saja yang mencopotnya dengan senang hati," kata Seoirse dengan seringai. Aku berhenti menggelengkam kepala dan bergidik ngeri melihat seringai dan mendengar perkataannya."Seoirse cukup, Ryota masuk lah kami akan menunggu disini dan memberikan waktu beberapa menit untuk mu," ucap Mr. Agame.
Aku masih ragu antara masuk atau tidak, tapi aku juga penasaran dengan maksud dari perkataan Mr. Agame. Mereka akan menunggu diluar srmentara aku masuk dan aku di beri beberapa menit. Tapi untuk apa?!
Aku menimbang nimbang lagi, hingga aku memutuskan masuk kedalam rumah itu. Tangan ku mulai memegang pengangan pintu dan mendorongnya perlahan.
****
"Ryotaaa...." suara Dina yang meneriakkan nama sahabatnya itu terdengar dari lima belas menit yang lalu."Kemana sih Ryota, apa dia pulang duluan?" Tanya Dina pada dirinya sendiri. Lalu dia mengambil ponsel nya dan menghubungi seseorang.
"Halo, Kak. Ryota bersama kakak tidak?" Tanya Dina.
"Tidak, bukankah dia bersama mu?" Tanya Koji dari seberang telpon.
"Tadi iya sekarang aku tidak tahu Ryota ada dimana,"
"Kau yakin? Kalau begitu aku akan ketempat my saja,"
"Tidak usah kak, aku saja. Kak ada dimana sekarang?"
"Halaman belakang sekolah,"
Dina pun mematikan sambungan dan membuat portal lingkaran dan masuk ke dalam nya.
****
"Kak," kata Dina sambil menepuk pundak Koji."Din cepat sekali kau datang,"
Dina hanya terkekeh dan melihat keberadaan Sebastian.
"Kalian habis berkelahi?" Tanya Dina.
"Tidak ada perkelahian sampai membuat banyak lubang di tanah," kata Koji sambil terkekeh.
"Jadi dimana Ryota? Kalian pasti sudah menangkapnya kan?" Tanya Koji. Dina terkejut mendengarnya.
"Benarkah itu? Atau hanya dugaan mu saja Kak?"
"Dugaan ku,"
"Percayalah aku sudah tidak ada sangkut pautnya dengan Vampire aku malah akan melindungi Ryota," kata Sebastian tenang.
"Bohong... dimana adik ku?!" Tanya Koji sambil melemparkan segel pada Sebastian. Dengan mudahnya Sebastian mengelak.
"Percayalah, kita bisa pergi kesana bersama sama dab menyelamatkan Ryota. Aku tqhu dia ada dimana," kata Sebastian tenang. Koji terlihat akan menyerang lagi, tapi ditahan oleh Dina.
"Kak sepertinya dia jujur, lebih baik kita percaya saja pada Sebastian dan segera menyelamatkan Ryota,"
"Baiklah katakan dimana Ryota," kata Koji tak sabar.
"Dia ada di hutan werewolf, ibu mu juga ada disana,"
"Kalau begitu aku akan meng-" perkataan Koji langsung di potong oleh Dina.
"Kak aku saja yabg mengambil peralatan kalian tunggulah disini aku akan segera kembali," kata Dina sambil membuat segel lingkaran yang merupakan portal itu dan masuk kedalam nya.
****
Ryota membuka pintu rumah itu dan matanya langsung membulat saat melihat sosok yang selama ini lama tak dijumpainya.
"Ibuu," kata Ryota sambil berlari masuk kedalam rumah dan menghampiri ibunya yang sedang tertidur.
"Ibu ibu bangun lah," kata Ryota sambil sedikit mengguncangkan pundak ibunya. Tapi ibunya masih saja belum bangun.
Ryota keluar lagi dan menghadap Mr. Agame.
"Cepat sekali," kata Rydia yang tidak ditanggapi oleh Ryota.
"Kau apa kan ibu ku?! Kenapa dia tidak bangun?" Tanya Ryota sambil berteriak.
"Tenanglah dia hanya beristirahat sebentar dan sebentar lagi juga dia akan terbangun. Kau jangan khawatir kami merawatnya dengan baik selama ini," kata Mr. Agame tenang. Ryota berangsut angsur tenang dan kembali masuk kedalam rumah itu.
Ryota memerhatikan ibunya yang masih tertidur itu. Badannya tidak luka luka, wajahnya pun tidak kurus. Ryota bersyukur kalau kondisi ibu nya baik baik saja.
"Apa kau sudah selesai? Kita akan pergi dari sini untuk persiapan ritualnya," kata Rydia. Ryota memerhatikan ubunya lagi dan keluar dari rumah itu.
"Ayo kita pergi.... tapi kalian akan melepaskan nya kan?" Pertanyaan Ryota hanya dijawab dengan anggukan dari Mr. Agame.
"Ayo," mereka pun kembali berjalan dan menjauhi rumah itu.
****
"Ini kan rumah yang waktu itu kita awasi," kata Dina saat melihat tempat yang mereka tuju. Koji mengangguk."Kau benar, apa kau yakin Sebastian?" Sebastian menjawab dengan anggukan.
"Mereka ada disini, ayo kita bergerak," kata Sebastian yakin.
Mereka pun mulai mendekati rumah itu. Dina dan Koji menyiapkan pedang mereka sementara Sebastian hanya mengendap endap saja dan bersiaga.
****
Sementara Ryota sudah sampai ditempat tujuannya, sebuah goa batu yang cukup gelap dan menakutkan.
Mr. Agame memimpin jalan. Dia mengambil sebuah obor yang ada dipintu masuk goa itu. Sebenarnya indra pengelihatan mereka bisa melihat dalam gelap, tapi Ryota yang hanya manusia tentu saja tidak.
Dia beberapa kali tersabdung dan terjatuh. Mereka berjalan terus sampai mencapai ujung goa.
"Jalan buntu," kata Ryota.
"Ini bukan jalan buntu tapi pintu masuk," kata Rydia dibarengi oleh senyum misteriusnya.
Pintu masuk? Apa maksudnya? Batin Ryota bingung.
Rydia melangkah mendekati dinding goa tadi dan merentangkan tangannya. Taklama tangan Rydia berubah seperti kaki serigala dan keluarlah bulu bilu dan cakar.
Rydia menggoreskan ujung kukunya pada dinding tadi. Ryota tak tahu karena apa dinding goa itu dapat terbuka dan memerlihatkan tempat yabg sangat seram dan juga suram.
"Selamat datang di dunia bawah,"
****
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Vampire
VampireDidunia ini kaum manusia membentuk organisasi untuk melawan musuh alami manusia, yaitu kaum vampire. Didunia pun terdapat kekuatan yang akan mengubah kehidupan seorang gadis biasa. "Selamat pagi, Ryota" "Pagi..." ****