03. Pilihan (Yoona)

1.4K 119 10
                                    

Selepas pulang sekolah aku keluar dari kelas bersama Jessica. Kami berpisah di halte depan karena Jessica sudah di jemput oleh supir pribadinya. Dan kini hanya aku dan beberapa murid lainnya menunggu jemputan. Atau perkiraan lainnya adalah bus.

Aku hanya menaiki satu bus untuk menuju ke rumah. Bus berwarna biru yang akan membawaku ke taman dimana tempat pertama kalinya aku bertemu dengan Siwon. Dari taman tersebut aku harus berjalan menyusuri sebuah komplek perumahan dimana disanalah rumahku berada.

Hari semakin gelap dan langit mulai mendung. Sepertinya akan turun hujan dan aku lupa membawa payung. Ah, sial.

Aku menoleh kearah dimana bus seharusnya datang namun aku tak menemukan bus biru itu berjalan kearah halte sekolah ini, yang aku dapati adalah Tiffany yang berjalan terburu-buru karena rintik gerimis sudah mulai turun dan bisa ku lihat dari seragam yang dia kenakan sudah basah karena tetesan air hujan.

Sepertinya aku harus lebih lama menunggu karena hujan sudah mulai turun dengan derasnya sama seperti gemuruh hatiku saat ini. Entah mengapa sejak kejadian dimana aku baru mengetahui Tiffany adalah kekasih dari Siwon aku merasa sesak berada di dekatnya. Bahkan melihat wajahnya saja sudah membuatku muak. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Aku bukan siapa-siapa. Sedangkan dia sudah lama singgah di hati Siwon.

Walaupun banyak siswa yang ikut meneduh di halte ini, tapi bagiku mereka semua tidak ada. Yang ada hanyalah aku, Tiffany, dan rasa penyesalanku.

Apakah aku terlambat menyatakan semuanya? Seharusnya aku mengatakan "aku suka padamu Siwon. Sejak pertama kali melihatmu dan bersamamu, aku terjatuh dalam perasaan itu karena ketulusanmu menolongku." Dan mungkin dia tidak akan ingat siapa aku. Karena saat itu kami masih sangat kecil.

Andaikan aku muncul di kehidupannya setelah kejadian itu lebih awal. Mungkinkah kini aku berada di sisinya seperti Tiffany saat ini?

"Kau masih disini?" Tanya seseorang yang suaranya tak redup oleh hujan. Indera pendengaranku masih bisa mendengarkan suara itu.

Suara Choi Siwon. Andaikan dia menanyakan hal itu padaku. Sayangnya pertanyaan itu tertuju pada Tiffany yang duduk di sisi halte yang lain. Dengan senyumnya yang manis Tiffany bangkit dari duduknya dan menjawabnya.

"Aku menunggu hujan berhenti. Aku lupa membawa payung"

"Kalau begitu ayo kita pulang bersama. Aku membawa motorku, lebih baik kita meneduh di tempat parkir terlebih dahulu" ajak Siwon.

Hatiku gemetar mendengarnya. Apa ini yang disebut cemburu? Sesakit inikah?

"Tapi bagaimana? Hujan belum reda"

"Aku membawa payung" sedetik kemudian Siwon mengeluarkan payungnya dari tas.

Payung berwarna merah darah. Kemudian Siwon membuka payung itu lalu menggenggam tangan Tiffany untuk pergi dari halte ini.

Aku melihatnya. Senyum yang terukir di bibir Siwon sangatlah tulus. Apakah dia begitu mencintai Tiffany? Apakah dia bahagia bersamanya?

Bagaimanapun aku berusaha untuk terlihat di mata Choi Siwon semua itu akan menjadi sia-sia karena hanya ada satu perempuan yang terlihat di matanya.

Tiffany.

Kini yang bisa ku tatapi adalah punggung keduanya menjauh dari halte.

Tubuh itu, senyuman itu bukan milikku. Dan aku sadari Siwon bagaikan tokoh dalam lukisan yang terlihat elok ketika berada dalam hujan.

.

.

.

♡☆♡
.

Remember ThatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang