Chapter 22

40 15 13
                                    

Ella's PoV

"Kapan lo nikah?" udah 22 pertanyaan yang gue keluarin dari bibir gue yang warnanya pink akibat liptint yang gue pake.

"Pertanyaan macam apa itu," balas Lucas.

"Itu pertanyaan nomer 22, duh."

"Maksud gue--"

"Jawab aja sih."

"Privacy."

"Ish, yaudah. Kita selesai," ucap gue langsung berdiri. Rencana gue selesai. Akhirnya.

Udah sekitar 2 jam pantat gue duduk di kursi kantin. Sekarang udah sore, matahari udah hampir ilang. Dan semua manusia di sekolah ini juga udah mau pulang.

"Mau gue anter?" tanya Lucas yang langsung gue balas dengan anggukan.

Di mobil, seperti biasa, keadaannya selalu sepi. Lucas ngga pernah ngeluarin topik. Satu aja ngga. Untung aja tugas wawancaranya udah selesai. Gue bebas dari ini anak. Tapi gue sekarang masih kejebak satu mobil sama dia.

Ya, ngga apa-apa juga sih. Daripada gue harus jalan kaki sampai rumah atau nunggu Elvan yang lamanya seabad, mending gue sama si kulkas ini.

"Jadi..."

"Lo sama Radit punya hubungan apa?" potong Lucas.

Wow, gue harus catet rekor ini. Lucas ngeluarin topik untuk pertama kalinya. Gue ulang, pertama kalinya.

Tapi kenapa dia nanya Radit? Cih.

"Ngga ada apa-apa. Dia cuman anak ambisius gila yang pengen jadi kapten basket."

"Trus apa hubungannya sama lo? Gue liat lo makin deket sama dia."

"Lo liat? Lo meratiin gue?"

Diam.

Ngga ada jawaban.

"Dia pikir, dia bakalan jadi kapten basket kalo menangin lomba di kelas. Nah, gue sepasang sama dia. Jadi ya, dia maksa gue buat bisa lari. Gitu deh." akhirnya gue jawab pertsnyaannya. Sedikit terpaksa. Tapi ya, dari pada gue diem kayak orang bego.

"Oh."

Jawaban itu lagi.

Muak gue lama-lana sama ini orang.

~~~

Pertandingan di mulai. Urutan gue sama Radit adalah nomer terakhir. Dimana orang bisa liat betapa payahnya gue lari dan betapa indahnya Radit lari.

Semua perempuan langsung keluar dari kelasnya karena hanya mau liat Radit lari. Ngga penting banget emang. Tapi ya, gue bakalan lakuin hal yang sama kalo doi gue lagi lari.

"Lo kayaknya bakalan kalah deh, Dit."

Radit yang lagi pemanasan langsung berhenti dan menatap gue tajam.

"Kata siapa? Ini cuman pertandingan kelas. Kalo ngga menang, keterlaluan."

"Sedikit menyindir tapi gue terima. Nih ya, gue kasih tau. Seumur hidup gue, gue ngga pernah yang namanya menang dari lomba lari begini. Yang ada gue pingsan. Kenapa? Karena gue punya jantung yang lemah. Jadi kalo nanti gue mati di jalan, gue bakalan hantuin lo sampe lo mati. Abis itu, kalo lo udah mati, gue jambak rambut lo."

"Itu anceman?"

Kenapa orang seganteng Radit bisa sebego gini? Ya iya lah itu anceman. Erh. Tanda-tanda manusia ngga peka.

"Gue ngga takut lagian. Kalo emang kita kalah, gue bakalan kalah sebagai pemenang."

"Lo denger ngga sih perkataan lo? Bakalan kalah sebagai pemenang. Gaya lo kayak lagi lomba apaan aja. Cuman lomba kelas juga."

Trying [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang