Kebesokkan harinya, gue menjalankan hari seperti biasanya hanya saja perasaan gue ini sedikit berbeda karena perdebatan hebat yang gue alami sama kakak gue itu. Bukan maksudnya gue ngerasa bersalah karna udah mengalahkan kakak gue yang satu itu, maksudnya gue seneng banget akhirnya Ellie mundur satu langkah dari gue.
"Ella, lo sehatkan?" tanya Khloe sambil mengayunkan tangannya didepan gue. Gue mengedipkan mata, dan menurunkan lambangan tangan Khloe.
"Apasih? Lebay tau, ga?" ujar gue. "Abis senyum-senyum sendiri," katanya.
"Ya, lah. Kan gue menang buat dapetin ni syal.." ujar gue sambil mamerin syal yang baru gue beli kemaren.
"Iya, iya, paham yang udah dapet."
"Dih? Kok lu sensi? Pengen ya?" Gue usil mamerin syal gue ke Khloe. Khloe makin panas. Lalu mengibas tangan gue dengan kasar.
"Ish!" Pekiknya terus langsung ninggalin gue. Lah?
"E! E, jangan baper napa! E!" Gue berusaha ngejar sang sahabat yang sedang baper tapi ngga kesampaian. Gue males lari-larian sepanjang koridor cuman buat ngejar Khloe doang. Mending gue masuk ke kelas.
15 menit berlalu. Guru materi belajar gue udah masuk sejak tadi. Biasa lah, typical guru killer. Terus nanti kalo ada orang yang telat meskipun cuman satu menit, gak bakalan dikasih masuk sama guru itu. Gila emang.
Seperti biasa, gue duduk di pojokan belakang sambil makan permen karet, ponsel disebelah tempat pensil berada.
Guru itu berdiri dan berbicara, "Apa kalian ingat hari apa ini?" Semua siswa-siswi mengingat-ingat dan menjawab, "Selasa, bu." Gue mengangguk-angguk sendiri.
Guru itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukannya emang bener? Hari ini kan hari kedua gue masuk ke kelas 11.
"Hari ini adalah hari interview jika kalian lupa," semua orang bersuara mengeluh karena ini baru hari ke-dua dan sudah diberi tugas yang bisa dibilang berat.
"Kok hari ini, bu? Bukannya kalau tugas interview adalah tugas terakhir?" Celutuk ketua kelas.
"Memang benar. Tapi guru-guru sepakat untuk memberikan murid-murid angkatan ini dan selanjutnya agar diberikan waktu sebanyak-banyaknya mungkin karena ini adalah tugas paling penting. Tugas ini akan menentukan apa kalian akan naik ke kelas selanjutnya atau tidak." Guru itu menjelaskan dengan detail dan penuh penekanan.
Author POV
Ella memutarkan bola matanya mendengar ocehan dari guru itu. Kenapa coba segala di cepetin? Semua orang baru selesai liburan mas audah dikasih tugas segeprok? Duh.
"Kali ini juga, akan berbeda. Semua kelas akan menjadi satu agar lebih adil. Jika kalian ingin mengetahui siapa yang kalian akan interview, kalian bisa ke Bu Waltson. Dia akan menanggung semua tugas ini." Jelasnya lagi.
Ella sebenarnya tidak terlalu senang dengan tugas mendadak di majukan seperti ini. Karena Ella sebenarnya sudah membuat beberapa rencana agar dia bisa mendapatkan George yang menjadi pasangan tugasnya kali ini. Tapi sepertinya gagal.
Bel istirahat berbunyi. Semua murid mulai berhamburan keluar. Ella dengan malas jalan keluar dari kelas. Di pertengahan koridor, Khloe menghampirinya dan merangkulnya.
"Udah denger news-nya?" Tanya Khloe. Ella mengangguk. Mood dia sangat menurun.
"Mudah-mudahan gue dapet yang ganteng," ucap Khloe lagi. Ella hanya memutarkan matanya.
Lalu Ella kembali bersemangat karena mau tidak mau dia harus terus positive siapa tau dia dapet George, si cogan di sekokah ini.
Semua orang tau peraturannya. Mereka semua angkatan Ella yang ke-29 ini harus mengantri panjang di depan kantornya untuk mengetahui nama pasangan mereka yang harus mereka interview.
Gadis-gadis sudah berdiri dengan semangat di depan kantor bu Waltson untuk mengambil sekertas tang berisi nama. Sama seperti Ella, mereka semua ingin mendapat pasangan interview yang cogan.
Ella dan Khloe pun ikut mengantri di depan kantor bu Waltson. Antrian semakin panjang dari menit-kemenit. Terutama yang perempuan, mereka semua intusias agar pasangan yang mereka inginkan tidak diambil oleh yang lain. Dan percayalah, Ella juga merasakan hal yang sama. Dia sangat takut kalau tau-taunya pasangan yang dia inginkan si George diambil oleh gadis lain.
Saat giliran Khloe dan Ella. Mereka sudah mengesepakati kalau saat tugas interview, mereka akan mengambil nama dari kertas yang tertutup dan membukanya dengan berbarengan.
"Okay, siap? Satu, dua.." Ella membuka matanya yang tadi dia tutup agar memohon keberuntungan untuknya. Khloe sudah membuka kertasnya saat Ella juga membukanya.
"YAS!" Khloe berteriak yang membuat Ella terkejut. Lalu dia mencuri semua perhatian semua orang yang ada di koridor sekolah. Wajah Khloe sangat senang, seperti orang paling senang dari orang yang paling senang.
Ella membaca nama di kertasnya. It's not George. Mood Ella semakin-makin buruk. Mendengar teriakan senang Khloe tambah moodnya menurun. Dia sudah mengetahui kalau Khloe mendapat George dan Ella mendapat Lucas, si anak tercuek, terjutek, ter-tidak peduli, ter-ter ew. Sekejap, Ella membenci Khloe. Dia membenci teman yang sudah bersamanya selama 5 tahunan.
~~~
Typo everywhere i know. comment yo klo ada kata yg kurang bener ato yang lain-lain. Vomment dibutuhkan. okay, bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Trying [H.S]
FanfictionGue terkenal di sekolah gue sebagai cewek yang manja, maunya di perhatiin, bitchy, pokoknya semua hal yang berbaur manja-manja itu gue. SMA Wijaya, itulah nama sekolah gue. Sekolah dimana gue dan dia dipertemukan. Berawal dari sebuah tugas, kemudian...