Chapter 10

165 102 61
                                    

Dengan memakai celana pendek dan baju asal-asalan dia pilih, Ella duduk di sofa ruang tamunya menunggu Lucas. Sudah 2 menit berlalu dan belum ada tanda-tanda ada kehidupan di luar rumahnya. Ella tidak berani untuk mengintip gorden jendelanya, karena tidak ingin terlalu dianggap 'menunggu' oleh orang lain. Meskipun disini tidak ada siapa-siapa kecuali kembarannya dan kakak perempuannya.

"Idiw, mau kemana ade gue ini?" tanya Ellie yang sedang lewat.

"Bukan urusan lo,"

"Ucet, sedih na. Ade gue udah dewasa, dia sudah pergi ke party-party dan gur di cuekin," Ellie memegang dadanya lebay. Apa sih ni anak? Mau di ajak? Bilang.

"Apa sih, Lie? Gue cuman ke party doang, no big deal." ujar Ella.

Lalu suara klakson mobil berbunyi, Ella tau itu adalah Lucas. Jadi Ella langsung buru-buru keluar dari rumahnya.

Jendela mobilnya terbuka dan menunjukan senyuman Lucas didalamnya. "Hey, there!" sapanya.

"Hey," sapa Ella balik sambil masuj je dalam mobilnya. "Ketemu kan rumah lo? Pinter sih gue,"

"Yaila, semua orang juga tau lagi,l balas Ella sambil menutup pintu mobilnya.

Lucas tertawa sambil menyetir. Dia menyetir dengan kecepatan normal tidak seperti Elvan yang setiap pagi ngebut kayak apaan tau. Jadi Ella bisa tenang diam duduk manis di jok sebelah Lucas.

"Jadi kita mau kemana?" tanya Ella.

"Adam, dia ngadain party hampir setiap jumat. Dan hampir setiap jumat, gue ikut," jawab Lucas.

Sesampainya di rumah Adam, runah itu sudah ramau seperti kapal pecah. Tisu dimana-mana, gelas plastik di sekitar taman-taman dan teras, dan banyak yang lain.

Lucas memegang tangan Ella erat. Ini adalah kedua kalinya Lucas memegang tangan Ella, dan Ella masih dibuat bingung olehnya.

"Mau minum?" tanya Lucas ke telibga Ella agar dia bisa dengar. Minum segelas kan ngga bakalan buat mabuk kan yha, boleh lah minum.

"Boleh," jawab Ella. Lucas menggiringnya ke tempat minuman, seperti sudah rumah sendiri.

Ella meneguk minumnya dengan cepat. Lalubdia melihat ke kanan dan kirinya. "Nyariin George?" tanya Lucas seperti bisa membaca pikiran Ella.

Ella melihat Lucas yang sedang lurus pandangannya ke depan, "Engga, yeu makanya jangan sotil."

"Gausah boong, Ella. Gue tau kali," ucapnya. "Fine, emang gue nyari dia trus kenapa?"

Lucas tersenyum, "Masih ada aja ternyata yang suka sama dia,"

"Yeu, sirik." balas Ella. "Dimana sih dia?" setelah mencari ke kanan dan kirinya, dia menyerah dan bertanya ke Lucas.

"Belum dateng lah, dia mah dateng tengah malem biasanya." setelah mengucapkan itu, Lucas meninggalkan Ella sendirian di depan trmpat minuman itu, Ella yang tidak mau sendiri akhirnya mengikuti Lucas.

Lucas menuju ke tangga dan naik ke atas. Lalu berhenti dan melihat orang-orang yang berdansa mengikuti musik dan ada yang mabuk-mabukan.

Lalu tidak lama kemudian, ada dua orang masuk. Awalnya Ella tidak terlalu memperharikan dua orang itu. Tapi lama-kelamaan, Ella bisa lihat salah satu dari mereka.

Matanya melolot saat Ella bisa melihat dua orang itu adalah George dan Khloe.

Lucas yang menyadari perubahan wajah Ella terkekeh dan berkata, "yea, mereka dateng kesini udah 2 minggu berturut-turut."

What?! That bitch!

Ella sudah memuncak amarahnya, dia sangat ingin menghampiri Khloe dan menamparnya atau melemparnya jauh ke luar angkasa. Yang pentibg jauh dari George. Tapi semua itu tertahan. Kareba Lucas menahan tangan Ella sebelum Ella melakukan hal yang tidak ia inginkan.

"chill out, princess. You just need a drink, let's go." Lucas menarik tangan Ella jauh dari keramaian dan mengambil minuman.

Ella mengambil gelas yang Lucas berikan dan meminumnya. Sudah 3 gelas dan Ella merasa itu belum cukup.

"Geez, girl. Slow down. Lo udah minum 3 gelas."

Lucas's POV

Ella tetep minum. Udah berapa tau gelasnya yang dia minum. Udah beapa kali juga gue berusaha buat berentiin dia tapi dia tetep minum.

"La, udah." gue berusaha lagi. Tapi dia tetep ngambil gelas dan meminumnya.

Akhirnya gue tarik tangan dia jauh dari minum-minuman itu. Gue narik kekecengan jadinya badan Ella hamlir jatuh ke arah gue.

"La, jalan yang bener." Ella parah banget kalo lagi mabok. Gausah mabok aja udah ngeribetin kadang-kadang apa lagi sekarang.

Terpaksa, dia gue gendong sampe ke mobil. Di mobil, dia ngga bisa diem. Ketawa-tawa mulu lah, ngomong ngga jelas.

"Kita mau kemana?"

"Pulang."

"what? Gue ngga bisa pulang. Apa kata Elvan kalo gue pulang mabuk? Bisa dibunuh gue," Elvan lagi, Elvan lagi. Ini udah lebih dari 3 kali dia ngomongin Elvan. Siapa sih dia?

"Trus lo mau kemana?" gue tanya.

"Kemana kek, selain ke rumah gue."

Bagusan pake author pov ato gimana nih? Ku bingung..butuh sarannya ya guyss

Trying [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang