Bab 22

717 41 0
                                    


BUUMM!

Seketita tanah yang mereka pijak retak dan hacur. Seperti habis dihantam bom. Beruntung mereka berhasil lari disaat saat terakhir.

"Hampir saja," kata Dina.

"Kekuatan yang luar biasa," Calypso menambahkan.

"Kemarilah, kenapa kalian melarikan diri hah? Hahaha," kata Aquila.

Dia pun turun ketanah. Kemudian di mengeluarkan sebuah tombak perak secara ajaib.

"Well sepertinya aku juga harus turun tangan," kata Dina mengeluarkan rantai sihirnya.

Koji mengeluarkan pedangnya dari sarung pembungkusnya. Diapun bersiap siap untuk menyerang.

"Hei Sebastian bantu aku membunuh mahluk ini,"

"Tanpa kau minta pun aku juga akan membantu," jawab Sebastian.

"Meiji jagalah Ryota. Yabg ini serahkan kepada kami," kata Calypso.

"Baiklah mari mulai," kata Sebastian dan Koji bersamaan. Mereka pun berlari kearah Aquila yang sudah menunggu dengan tombak peraknya.

Aquila mengepakkan sayaonya dan datang dengan kecepatan tinggi ke arah Koji.

TRIING! Bunyi benturan kedua senjata terdengar. Sebastian menyerang dari samping namun langsung dapat dihindari oleh Aquila.

"Hahaha.... ayolah lebih semangat lagi. Aku tidak merasakan samangat kalian," ejek Aquila.

Koji menebaskan pedangnya kepada Aquila namun ditahan olehnya. Bersamaan dengan itu, Sebastian juga memberikan serangan dari arah samping.

Namun tangannya segera dipegang oleh Aquila. Mereka pun sama tidak bisa memberikan serangan.

Aquila tersenyum sadis dan membenturkan Koji dan Sebastian satu sama lain dan melempar mereka. Jauh hingga menabrak beberapa pilar bangunan disekitar mereka. Setelahnya dia tertawa kencang.

"Itu pasti sakit sekali," kata Meiji yang meliahat mereka dari jauh.
"Hei jangan senang dulu, lawanmu bukan hanya mereka!" Kata Dina yang segera melemparkan lingkaran sihirnya.

Aquila menghunuskan tombaknya, sekatika linglaran sihir itu hancur semua hanya dengan satu serangan. Dina tersenyum. Dan mengangkat tangannya ke atas.

"Bagus sekali," puji Calypso.

Dari belakang Aquila muncul lingkaran segel yang lumayan besar dan langsung menghampiri Aquila. Namun sekali lagi dia dapat mengelak. Dia terbang dengan cepat.

"Pintar juga, tapi masih lamban," Aquila menunjuk Dina, Calypso dan lainnya. Detik berikutnya, panah panah kecil melesat kearah mereka dalam jumlah yang banyak.

****

Sementara itu, Koji dan Sebatian baru berdiri dan keluar dari reruntuhan yang menimpa mereka. Dari jauh terdengar bunyi debuman yang lumayan keras.

"Ryota?!" Koji panik. Dia takut adiknya terkena apa pun itu.

"Sebastian ayo kita kesana," Koji tampak memerkatikan asal suara tadi. Dan benar saja, terlihat Calypso dan Dina yang sedang bertarung dan tentu saja debu debu banyak mengelilingi mereka, mengaburkan pandangan.

****

Calypso terus melesat dengan kencang dan memberikan serangan bertubi tubi. Namun hanya beberapa saja dari serangannya yang mengenai Aquila.

"Aaakh! Menyebalkan sekali. Matilah kau!" Teriak Calypso geram. Dia menusukkan kuku kuku nya yang tajam pada badan Aquila tapi tidak ada yabg kena.

"Wah orang itu hebat bisa membuat Calypso jadi mengatakan itu," komentar Meiji yang melihat pertarungan itu.

"Meiji aku akan masuk ke dalam segel ku, aku titip Ryota ya," setelah nya Dina menghilang.

"Aku bosan hanya duduk disini. Aku juga mau ikut bertarung," keluh Meiji.

'Aku pun juga. Tidak mungkin aku hanya duduk duduk disini saja. Semua karena kekuatan itu, kekuatan yang sekarang ada di.... kalung itu!' Batin Ryota.

"Mungkin kita harus melepaskan kalung itu dan memusnahkannnya. Hal ini diawali dengan kalung itu kan? Kalung yang berisi kekuatan ku. Awalnya. Dan untuk mengakhirinya juga pasti dengan kalung itu," jelas Ryota.

"Mungkin benar. Baiklah kalau begitu akan aku beritahu Calypso.

'Calypso, apa kau bisa mendengarku?'

'Ada apa Mei, aku sedang sibuk. Cepatlah,'

'Begini, akan ku jelaskan secara singkat. Kau harus mengambil kaluang itu dari nya. Kemudia musnahkan kalung itu. Kemungkinan besar itu satu satunya cara untuk mengalahkan Aquarium apa lah itu'

'Tidak mungkin. Itu sangat sulit, tapi akan ku coba. Terimakasih,'

"Sudah ku sampaikan, kita tinggal menunggunya saja," kata Meiji.

Tiba tiba Koji dan Sebastian datang sambil memberikan serangan. Koji melompat dan menghunuskan pedangnya kearah kepala Aquila. Aquila pun menahannya dengan tombak peraknya.

Sebastian menusukkan kuku kukunya pada perut samping Aquila dan membuat luka yang cukup besar. Darah nya menyembur dan luka nya terbuka lebar.

Calypso tidak menyia nyiakan kesempatan ini, dia pun melesat dengan cepat berusaha merebut kalung yang terpasang di leher Aquila.

Tapi Aquila telah melihat pergerakan Calypso dan menyerangnya dengan panah tajam dan kecil dalam jumlah banyak.

TRING. TRING.
Panah tadi langsung ditangkis oleh Dina yang keluar dari segel nya dengan tiba tiba.

Dina menghilang lagi dan Calypso tetap melanjutkan rencanannya. Dina muncul lagi dibelakang Aquila dengan belati sudah menempel di kulit Aquila yang jika ditekan sedikit bisa melukai kulit itu.

"Dapat!" Calypso berkata senang saat kalung itu sudah dia pegang. Namun belum sempat dia melepaskan kaluang itu, tangannya terasa panas dan terbakar.

Serentak, mereka langsung mundur. Dan melihat keadaan tangan Calypso yang merah dan melepuh.

"Sepertinya kalung itu tidak bisa dipegang oleh sembarang orang," komentar Meiji.

"Jadi bagaimana? Kita harus merebutnya tapi tanpa menyentuhnya. Sungguh merepotkan," Kata Koji.

"Lihat. Lukanya dan badannya kembali seperti semula. Tidak ada luka sama sekali," kata Ryota.

"Benar, luka yang kubuat saja sudah menghilang. Kemampuan regenerasi yang luar biasa," kata Sebastian.

Ryota tampak diam. Dia sedang memikirkan caranya merebut kalung itu.

"Bagaimana kalau aku saja yang merebut kalung itu," kata Ryota membuat Dina, Koji dan lainnya memandang Ryota.

****

To Be Continue

Halooo.... kembali lagi dengan saya. Maaf kalau banyak typonya dan kalau ceritanya kurang memuaskan.

Vote dan commentnya ditunggu.
: >

My Special VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang