Chapter 1

646 216 342
                                    

Ella's POV

Sekali lagi, gue lihat cermin yang ada di depan gue. Gue harus bener-bener perfect kalau tidak, semua orang akan bilang "yea, itu lho si Ella yang kalah style sama Ellie, kakaknya yang selisih satu tahun itu!" Dan bla-bla-bla.

Yap, sial bukan hidup seorang Ella ini? Biar gue jelasin dulu, Ellie adalah orang yang paling gue benci di seluruh muka bumi ini. Karena umur kami hanya selisih satu tahun dan dia adalah orang yang lebih tua membuat gue semakin benci. Hampir setiap hari kita berantem. Tentang apa aja. Cowok, baju, sale di toko, sekolah, nilai, style, hampir semuanya.

Wait, itu bukan satu-satunya saudara gue. Perkenalkan Elvan Henning, kembaran gue. Sebelum kalian membenci Elvan, biar gue kasih tau kalau dia cowok. Mungkin memang namanya kayak cewek, salahkan itu kepada ibu gue yang sangat bingung menamai nama cowok. Jadi waktu gue dan Elvan lahir, ibu gue langsung muncul nama Ella, sedangkan Elvan dia butuh 2 minggu baru muncul nama itu. Ibu bilang, ibu cari nama itu di internet karena sangking bingungnya. Idiots, eh?

Mereka, dua orang yang satunya kusyukuri karena dia cowok dan bisa bela gue, yang satunya sangat gue benci karena dia adalah saingan terbesarku.

Gue menggelengkan kepala. Pikiran gue kemana-kemana pasti kalau gue lagi ngaca di cermin. Please, semua cewek pasti mengalami itu.

"Woi, Ella! Cepetan! Kalo ga, gue tinggal neh!" Teriak dibawah sana.

"Iya! Ini otw!" Balas gue dengan teriak juga. Gue ambil tas yang isinya full of make up dan beberapa buku itu. Lalu pergi ke bawah.

"Lama banget, sih! Ga ngerti apa sekolah kita beda!" Marah kembaran gue. Ish, kalo ganiat nganterin sih yaudah!

"Apa lo? Natap sok sinis!"

"Iya, iya, elah! Sabar dikit napa, ini cewek!" Elvan langsung muterin bola matanya.

"Yakin cewek? Nata rambut aja masih berantakan," ledek Ellie. Mulut gue langsung membentuk O dengan sempurna.

"Demi apa? Perasaan tadi udah rapih deh," gue langsung merapihkan rambut gue ini.

"Ella, rambut lo itu sempurna! Ellie hanya mengusik lo aja. Sudahlah, ayo!" Elvan sepertinya sudah tidak tahan dengan sikap gue sama Ellie. Hm, biarin aja lah.

Begitulah setiap hari, Elvan sama gue pasti teriak-teriakkan gara-gara katanya gue lama di kamar. Elvan ngga pernah berani masuk ke kamar gue lagi sejak kita masuk kelas 7. Jadi yang dia bisa lakukan hanya berteriak. Dan ya, gue sama Elvan juga pergi ke sekolah dengan satu kendaraan uang sama. Gara-gara gue pernah mabuk terus hampir nabrak jadinya gaboleh lagi nyetir mobil sampai dapat SIM. Sial, bukan?

Gue masuk ke dalam mobil. Elvan sangat serius saat dia menyetir. Gue dulu sering ngerjain dia kalau dia lagi nyetir, tapi sekarang ngga berani lagi karena katanya kalau cewek dari salah satu sekolahnya ngeliat, reputasi disekolahnya akan hancur. Lebay? Memang.

Oh, ya gue belum bilang ya? Kalau wajah kita beda? Memang kita kembaran tapi yang sama hanya sikap dan kebiasaan tapi kalau wajah, sangat beda total.

"El, kalo menurut lo gue sama Ellie yang lebih fasionable siapa?" Tanya gue.

"Menurut gue, lo berdua tuh sama. Kayak kembar,"

"Bedon! Kan lo yang kembaran gue, bukan si jones abal-abal itu."

"Parah lo! Itu kakak lo, njir,"

"Biarin," Elvan memberhentikan mobilnya karena sudah sampai di depan kelas gue. Setelah mengucapkan goodbye, gue pun keluar dari mobil Elvan.

Lalu tiba-tiba ada tangan yang halus, putih dan wangi merangkul pundak gue. Gue langsung menengok ke arah tangan ini muncul. Ternyata Khloe. Dia adalah teman gue yang paling loyal, peduli, dan orang yang satu-satunya yang bersependapat denganku.

"Lama banget lo, anjir. Gue tungguin sampe mampus disini!" Khole mulai bersuara.

"Oh, masa? Gue kira lo udah ilang di telen ulat."

"Gila lo!" Percakapan gue sama Khloe berhenti saat lewatnya group the most wanted disini. Yang cowok ya, bukan yang cewek. Kalo yang cewek mah gue masuk lah.

Beberapa cowok menatap gue dan ngasih senyuman. Ada juga yang tidak sama sekali melihat ke arahku. Yang udah pacar sama cowok dingin gajelas itu. Gue buang muka gue. Ngapain gue malah ngeliatin mereka sih! Nanti gue malah naksir lagi. Iuh.

"Udah yok, masuk!" Ajak gue. Khloe hanya mengikuti.

"Btw, tadi lo berangkat sama Elvan? Si kembaran ganteng itu?" Tanya Khloe saat berjalan di koridor. Memang dia sering bilang Elvan ganteng padahal aslinya mah ew tingkat dewa.

"Apaan sih? Inget, udah punya pacar." Gue milih untuk tidak membahas tentang Elvon lagi. Itu akan sangat menjijikan kalau kalian membicarakan tentang kegantengan kembaran kalian sendiri.

Selamat tinggal di ucapkan saat bel berbunyi. Gue masuk ugal-ugalan ke kelas. Tidak ada yang spesial hari ini di kelas. Gue duduk di belakang pojok kanan. Tempat itu sudah kutempati sejak pertama kali aku duduk disini.

Guru killer itu masuk. Dia masuk dengan sepatu murahan yang palingan dia beli di pasaran yang harganya setengah dari baju yang gue pakai sekarang. Dengan baju yang sama seperti kemarin, kaca mata bulat yang membuat semua orang tau betapa jadul orang ini dan tas yang sama sekali tidak cocok dengan sepatu yang ia pakai.

Gue mengeluarkan pensil saat dia mulai menjelaskan materinya. Jangan kalian berpikir kalau gue bodoh. Gue sebenernya pinter tapi karena sikap gue, semua guru jadi benci sama gue. Well mereka semua tidak pernah menjadi masalah bagi gue. Karena gue Henning! Gue bisa ngelakuin, apa yang gue mau.

Guru itu menjelaskan materi yang sangat membosankan. Gue bahkan sudah mengerti semuanya, kenapa coba gue ngga boleh skip kelas ini saja sih? Huh.

Ponsel gue berbunyi. Dengan cepat, gue buka. Kedua mata gue langsung membulat saat melihat ada sale di rumah Normani Jules. Dia adalah orang yang paling fasionable menurut gue. Gue harus punya yang dia punya.

~~~

Cerita ke-dua nih! Gimana? Bagus ga? Jelek ya? Emang wkwk. Yang baca jangan lupa ninggalin jejak, okay? Btw kasi tau yaa seberapa banyak gue typo di chapter ini. Thank youuu

Trying [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang