01. Pertemuan Pertama

3.4K 146 16
                                    

"Hey, kenapa kau menangis disini?"

Seorang anak perempuan kecil mengangkat kepalanya lalu menoleh kearah suara yang sepertinya bertanya kepadanya. Sosok seorang lelaki kecil yang seumuran dengannya kini menghiasi manik mata si gadis. Namun gadis itu tak berniat menjawab pertanyaan dari namja itu. Kedua tangannya yang gemetaran kembali menangkup wajah kecilnya dan menangis lagi. Bocah laki-laki itu memilih duduk di salah satu ayunan yang tersisa disamping perempuan itu. Ya, mereka ada di taman bermain saat ini. Entah ada perasaan apa yang membuat si laki-laki kecil itu terlihat iba pada sosok perempuan sebayanya yang duduk menangis sendiri di ayunan sedangkan di sekitar mereka banyak sekali anak-anak seumuran yang asyik bermain.

Sepertinya bertanya tidak membantu -pikir orang yang menanyakannya.

"Sudahlah jangan menangis. Hari mulai sore, apa kau tak mau pulang?" Tanya si laki-laki itu lagi.

Namun gadis itu menggeleng.

Gadis itu bisu? Atau dia memang tak banyak bicara? -bisik hati si bocah laki-laki yang sangat penasaran.

"Aku tak bisa pulang." Akhirnya gadis kecil itu mulai berbicara. Sedetik kemudian kepalanya terangkat menoleh ke lawan bicaranya yang menatapnya penuh tanya.

Matanya bengkak karena terus menangis. Pipi dan hidungnya memerah yang membuat siapa saja pasti ingin mencubitnya gemas.

"Kenapa? Ibumu meninggalkanmu?" Tanya si bocah laki-laki.

"Ani..." jawab si perempuan. "Aku tak bisa pulang tanpa bonekaku" lanjutnya. Ekspresinya sedih kembali sesaat dia sempat terdiam.

"Bonekamu?" Si yeoja mengangguk lemah sebagai jawaban dari pertanyaan lawan bicaranya. Apakah boneka yang hilang itu sangat berarti baginya?

"Ne. Tadi ada anak-anak nakal yang mengambilnya. Mereka merusak dan membuangnya." Kepala yeoja itu menoleh kearah belakang dimana boneka teddy bear berwarna vanilla miliknya telah koyak. Dakron sebagai isian dari boneka itupun sudah berhambur-hamburan entah dimana. Hati namja itu mencelos ketika melihatnya. Tega sekali mereka melakukan ini.

Kini bocah laki-laki itu berjalan ke hadapan si bocah perempuan. Tangannya terulur dengan sepucuk sapu tangan berwarna biru dongker seakan menyerahkannya pada orang di depannya ini. Senyumpun menghias wajah namja itu.

"Aku mungkin tak bisa mengganti bonekamu atau mengejar anak-anak nakal itu tapi, aku hanya bisa memberikan ini padamu untuk menghapus airmatamu" ujar si namja.

Sejenak perempuan itu diam dan di detik berikutnya tangannya ikut terulur dan mengambil sapu tangan milik si namja.

"Gomapta" ujar si yeoja dengan senyum samar terhias di wajahnya.

"Siwon-ah... kajja kita pulang, Jinri sudah mulai rewel" lantang seorang wanita yang tengah menggendong anaknya yang berusia sekitar balita yang sontak membuat si bocah laki-laki itu menoleh.

"Ne eomma!" Jawabnya. Namja itu berbalik kepada orang yang sedari tadi bicara padanya itu. "Aku harus pulang. Ingat,kau juga harus kembali ke rumahmu" ujarnya.

Yang diajaknya bicara hanya tersenyum dan mengangguk. Matanya terus memperhatikan si laki-laki yang setengah berlari kearah ibu dan adik bayinya itu. Dia teringat akan sapu tangan yang di berikan si namja itu padanya.

"Hey! Tunggu!" Kaki-kaki manis si yeoja itu ikut berlari mengejar namja yang bernama Siwon itu, namun sepertinya tak sampai. "Bagaimana dengan sapu tangan ini??!" Teriaknya.

"Simpan saja. Jika kita di takdirkan bisa bertemu lagi, maka kau bisa mengembalikannya" jawab Siwon sambil melambaikan tangannya.

Yeoja itu kini diam di tempatnya memandangi bayangan laki-laki itu sampai tak terlihat lagi di ujung matanya. Jantungnya berdetak kencang saat melihat namja itu tersenyum. Namja itu telah mencuri hatinya. Seketika ia teringat dengan benda lembut yang di pegangnya.

Remember ThatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang